Dipesan Restoran hingga Caleg
Selain pembuatan keripik cabai, KBA Indah Madani juga membuat sabun cair dengan merk sabun cair Madani (SCM). SCM juga sudah masuk pasar kendati di kalangan terbatas. Dari warung makan kelas Ampera (rumah makan Padang), warung bakso, kafe, hingga restoran menjadi pelanggannya. Bahkan ada caleg yang memesan dengan kemasan khusus, juga harga berbeda.
"Dipesan 300 botol. Tapi ini profesional. Kemasannya tetap SCM, tanpa embel-embel caleg. Ini soal kepercayaan," ujar Renita.
SABUN CAIR: Renita dan rekannya menunjukkan sabun cair madani (SCM) yang menjadi salah satu produk KBA Indah Madani. (M AMIN/RIAU POS)
Renita sendiri adalah salah satu peracik SCM dari beberapa anggota KBA Madani. Dia sudah mengikuti pelatihan yang ditaja Dinas Kesehatan Provinsi Riau, khusus pembuatan sabun cair untuk cuci piring ini. Makanya, takaran dan komposisinya dijamin sudah sesuai dengan standar kesehatan, aman untuk kulit, dan bisa membersihkan piring, gelas, dan alat dapur lainnya dengan baik.
Dengan lugas dia memaparkan beberapa bahan untuk membuat sabun cair untuk cuci piring ini. Untuk satu paket SCM 18 liter, ada takaran tertentu sodium (SLS), NaCL, natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna. Mereka pun bekerja dengan profesional, lengkap dengan masker dan pelindung lainnya. Racikan itu dikemas dalam dua botol kecil untuk skala rumah tangga, yakni kemasan 1 liter dan 450 ml. Kemasan 1 liter dibanderol Rp13 ribu. Sedangkan yang 450 ml Rp9 ribu. Ada juga kemasan besar, yakni untuk restoran, rumah makan, dan kafe. Takarannya 5 liter dengan harga Rp50 ribu.
Sebagai perbandingan, ada juga sabun cuci piring cair skala industri besar yang sudah terkenal, yakni Sunlight dan Mama Lemon. Sunlight ukuran 450 ml dijual di pasaran Rp13.500, sedangkan Mama Lemon Rp11.500. Masih jauh lebih mahal dibanding SCM yang Rp9 ribu dengan takaran yang sama. Bagaimana dengan kualitas? Tentu bisa diadu. Selain murah, SCM ini juga sudah sesuai standar kesehatan secara nasional.
"Ada yang menyebut, busanya sedikit dibanding sabun cuci piring merk lain. Sebenarnya bisa kita tambahkan, tapi nanti jadinya dapat merusak tangan. Jadi yang begini saja sesuai standar Dinas Kesehatan," ujarnya.
Kepuasan pelanggan juga menjadi fokus pihak KBA Indah Madani. Salah satunya adalah menyangkut pengantaran SCM yang gratis selama di dalam kota. Kadang jaraknya sampai 10 km. Tentu dengan jumlah banyak, bukan sekadar eceran. Salah satunya adalah rumah makan ikan bakar yang cukup terkenal di Pekanbaru. Mereka memesan SCM ukuran lima liter setiap lima hari. Artinya, mereka menggunakan satu liter sehari untuk keperluan cuci piringnya.
"Sudah empat bulan berjalan dan sejauh ini tidak ada keluhan," ujarnya.
Masuk Mal hingga Medsos
Selain dipasarkan langsung ke restoran, rumah makan, dan kafe, pemasaran ke minimarket juga sedang dijajaki. Salah satu minimarket waralaba terkenal menyatakan siap menjualkan SCM. Begitu juga supermarket siap menampungnya. Apalagi, Pekanbaru sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur soal komposisi produk UKM di sebuah gerai atau toko. Minimal harus ada 20 persen produk lokal UKM di sebuah gerai, toko, atau supermarket. Pihak KBA Indah Madani masih menunggu perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) berdasarkan Permenkes RI Nomor 1190/Menkes/Per/VIII/2010 untuk legalitas pemasaran ke toko retail resmi.
"Segera setelah PKRT keluar, SCM bisa masuk mal dan gerai minimarket seperti Indomaret atau Alfamart," sebutnya.
Selain itu, pemasaran SCM juga dilakukan di media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan melalui Watshap Group (WAG). Tapi jumlahnya tak ada terlalu banyak dibandingkan dijual langsung. Paling tidak, sebagian pelanggan mengenal SCM melalui media sosial ini, dan mulai ada yang memesan.
Semarakkan Songket dan Tanjak
Produk KBA Madani lainnya adalah songket. Kain songket bisa dibuat menjadi baju kurung Melayu hingga tanjak, penutup kepala khas Melayu, yang dalam dua tahun terakhir kembali tren. Kain tenun khas Melayu ini dibuat seorang ibu rumah tangga anggota KBA Madani bernama Desi. Maka merk dagangnya pun jadi SDM atau songket Desi madani. Desi memilih bergabung dengan KBA Madani karena punya kesempatan lebih besar dalam memasarkan produknya. Sebelumnya, dia pernah mengikuti pelatihan membuat songket dan memasarkan sendiri.
"Sekarang pemesanan lebih banyak karena kami bisa ikut bazar, pameran, juga dipajang di gerai," ujar Desi.
Banyak juga pejabat, mulai tingkat kelurahan hingga kota yang memesan songket ini. Bahkan, seorang kepala dinas di lingkungan Pemko Pekanbaru tak pernah absen memesan songket SDM ini dalam banyak momen. Jika ada penggantian camat, penggantian lurah, juga kepala dinas, SDM juga kerap dipesan. Saat ada iven atau bazar, pesanan juga meningkat.
"Harganya memang agak mahal, yakni Rp1,5 juta per lembar. Makanya kebanyakan ibu-ibu pejabat yang memesan," ujar Desi.
Selain berbentuk pakaian dan tanjak, kain songket kini juga dikembangkan lagi menjadi berbagai produk. Di antaranya sarung, selendang, dompet, tas berbagai ukuran dan pernik kecil lainnya. Dengan bergabung bersama KBA Indah Madani, songket pun makin marak dan makin dikenal di berbagai iven bazar. Sebab, KBA Indah Madani termasuk yang paling sering diundang dalam iven-iven usaha kecil menengah (UKM) yang dilaksanakan Pemprov Riau maupun Pemko Pekanbaru.