Bisakah Persoalan Banjir Diatasi dengan Lobang Biopori?

Lingkungan | Minggu, 28 Agustus 2022 - 11:13 WIB

Bisakah Persoalan Banjir Diatasi dengan Lobang Biopori?
Kader Penggerak Kampung Berseri Astra Internasional sekaligus Anggota DPD LPM Kota Pekanbaru Mirshal bersama Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Riau membuat lubang biopori di halaman Kantor Lurah, Guna mengatasi masalah banjir yang kerap terjadi di Kelurahan Tangkerang Barat Kecamatan Marpoyan Damai, baru-baru ini (MHD AKHWAN/RIAUPOS)


(RIAUPOS.CO) - Berangkat dari kepedulian terhadap persoalan banjir kota Pekanbaru yang sampai saat ini belum juga ada tanda-tanda membaik. Untuk membantu mengatasi masalah klasik tersebut, yakni banjir menahun, di Kelurahan Tangkerang Barat, Kecamatan Marpoyan Damai, ada Kader Penggerak Kampung Berseri Astra Internasional dibawah arahan Mirshal, yang juga merupakan Anggota DPD LPM Kota Pekanbaru, mengajak masyarakat untuk mulai paham dengan namanya pembuatan lubang biopori.

Kader Penggerak Kampung Berseri Astra Internasional, Mirshal mengatakan, dirinya sudah memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat Kota Pekanbaru khususnya  didaerah tempat ia tinggal, ditentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar dengan beragam kegiatan, salah satunya berupa pembuatan lubang biopori yang dapat mengatasi banjir.


"Kami hanya memberikan contoh, dengan cara menggalakkan pembuatan lubang biopori ini dapat membantu untuk mengurangi bahaya banjir kota Pekanbaru," ujar Mirshal kepada wartawan dalam obrolannya.

Disampaikannya, bahwa manfaat lubang biopori ini mampu meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah, sehingga mampu mengurangi resiko banjir akibat meluapnya air hujan.

‘’Teknologi ini juga mampu meningkatkan jumlah cadangan air bersih di dalam tanah, dan membuat kondisi tanah menjadi subur,’’ tuturnya.

Pembuatan lubang biopori dilakukan didaerah yang tinggi. Namun lubang biopori juga dapat menjadi lokasi alternatif penanganan sampah basah seperti tulang ikan, sayur, nasi basi hingga rerumputan kering, yang nantinya terprementasi secara alami menjadi pupuk dan dapat di membantu warga sekitar dalam bercocok tanam.

"Kita memberikan edukasi cara pembuatan lobang biopori yang hanya menggunakan alat-alat sederhana seperti bor tanah, pipa PVC, sampah serta air. Lubang ini memiliki diameter antara 10-30 cm, serta memiliki kedalaman kurang lebih 1 meter. Selain itu, lobang tersebut kemudian diisi dengan sampah organik yang memiliki fungsi sebagai makanan makhluk hidup yang ada di tanah, seperti cacing dan akar tumbuhan. Setelah 40 hari sampah yang ada di lobang tersebut telah sempurna menjadi kompos dan siap dipanen oleh warga," ucapnya.

Bagi Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Riau teknologi pembuatan lubang biopori yang di ajarkan menjadi semangat baru untuk bersama-sama ikut menggalakkan dan melakukan pembuatan lubang biopori. Minimal di halaman rumah sendiri, atau di halaman Kantor tempat bekerja.

Dengan lubang biopori akan mampu meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah, sehingga mampu mengurangi risiko banjir akibat meluapnya air hujan. Selain itu, teknologi ini juga mampu meningkatkan jumlah cadangan air bersih di dalam tanah.

Prinsip kerja lubang peresapan biopori sangat sederhana. Di mana lubang yang dibuat, kemudian diberi sampah organik yang akan memicu biota tanah seperti cacing dan semut dan akar tanaman untuk membuat rongga-rongga (lubang) di dalam tanah yang disebut biopori.

"Kami berharap dengan adanya pembuatan lubang biopori ini dapat membantu masyarakat dalam menangani permasalahan banjir di wilayahnya," ucap Ketua KKN,


Laporan AGUSTIAR, Pekanbaru

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook