PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Bagi fotografer bule ini, tak cukup hanya merasakan langsung seperti apa dahsyatnya bencana kabut asap yang melanda Kalimantan. Momen-momen menyentuh yang diabadikannya itu, kini terkabarkan secara luas ke seluruh dunia ketika dipublikasikan.
Banyak pesan yang tersampaikan dan di laman BBC Indonesia, curahan hati serta sebagian foto-fotonya itu mengabarkan secara jelas tentang terjadinya kehancuran, kesedihan dan masih adanya harapan di tengah bencana yang belum teratasi ini. Berikut kutipan lengkapnya:
KOTA Palangkaraya di Kalimantan Tengah menguning diliputi kabut asap akibat kebakaran hutan berskala besar. Juru kamera dan fotografer, Bjorn Vaughn, merekam kehancuran dan kesedihan kota dalam sejumlah foto.
"Saya mencintai Indonesia dan saya cinta Kalimantan. Orang-orang, budaya, hutan, orang utan, dan keindahan alamnya. Saya menyadari seberapa cepat semua itu menghilang," katanya kepada BBC Indonesia.
Bjorn berkewarganegaraan Inggris-Amerika, yang lahir di Spanyol dan dibesarkan di Jerman. Dia pernah tinggal di berbagai negara, namun dalam enam tahun terakhir menetap di Kalimantan sebagai bagian dari rumah produksi Borneo Productions International.
Sebagai juru kamera, dia sering melihat langsung kebakaran hutan dan menyadari betapa sulitnya memadamkan api di lahan gambut.
"Saya berharap bahwa foto-foto ini membuat orang merasakan apa yang saya rasakan ketika memotretnya. Kehancuran, kesedihan, dan harapan. Saya harap sejumlah gambar ini bisa meningkatkan kesadaran dan mungkin bisa membuat orang tergerak - sama seperti foto-foto ini menggerakan saya - sehingga ini tak lagi terjadi."
Walau sudah enam tahun hidup di Kalimantan, Bjorn masih tidak bisa memahami mengapa kebakaran hutan terus terjadi dan mengapa orang-orang begitu enteng menganggap hal ini ’sudah biasa.’
"Satu malam di kamar hotel, saya bangun merasa sakit dan sesak nafas. Hari itu polusi udara mencapai 2.600 (angka 350 sudah dianggap berbahaya). Saya tidak mendapat oksigen yang cukup. Saya seperti tercekik, saya panik. Saya menyadari hal inilah yang dirasakan ribuan keluarga yang terpapar kabut asap dan tidak memiliki masker yang layak untuk melindungi mereka."
"Sebagian orang hidup dengan kabut asap tiap hari. Bagi saya, itu mimpi buruk. Saya tidak tahu bagaimana orang-orang menghadapinya."
"Ada banyak momen yang mempengaruhi saya. Saya bertemu dengan laki-laki yang sudah sangat sakit karena asap, tetapi tetap bekerja karena tidak ada yang mencari uang untuk keluarganya.
"Ada banyak relawan yang berjuang melawan api tanpa bayaran. Juga para pemadam kebakaran yang walau kewalahan, tetap melawan api sepanjang hari dan bahkan tak punya air untuk diminum.
"Dan ada Slamet, tukang bangunan yang tak mendapat kerjaan selama musim kabut asap pekat; dia menjaring ikan di selokan yang airnya kotor di Palangkaraya dan mengatakan ’ikan yang kotor masih lebih baik dari pada tidak ada ikan sama sekali.’ Ada keluarga yang kehilangan bayinya karena penyakit terkait asap..."
"Di malam dan pagi hari, mengenang pengalaman-pengalaman itu, saya menangis karena kesedihan itu. Dan karena saya sangat tersentuh dengan kekuatan dan semangat orang-orang di Kalimantan Tengah menghadapi asap."
Sumber: BBC Indonesia
Editor: Amzar