PENYELAMATAN DAS DAN PANTAI SIAK

Bukan untuk Hari Ini

Lingkungan | Minggu, 03 Januari 2016 - 18:00 WIB

Bukan untuk Hari Ini
omunitas Persaudaraan Pemancing Riau (PaPeR) saat menanam mangrove di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Sungaiapit, Siak. Upaya penyelamatan kawasan pesisir di Kabupaten Siak harus dilakukan agar tidak tergerus abrasi. (PAPER FOR RIAU POS)

Apa yang dilakukan hari ini, katanya hasilnya tidak akan dilihat dalam waktu sekejap, dia memerlukan proses dan waktu. ‘’Apa yang dilakukan para angler hari ini bukan untuk hari ini akan tetapi akan masa depan, untuk anak dan cucu kita kelak,’’ ujarnya.

Karena itu, semua pihak harus komit terhadap upaya penyelamatan kawasan pantai dari terjangan abrasi. Hancurnya sungai akibat abrasi akan menimbulkan beragam dampak terhadap masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari sungai atau laut.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Khawatirkan Unsur Kesengajaan

Kondisi abrasi di Sungai Siak dan Daerah Aliran Sungainya (DAS)  terbagi dari beberapa cluster, untuk cluster utama yaitu hulu Sungai Siak sampai hilir (dari Kota Siak-Sungai Apit) mungkin sudah membaik karena sejak adanya jembatan dan berkurangnya aktivitas perairan yang padat serta kegiatan konservasi yang dilakukan alhamdulillah saat ini sudah kelihatan perubahannya.

‘’Paling-paling yang didaerah pemukiman padat penduduk dan beberapa perkebunan serta perusahaan saja yang perlu diperhatikan konservasinya,’’ ujar penggiat lingkungan Siak yang juga ketua BCA, Tarsono.

Cluster kedua adalah dari Siak ke Hulunya sana sampai ke Pekanbaru dan Tapung yang memerlukan penanganan khusus karena padatnya aktivitas masyarakat di sepanjang daerah ini dan kondisinya saat ini cukup memprihatinkan.

Cluster selanjutnya adalah cluster anak-anak sungai yang muaranya  bermuara ke Sungai Siak. Ini sangat luas dan terpecah-pecah dibeberapa daerah administrasi yang berlainan dan lintas kabuapten/kota. 

Sebenarnya cukup mudah melihat kesehatan DAS, lihat saja  dari segi fisiknya. ‘’Artinya, kita tinggal melihat kekayaan tanaman dan pohon yang ada dan lapisan pohon serta tanaman di DAS itu, jika lapisan pohonnya sesuai dengan spesifikasi konservasi dan semakin banyak jenisnya maka bisa dikatakan DAS itu sehat,’’ ujarnya.

Namun, tambahnya ini belum cukup karena  harus dilihat juga  kekayaan jenis biota sungai itu dan banyaknya biota yang ada. Jika dibarisan depan masih banyak pohon-pohon perintis dan pemecah gelombang seperti pidada/merembang (Soneratia Sp) kemudian diikuti dibelakangnya jenis pohon lain dan semakin banyak jenisnya maka abrasi akan dapat diatasi jika ancaman abrasi itu hanya dari gelombang saja baik gelombang alam oleh angin maupun gelombang yang dihasilkan oleh aktivitas kapal.

‘’Namun jika ada unsur  kesengajaan misalnya ditebang dan dirusak oleh  manusia ini yang berbahaya karena kerusakannya sangat cepat dan parah. Ini pula yang kami khawatirkan,’’ ucapnya.

Menurut pengamatannya abrasi di DAS Siak terparah saat ini disekitar daerah Maredan, Perawang dan sekitarnya akibat aktivtas masyarakat dan perusahaan seperti perumahan, perkebunan dan usaha.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook