Musim kemarau yang sudah mulai terjadi di wilayah Riau, menjadi bayangan kelam bagi pemerintah. Pasalnya setiap musim kemarau, Provinsi Riau menjadi langganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
RIAUPOS.CO - SIANG itu, terik matahari sangat menyengat dikulit. Lahan gambut di Desa Sungai Alam dan Desa Air Putih, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten, Riau, tepatnya di jalan baru dari Desa Alam menuju ke arah Desa Selat Baru menyisakan semak belukar yang sangat luas.
Hamparan lahan gambut tak bertuan itu, dulunya menjadi langganan karhutla saat kemarau tiba. Namun saat ini, upaya masyarakat membudidayakan pohon gerunggang untuk ditaman dan diambil mafaatnya, setelah kayu berusia 4-7 tahun membuatkan hasil.
Tanaman gerunggang yang dibudidayakan oleh Solihin, sang pencinta lingkungan secara personal dan kelompok sudah menanam lebih dari ratusan haktare pohon gerunggang di lahan gambut tersebut.
“Pohon hutan ini sudah saya budidayakan sejak 2014 lalu di setiap desa yang ada di pulau Bengkalis. Hasilnya bisa lihat sendiri, pohon gerunggang yang berjejer lulus sudah hampir tiba masa panennya,” ucap Solihin saat bertemu di lahan gerunggangnya di Desa Sungai Alam, Bengkalis.
Pohon gerunggang atau dalam bahasa latin disebut Cratoxylum Arborescens telah direkomendasikan oleh Balai Litbang Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) Kuok, Kampar, Riau sebagai salah satu tanaman rehabilitasi pada lahan gambut.
Selain termasuk jenis pionir dan fast growing, pohon gerunggang memiliki toleransi hidup pada lahan tergenang, memiliki nilai kalori rendah sekitar 16 kg/g, sehingga tidak mudah terbakar. Juga termasuk jenis yang tahan terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, gerunggang diyakini dapat berkontribusi dalam upaya mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kerap melanda lahan gambut di Indonesia.
“Berdasarkan penelitian BP2TSTH Kuok, Kampar diketahui jenis ini mampu menjaga kelembaban lahan gambut sekitar 80 persen dan suhu di bawah 30oC,” ujar Solihin.
Pohon gerunggang juga dinilai lebih dapat beradaptasi pada lahan gambut, dengan tinggi muka air tanah hingga 20 cm di bawah permukaan tanah, jika dibandingkan jenis lokal lainya. Seperti mahang, skubung dan bahkan dibandingkan jenis eksotik Acacia Crassicarpa.
Secara sosial, gerunggang juga mendapat dukungan masyarakat. Di Riau, misalnya, masyarakat Bengkalis dan Kepulauan Meranti, sudah turun temurun dan sangat familiar dengan gerunggang. Sesuai fakta lapangan bahwa memanfaat dari kayu gerunggang antara lain untuk kayu cerocok bangunan, bahan bangunan rumah, furniture, prabotan, palet dan lain-lain.
“Bahkan saat ini telah bermunculan kalangan masyarakat umum bergerak menginisiatif membudidaya gerunggang dalam jumlah besar, di lahannya masing-masing. Antara lain dengan membentuk kelompok-kelompok tani hutan untuk melakukan budidaya gerunggang yang terinspirasi dan digerakan oleh motivasi Lembaga Swadaya Masyarakat Ikatan Pemuda Melayu Peduli Lingkuangan (LSM IPMPL),” ujar Solihin.
Sejak tahun 2014 lalu, upaya yang dilakukan oleh LSM IPMPL dalam mendorong gairah masyarakat untuk menanam kembali lahan gambut mereka, yang masuk pada kategori lahan kritis maupun tumpang sari dengan pohon karet dan pohon kelapa.
“Sejauh ini lahan gerunggang yang sudah tertanam oleh gerakan LSM IPMPL sampai dengan tahun 2023, sudah mencapai ratusan hektare. Sementara Kelompok Tani Hutan Binaann LSM IPMPL sebanyak 41 kelompok dengan jumlah lahan ribuan hektar beranggotakan ribuan orang anggota masyarakat dari empat kecamatan,” ucap Solihin yang juga tokoh pemuda yang konsen dengan kegiatan rebaisa lahan gambut dan mangrove di sepanjang pantai di pulau Bengkalis.
Solihin menjelaskan, jika saja Bemkab Bengkalis dan Pemerintah Provinsi Riau mau betul-betul serius mewujudkan Riau hijau dengan cara bersenergi bersama masyarakat. Jadi tidak sebatas serimonial saja dan sangat diyakini dari budidaya gerunggang akan mampu menjadi sumber pemasukan daerah ke depannya. Bahkan budiaya gerunggang bisa menjadi tanaman unggulan lokal Bumi Lancang Kuning .
“Hanya saja sejauh ini kami melihat, kata- kata menuju Riau hijau atau Bengkalis hijau, oleh kalangan pemimpin kita, sepertinya hanya untuk menyedapkan telinga masyarakat mendengar. Namun faktanya dari sejak dulu kita masyarakat berjuang merobah pohon gerunggang sebelumnya bersetatus non budidaya menjadi tanaman budidaya,” jelas Solihin.
Menurut Solihin, dukungan terhadap kelompok-kelompok masyarakat binaan kita yang telah membudidaya gerunggang secara swadaya tidak mendapat dukungan, baik dalam bentuk dukungan permodalam maupun dukungan lain yang semestinya.
Pada hal dengan masyarakat membudidaya gerunggang di lahan-lahan gambut mereka yang tidak produktif menjadi produktif, yang bernilai ekonomi hingga miliaran rupiah per setiap hektar dalam rentang waktu 12 tahun.
“Ya, manfaat paling mendasar adalah berpotensi mencegah karhutla dengan kemampuanya mengikat air dalam jumlah besar,” ucap aktifis yang dijumpai Riau Pos saat menanam gerunggang di lahan gambut di Desa Kuala Alam.
Oleh karena itu Solihin berharap, sinergisitas dengan pemerintah daerah Kabupaten, Provinsi maupun Pusat dapat terwujud ke depannya nanti, jika memang benar-benar punya dan niat untuk mencegah Karhutla maupun meningkatkan ekonomi masyarakat yang berdomisili di areal lahan gambut tidak produktif.
Tunggu Realisasi Janji Gubernur Riau
Rimbun dan suasana teduh di jalan poros Sungai Alam- Selatbaru, tepatnya masuk di areal Desa Air Putih Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis- Riau, terdapat demplot budidaya pohon gerunggang dan tempat penakaran bibit kurang lebih empat hektar milik LSM- IPMPL.
Lokasi tersebut telah beberapa kali di kunjungi oleh sejumlah pejabat Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis, Pejabat Pemerintah Provinsi Riau termasuk Pejabat Pemerintah Pusat untuk menyaksikan langsung hasil budidaya gerunggang yang dilakukan oleh LSM IPMPL.
Bahkan, Gubernur Riau Syamsuar, turut serta melakukan penanaman pohon gerunggang di lokasi tersebut sekitar pertengahan Mei 2019, saat ini pohon yang ditanam Gubernur diperkirakan mencapai ketinggian kurang lebih sebelas meter.
Kemudian Pj Bupati Bengkalis, Syahrial Abdi juga beberapa waktu lalu ikut menanam. Selain itu anggota DPD RI perwakilan Riau Edwin, kepala Dinas LHK Riau, Murod, Diputi 2 dan Diputi 4 BRGM RI, Sespri kelapa BRG RI yang saat di jabat Nasir dan sejumlah pejabat lainya telah pernah datang ke lokasi dempot tersebut.
“Namun sayangnya tindaklanjut dari hasil kunjungan mereka sampai saat ini belum terlihat apa-apa. Makanya kami meminta janji Pak Gubernur Riau Syamsuar untuk merealisasikan janjinya melalui progam nyata dalam mengantisilasi karhutla di Riau,” kesal Solihin mengingat janji Gubri kala itu.
Walau tidak mendapat dukungan riil oleh pemegang kebijakan, namun motivasi terus dihembuskan oleh Solihin dan kawan LSM IPMPL kepada masyarakat, yang serius ingin membudidaya gerunggang, walau masyarakat belum mendapat apa-apa bantuan dari pemerintah.
“Kita terus berbuat dan bergerak tanpa henti bersama pohon gerunggang. Jangan tanya apa yang diberikan negara kepada kita, tapi tanyakan apa yang kita sumbangkan untuk negara demi keberlangsungan anak cucu kita,” ucapnya dengan penuh semangat dan keyakinan kuat.
Hal yang perlu menjadi perhatian bersama, selain bernilai ekonomi sangat tinggi, menanam pohon gerunggang berarti ikut serta memulihkan kembali lahan-lahan gambut yang telah rusak menjadi lestari. ‘’Sehingga karhutla yang sebelumnya membuat anak-anak kita, saudara kita menderita karena bencana asap akibat, insya Allah ke depanya nanti dapat teratasi,” ujarnya.(gus)
Laporan Abu Kasim, Bengkalis