Zikri Derliansa. Malang menimpanya. Di usianya yang masih 5 tahun, Ia kini terbaring sakit di rumahnya di Desa Pulau Kumpai Pangean. Tidak sadarkan diri. Zikri diduga menderita radang otak. Lantas, apa penyebabnya?
KUANTAN SINGINGI (RIAUPOS.CO) -- Sejak kecil, Zikri ceria. Bergaul aktif dengan teman-temannya sebaya. Kuantan menjadi tempatnya bermain. Ia mandi di tengah maraknya penambangan emas tanpa izin (Peti) saat itu. Sejak sebulan lalu, Zikri kini hanya diam. Tatapan matanya kosong. Tidak mengenal sekitarnya.
"Sekarang dia diam saja. Tak kenal dengan kita," kata Musliadi, paman Zikri kepada wartawan di Pangean, Ahad (19/1).
Sejak kecil hingga sekarang, diakui Musliadi, keponakannya itu sering bermain di Kuantan. "Memang waktu itu dongfeng banyak. Dongfeng di hulu, Ia mandi di hilir. Apakah penyakit yang dideritanya itu disebabkan karena dampak dari dongfeng, bisa jadi juga," ungkapnya.
Kendati demikian, Zikri mulai merasakan demam-demam saat banjir pertama kali terjadi, sekitar awak Desember 2019 lalu. Badannya saat itu panas, tubuhnya kejang-kejang. Pingsan. Dan sejak saat itu dia tak sehat.
"Waktu banjir kedua, Ia semakin tidak sehat. Dan sejak saat itu dia tidak kenal dengan kita. Sampai sekarang," sebut Musliadi.
Berbagai upaya telah dilakukan Musliadi dan orang tuanya, Suisantro alias Suit dengan Alpa Deliani untuk mengobati Zikri agar sehat kembali. Baik dengan pengobatan tradisional, seperti diurut dan ditawari obat-obatan yang diyakini bisa menyembuhkannya.
"Namun tak juga ada angsur. Malahan sekarang tambah parah. Zikri semakin tak kenal dengan kita. Terus diam. Tak bisa berkomunikasi," katanya.
Baru-baru ini, Zikri dibawanya berobat ke dokter anak di RSUD Telukkuantan. Namun tak bisa dirawat lama. Karena dokter menyarankan agar Zikri dirujuk ke RSUD Umum di Pekanbaru. "Menurut dokter, Zikri harus ditangani cepat. Karena dia sedang menderita radang selaput otak," ungkap paman Zikri itu.
Sayang, keinginan cepat untuk mengobati keponakannya tak terealisasi. Karena terkendala biaya. “Kalau dibawa ke Pekanbaru tentu biayanya mahal. Sementara BPJS belum ada. Sebab kemarin BPJS baru diurus, dan baru mulai bisa digunakan sekitar 6 Februari besok,” ujarnya.
Sehingga, kata Musliadi, keponakannya itu harus dirawat di rumahnya di Dusun III Teratak Enau, Pulau Kumpai Pangean. "Ya, terpaksa kita BPJS aktif. Baru dirujuk ke RSUD di Pekanbaru," bebera Musliadi.
Sedangkan Kepala Desa Pulau Kumpai Hanapius berharap doa dan dukungan semuanya agar warganya yang sedang sakit itu bisa sehat. "Ya, mudah-mudahan dengan dukungan, bantuan dan doa kita semua, Ia bisa sehat kembali. Aamiin," ucap Hanapius.(gem)
Laporan JUPRISON, Teluk Kuantan