Sebagai puncak perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-77 tahun di Kabupaten Kuantan Singingi, ini merupakan kebahagian. Pada tahun ini diawali dengan pacu jalur latihan bersama, pacu jalur ajang uji coba. Kendati uji coba, antusiasme masyarakat Kuantan Singingi sudah sangat tinggi. Ini suatu bukti kecintaan masyarakat untuk menjaga tradisi dan budaya.
Menurut Marwan, pacu jalur dalam falsafahnya bertujuan untuk menjaga silaturahmi dan kekompakan. “Karena kalau tidak kompak, tidak mungkin jalur bisa sampai ke pancang finish,” kata Marwan.
Rasa kecintaan akan tradisi dan budaya, menurutnya patut dibanggakan. Namun rasa kecintaan itu, adalah bagian duniawi. Seperti air garam, makin diminum makin haus. Rasa kecintaan terhadap pacu jalur itu, dibarengi dengan menanamkan nilai-nilai agama, yakni silaturahmi. “Menanamkan kasih sayang pada masyarakat yang hadir menyaksikan pacu jalur dengan tidak lupa menegakkan waktu salat,” papar Marwan.
Masyarakat yang hadir bisa membawa peralatan salat sendiri, sehingga ketika masjid dan musala penuh, bisa salat di rumah warga atau tempat lain. Momen pacu jalur kali ini juga bisa menjadi ajang silaturahmi, tontonan yang menghibur dengan menciptakan suasana aman dan nyaman.
“Mari kita tunjukkan pada pak Menparekraf yang akan hadir, bahwa pacu jalur menjadi tempat tujuan wisata yang layak dikunjungi. Walau hanya sekali setahun,” kata Marwan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kuansing Drs Azhar MM mengatakan bahwa Pemkab Kuansing berkomitmen ingin menjadikan pacu jalur ivent nasional tahun 2022 bisa lebih baik dan nyaman bagi pengunjung.
Salah satu upaya yang dilakukan dengan melakukan penataan para pedagang dan usahawan lokal. Mereka diberikan tempat secara gratis untuk menampilkan hasil kerajinannya.
Untuk tribun penonton, Pemkab dan panitia memberlakukan harga karcis tetap bagi masyarakat yang menonton. Masyarakat yang membuat tribun secara swadaya, harga karcis ditetapkan Rp25.000,- per orang per hari. Sedangkan tribun tangga batu, digratiskan.
“Ini dimaksudkan masyarakat kita merasa nyaman. Karena ada juga yang datang dari perantauan pulang kampung hanya untuk melihat pacu jalur,” kata Azhar.
Saat iven pacu jalur, banyak para tokoh masyarakat dan para pendiri Kuansing pulang kampung. Mereka yang tinggal di Pekanbaru serta kabupaten lain di Riau rata-rata pulang kampung menyaksikan pacu jalur.
Di tahun 2022 ini, panitia sudah berkomitmen akan menjemput para tokoh pendiri Kuansing yang ingin pulang kampung menyaksikan pacu jalur, terutama mereka yang sudah lanjut usia.
“Kami siapkan transportasi khusus untuk menjemput dan mengantar pulang para tokoh pendiri kabupaten kita. Ini sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan pada mereka atas jasanya pada daerah ini,” ungkap Azhar.
Sejauh ini, sudah ada dua orang tokoh pendiri Kuansing yang dalam catatan panitia akan dijemput dan diantar pulang. Mereka adalah H Hasanusi JS dan Suwardi MS. Keduanya sudah ditemui panitia secara langsung. Sementara beberapa tokoh nasional Kuansing, seperti Maswardi Rauf, Dr H Zahrul Rabain SH MH hakim agung RI asal Kuansing maupun yang lain, Azhar memang belum mendapat konfirmasi pasti. Hal ini dikarenakan kepadatan agenda kegiatan para tokoh nasional Kuansing. “Kalau mereka bisa tentu kita sangat bergembira,” sambungnya.
Pemkab Kuansing, menurut Azhar sudah menyosialisasikan agenda iven pacu jalur nasional. Bahkan Plt Bupati Kuansing Drs H Suhardiman Amby AK MM, ikut mengajak semua masyarakat Kuansing untuk pulang kampung.
“Ayo ke Kuansing menyaksikan dan menyemarakkan tradisi dan budaya pacu jalur iven nasional 21-25 Agustus 2022 di Tepian Narosa Teluk Kuantan,” ujarnya.
Pariwisata Andalan yang Terancam
Saat ini, pacu jalur merupakan salah satu pariwisata budaya andalan Riau. Namun, budaya pacu jalur sedikit terancam karena susahnya mencari kayu untuk pembuatan sebuah jalur. Masyarakaat desa rela menghabiskan uang hingga ratusan juta untuk membuat sebuah jalur. Ini dikarenakan jauh dan sulitnya mencari kayu jalur di dalam hutan.
Untuk jenis kayu jalur, biasanya masayarakat mencari beberapa jenis kayu, seperti Meranti, Marsawa, Banio dan Kruing. Tiga jenis kayu ini paling diminati oleh masyarakat. Namun, mencari kayu jalur dengan tiga jenis itu terbilang susah. Jika ada, lokasinya jauh dan medannya juga sulit dilalui.
Untuk membuat sebuah jalur, masyarakat membutuhkan satu batang kayu dengan ukuran panjang lebih kurang 25 meter. Dengan panjang 25 meter itu, biasanya kayu tersebut berdiameter 1 meter lebih.
Untuk satu jalur dengan ukuran 25 meter itu, setelah selesai menjadi jalur, bisa menampung anak pacu sebanyak 49 hingga 55 orang. Jumlah tersebut adalah jumlah rata-rata atlet yang berpacu di setiap gelanggang di Kuansing.