POLUSI UDARA

Ketika Kota-kota Besar di Dunia Berperang Lawan Polusi

Lingkungan | Selasa, 29 Desember 2015 - 00:49 WIB

Ketika Kota-kota Besar di Dunia Berperang Lawan Polusi

MILAN (RIAUPOS.CO) - Kota-kota besar di Cina, Italia, India, dan Iran harus berperang melawan polusi udara. Dalam waktu sebulan belakangan ini, polusi di negara-negara tersebut melampaui batas aman. Beberapa kali penduduk bahkan mendapatkan peringatan bahwa udara sudah masuk ranah bahaya.

Terbaru, Senin (28/12) di Milan dan Roma, Italia, diberlakukan pembatasan penggunaan kendaraan demi mengurangi asap. Mobil, sepeda motor, dan skuter dilarang melintas selama enam jam per hari di Milan. Yaitu, pukul 10.00–16.00.

Baca Juga :Lenglet Takkan Dilepas Aston Villa ke AC Milan

Kendaraan yang boleh melintas hanyalah taksi dan angkutan umum. Itu pun kecepatannya tidak boleh lebih dari 30 kilometer per jam. Aturan tersebut berlaku hingga Rabu (30/12).

Para pemilik kendaraan yang melanggar akan didenda. Untuk memudahkan penduduk, pemerintah Milan memberlakukan tiket khusus untuk transportasi publik. Yaitu, cukup membayar EUR 1,50 (sekitar Rp22 ribu) untuk bisa naik angkutan umum apa pun sepanjang hari. 

’’Pada kondisi darurat seperti ini, kami tidak bisa bersikap acuh tak acau,’’ ujar Wali Kota Milan, Giuliano Pisapia.

Karena itu, dia meminta seluruh lapisan masyarakat ikut berpartisipasi. Sejak 2008, Milan telah ditahbiskan sebagai kota yang paling berpolusi di Benua Eropa. Hingga saat ini, predikat tersebut belum hilang.

Roma memiliki aturan berbeda untuk mengatasi polusi. Mobil dengan pelat nomor ganjil dilarang melintas sembilan jam mulai kemarin. Sebaliknya, hari ini ganti giliran mobil dengan pelat nomor genap yang dibatasi. Larangan di atas tidak berlaku untuk mobil-mobil ramah lingkungan. Misalnya, mobil dengan mesin hybrid. Di San Vitaliano, untuk mengurangi polusi, pemanggang pizza yang berbahan bakar kayu dilarang dipakai. Kecuali ada filter penangkal polusi.

Di Iran sama. Tingginya angka polusi mengakibatkan dua pertandingan sepakbola yang seharusnya berlangsung Ahad lalu (27/12) ditunda hingga hari ini. Sekolah-sekolah di Teheran dan sekitarnya diliburkan tiga hari. Indeks kualitas udara di Teheran pada Ahad lalu mencapai 132. Padahal, WHO menyatakan bahwa level aman adalah 0–50.

Masalah serupa terjadi di Cina. Di Beijing, pemerintah sudah dua kali mengumumkan red alert polusi udara. Itu adalah peringatan tertinggi untuk polusi. Red alert diberlakukan jika kondisi udara stagnan selama 72 jam. Partikel polusi udara di Beijing bahkan sudah sampai pada level sangat berbahaya. Yaitu, PM 2,5. Partikel tersebut sangat kecil dan mampu masuk ke paru-paru. Jika berlarut-larut, itu bisa memicu kanker.

Pemerintah Cina pun sudah memberlakukan pembatasan kendaraan seperti di Milan dan Roma. Sayang, yang melanggar juga sama banyak. Tak cukup sampai di situ, mereka menggunakan alat untuk menembakkan partikel air ke udara. Dengan demikian, udara di sekitarnya bisa lebih bersih. Sayang, alat tersebut masih terbatas.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook