Maka tidak heran, dari jumlah jalur sebanyak 178 pada tahun 2022 ini, jumlah atlet bisa mencapai 10.000 orang. Sesuai data yang disampaikan Polres tahun 2019 yang lalu, jumlah pengunjung pacu jalur mencapai 260 ribu orang setiap hari.
Seperti diketahui bersama, selama ini, untuk membuat jalur, masyarakat terlebih dahulu melakukan rapat desa untuk mencari kayu jalur dan menentukan jenis kayu yang akan dipakai. Setelah sepakat, maka akan dibentuk panitia pembuatan jalur.
Setelah itu, masyarakat akan ikut bergotong royong ke hutan untuk melakukan penebangan kayu jalur sekaligus melakukan penarikan menuju kampung. Biasanya, dalam penarikan jalur yang ditarik secara bergotong royong memakan waktu hingga dua bulan. Sebab, waktu penarikan jalur biasanya dua kali dalam sepekan.
Sesampainya di desa, jalur kembali dikerjakan tukang hingga waktu pelayuran. Setelah itu, masyarakat dan anak pacu mulai mencoba jalur. Setelah tidak ada kendala, proses terakhir adalah pengecatan jalur dengan berbagai corak.
Untuk menuju gelanggang, biasanya setiap jalur mencari orang tua jalur yang biasa disebut pawang. Pawang berfungsi untuk mencari hari baik untuk melangkah ke setiap gelanggang. Termasuk untuk menjaga anak pacu dari hal-hal gaib.
Terkait proses pencarian kayu untuk jalur sejak 10 tahun terakhir, masyarakat Kuansing merasa kesulitan untuk mendapatkannya. Hal itu disebabkan bebasnya perambah hutan keluar masuk di Kabupaten Kuansing.
Menanggapi hal itu, tokoh masyarakat Kuansing, Ir Mardianto Manan mengutuk keras perbuatan para cukong kayu yang susah melululantakan hutan di Kuansing. Menurut Mardianto Manan yang juga anggota DPRD Riau ini, habisnya hutan Kuansing ini disebabkan cukong dan perusahaan-perusahaan pabrik kertas dan sawit yang berkedok izin yang penuh kongkalikong.
“Inilah akibat merajalelanya perusahaan perusahaan pabrik kertas dan sawit di Bumi Lancang Kuning telah menanam dan berternak konflik di Bumi Kuantan ini. Dengan bertamengkan izin nan penuh kongkalingkong, meluluhlantakkan hutan basah milik leluhur adat kita. Maka saat ini kita mulai panen konflik yang terjadi hampir seantero Kuantan Singingi ini,” kata Mardianto Manan.
Karena sulitnya kayu intuk jalur saat ini, ada wacana akan diganti dengan fiber sebagai pengganti kayu. Namun hal itu dibantah oleh Mardianto Manan. Menurutnya, pergantian kayu jalur yang terbuat dari fiber akan menghilangkan budaya dan sejarah pacu jalur.
“Sangat tidak setuju jika diganti, karena nilai seni dan budayanya musnah jika diganti dengan fiber. Yang jelas, tiak bisa lagi dionjai dan tak ada lagi rasa kebersamaan gotong royong sekampung dan senagori saat mencari kayu jalur,” beber Mardianto Manan.
Mardianto Manan menyarankan, Pemkab perlu membuat peruntukan kawasan hutan bahan jalur dalam kawasan tanah ulayat atau adat agar ketersedian kayu jalur tetap terpelihara. Dan hal itu, dibuat peruntukannya dalam RTRW Kabupaten Kuansing ke depan.
Padahal, untuk menjaga hutan, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kuantan Singingi beberapa kali melakukan penangkapan dan razia terhadap perambah hutan di berbagai kawasan. Namun, aksi tersebut tidak membuat para perambah jera.
Dengan susahnya mencari kayu jalur saat ini, salah seorang tukang jalur bernama Dison saat diwawancarai Riau Pos, Sabtu (20/8) menyebutkan bahwa, keinginan masyarakat untuk membuat jalur tinggi. Namun, karena susahnya mendapatkan kayu jalur, niat tersebut tidak terwujud.
“Sekarang, untuk mendapatkan kayu jalur yang diharapkan itu, harus rela mencari berhari-hari ke hutan dengan menggunakan alat berat. Sebab, saat ini kayu-kayu jalur yang ada di hutan Kuansing lokasinya sangat jauh dan melewati medan yang sulit,” kata Dison.
Dison membeberkan, pembuatan jalur jauh berkurang jika dibandingkan dengan 5 tahun terakhir. Maka dari itu, masyarakat banyak yang memilih memperbaiki jalur lama untuk dipacukan.
“Tahun 2019 kemarin, saya masih banyak membuat jalur. Tapi, dua tahun ini hanya beberapa jalur saja. Kalau dulu, bisa mencapai belasan jalur dalam satu tahun. Kurangnya pembuatan jalur tiga tahun terakhir, diakibatkan kayu jalur yang semakin sedikit. Kalaupun ada, harus mencari jauh di hutan,” kata Dison.
Iven Andalan, Kontribusi Pulihkan Perekonomian
Sempat abses 2 tahun akibat pandemi Covid-19, jalur kini berpacu kembali. Agenda yang merupakan tradisi masyarakat Kuansing bernama pacu jalur resmi ditaja kembali pada 21 Agutus 2022.
Hal ini pun disyukuri oleh banyak pihak. Tak terkecuali Dinas Pariwisata Provinsi Riau. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rahmad mengatakan pada Riau Pos bahwa iven ini merupakan iven andalan Riau yang sudah lama dinanti oleh masyarakat.
‘’Sempat terkendala 2 tahun karena Covid-19, semoga agenda Pacu Jalur 2022 ini membawa manfaat besar. Termasuk bagi pemulihan perekonomian masyarakat,’’ harapnya.
Iven yang dikatakannya masuk dalam kalender iven nasional ini tentunya mendatangkan banyak orang ke Kuantan Singingi. Hal itu dinilainya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat tempatan untuk kembali mendongkrak perekonomian. Bisa dari UMKM maupun jasa layanan dan lainnya.
‘’Karena ini iven andalan dan agenda kalender iven nasional, pacu jalur selalu mendapat antusiasme yang tinggi. Ini juga menjadi pemacu geliat pariwisata Riau yang sempat terdampak oleh pandemi,’’ sambungnya lagi.
Roni mengaku hadir pada momen tersebut bersama Menteri Pariwisata dan jajaran pemerintahan lainnya. Ia berharap, momen pacu jalur ini bisa dinikmati oleh semua pihak. Baik wisatawan lokal, asing dan masyarakat sama-sama bersuka ria dengan hadirnya kembali pacu jalur ini.
‘’Dengan suksesnya pacu jalur ini, kami berharap bisa jadi sebuah momen kebangkitan pariwisata dan ekonomi kita. Kami ingin sekali wisatawan bisa kembali datang ke Riau. Semoga penerbangan dari luar negeri bisa kembali seperti semula agar wisatawan mancanegara juga bisa beramai-ramai ke bumi Lancang Kuning,’’ paparnya.(dac/yas/azr/muh)
Laporan TIM RIAU POS, Telukkuantan