Sudah Skena Belum?

Liputan Khusus | Minggu, 13 Agustus 2023 - 10:05 WIB

Sudah Skena Belum?
INFO GRAFIS (SUMBER OLAHAN/GRAFIS AIDIL ADRI/ RIAU POS)

RIAUPOS.CO - Belakangan media sosial dihebohkan dengan istilah skena. Istilah ini merujuk kepada cara berpakaian (style), aliran musik dan tema percakapan yang sedang tren di kalangan kawula muda. Bahkan ada juga istilah polisi skena. Khusus ini merupakan orang yang lebih paham dengan style yang dikenakan, hingga musik yang diperbincangkan.

Akhir pekan ini, Riau Pos berkesempatan mewawancarai kawula muda yang mengikuti perkembangan skena. Harris (26), pemuda asal Bali yang kini menetap di Pekanbaru ini mengatakan bahwa sebetulnya istilah skena tidak begitu melekat pada “tongkrongan” sehari-hari. Hanya lebih kepada style, bahan obrolan dan selera musik.


“Sebetulnya tidak harus memakai istilah skena. Namun lebih kepada, misalnya suka style yang casual. Kaosan, celana pendek cargo, sepatu dokmart. Ada juga yang bilang harus punya tato kecil-kecil, kemudian duduk vincent, juga dikategorikan skena. Tapi lebih ke nyamannya saja sih,” sebutnya.  Dari literatur yang ia baca, skena juga merupakan akronim dari sua, cengkerama dan kelana. Bisa diartikan, istilah skena dapat dipahami sebagai perkumpulan kolektif yang bisa menciptakan suasana untuk bercengkerama sampai berkelana bersama saat berkumpul. Misalnya ketika perkumpulan tersebut merupakan penggemar musik punk, maka mereka dapat disebut dengan Skena Punk.

“Memang kan kalau selera musik, mungkin paling menentukan. Karena pembahasan yang dibahas seputar aliran musik. Ada juga yang bilang nongkrong selalu di kedai kopi. Kedai kopinya juga ada juga tipikalnya,” tuturnya.

Beberapa musik yang dianggap masuk ke radar favorit Skena dikatakan seperti musisi Danilla, Fourtwnty, Float, Coldiac, Mocca, Biru Baru, hingga berbagai musisi lainnya. Mereka yang merasa ‘si paling’ mengerti tentang musik pun disebut dengan polisi skena. Dinamakan polisi karena mereka seolah kerap ‘mengawasi’ pembicaraan tentang musik di media sosial dan seolah memberi teguran ketika musik yang dibicarakan tidak sesuai dengan definisi ‘musik keren’ menurut mereka. 

“Jadi kalau ditanya, sudah skena belum? Ya kita ketawa-ketawa aja. Bahkan belakangan di tongkrongan jadi bahan ketawaan,” sambungnya.

Muda-mudi lainnya, Fanisa (20) menyebut Skena lebih kepada sebuah komunitas atau sekumpulan muda-mudi yang memiliki kesamaan dari berbagai hal. Terutama musik, satu tongkrongan dan style tentunya. Anak-anak skena menurut dia juga kerap berbagi informasi tentang musik yang disukai. Termasuk juga sering hangout bareng dan berpergian ke luar kota untuk healing. 

“Saling mendukung dan berbagi kecintaan terhadap musik tertentu. Pada dasarnya, anak skena adalah anak muda yang tergabung dalam sebuah subkultur musik. Skena tidak hanya sebatas pendengar musik, tetapi mereka juga aktif terlibat dalam menciptakan dan mendukung karya-karya musik,” ungkapnya.

Lebih jauh dikatakan Fanisa, Skena juga merujuk kepada pecinta musik dan bahkan pemain musik. Sehingga ketika di berkumpul akan lebih kerap membahas seputar musik, konser dan segala macam berbau dunia musik.”Jadi kalau kayak yang di medsos-medsos itu, memang kebanyakan kayak gitu. Saya sendiri penyuka musik juga, tapi enggak harus style harus gini, harus gitu. Cuma memang suka style yang kasual aja,” imbuhnya.

Ada Polisi Skena
Bila berbicara soal skena, maka tidak terlepas dengan istilah polisi skena. Di mana, polisi skena ini mereka yang lebih paham dengan segala sesuatu yang berbau skena. Sebagai contoh memahami soal aliran musik tertentu daripada teman lainnya di tongkrongan. Tahu dengan banyak band indie yang teman-teman lainnya tidak mengetahui.

Salah satu muda-mudi di Pekanbaru, Fanisa (20) menyebut, polisi skena juga kerap diistilahkan kepada mereka yang memiliki pengalaman bermusik, dan mengetahui lebih jauh dibanding teman tongkrongan lainnya. “Polisi skena ini lebih kayak dia yang sering kritik temen-temennya, eh lu kaosnya ga cocok. Celananya ga cocok. Gitu-gitu,” tuturnya.

Ditambahkan dia, sebetulnya polisi skena ini juga bukan penentu harus mendengarkan musik aliran apa, band apa ataupun style yang cocok. Hanya lebih kepada perbincangan-perbincangan yang sering terjadi di tempat berkumpul. “Jadi enggak seperti sebuah kewajiban juga dengerin temen yang dianggap sebagai polisi skena,” sambungnya.(nda) 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook