KISAH DUA WANITA TUNA NETRA LANSIA DI KUANTAN SINGINGI

Hidup dari Bantuan Tetangga dan Sanak Famili

Kuantan Singingi | Senin, 10 Februari 2020 - 12:17 WIB

Hidup dari Bantuan Tetangga dan Sanak Famili
TUNA NETRA: Dua saudara kandung, kakak adik, sama-sama menderita tuna netra. Kini di usia lanjut, keduanya hidup dari bantuan tetangga dan keluarga di Desa Simandolak Benai, akhir pekan lalu. (juprison/riau pos)

Malang menimpa Dasminar (67) dan Nuraini (62). Dua wanita kakak adik kandung di Desa Simandolak, Kecamatan Benai. Keduanya tidak bisa melihat alias buta. Seperti apa kisahnya

KUANTAN SINGINGI (RIAUPOS.CO) -- Sejak tidak lagi mendapat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dua wanita tuna netra yang telah lanjut usia (lansia) di Simandolak Benai, hidupnya kian tak menentu.


Kini, keduanya tengah berjuang untuk bertahan hidup. Dasminar mengalami buta sejak 2006 lalu. Sedangkan Nuraini alias Itai buta sejak masih kecil. Mereka hidup dari belas kasihan tetangga dan sanak famili.

Dari pengakuannya kepada wartawan, akhir pekan lalu, Nuraini mengaku, kalau dirinya kini menggantungkan hidup sehari-hari dari bantuan tetangga. Karena sudah setahun tidak mendapat bantuan sembako dan telur dari pemerintah.

"Kini kami hidup dari bantuan dan belas kasihan tetangga dan sanak famili. Apalagi sejak bantuan sembako dan telur yang kami terima dulu sudah terhenti, sejak bulan puasa tahun lalu," ujar Itai kepada wartawan.

Itai menceritakan. Dirinya punya anak yang juga ikut membantu. Namun dirinya juga prihatin dengan kondisi ekonomi anaknya. Sehingga ia berharap perhatian dari orang-orang yang ikhlas membantu.

"Ada juga bantuan dari anak. Tapi mereka juga punya keperluan. Dan saya juga ada anak di Jakarta. Anak kami itu juga tidak  bisa melihat," ungkap Itai yang alami kebutaan sejak lahir.

Kakak adik ini hidup satu rumah. Berharap bantuan dari tetangga. Terutama untuk memenuhi keperluan sehari-hari. "Sedangkan untuk memasak dan lainnya, kami kerjakan sendiri," ujarnya.

Di usia yang senja, Itai mengaku tidak bisa beraktivitas apapun. Karena itu, ia berharap ada bantuan rutin dari pemerintah. "Sehingga kami tidak mengalami kesulitan seperti saat ini," diungkapnya.

Jika nenek Itai buta sejak lahir, kakaknya Dasminar mengalami kebutaan sejak 2006 lalu. Ia ikhlas dan pasrah dengan kondisi yang menimpanya. "Kini nasib kami sama, tidak bisa melihat sama sekali," tuturnya.

Ia juga berharap ada bantuan secara rutin dari pemerintah, sehingga hidupnya tidak menjadi beban masyarakat dan warga sekitar. "Kami hanya bisa berharap, ada uluran tangan, dan di usia senja ini kami harap bisa lebih baik," harapnya juga.

Sementara itu, Kepala Desa Simandolak, Fikri yang dikonfirmasi Riau Pos, Ahad (9/2) mengakui, ada dua orang warganya kakak adik yang sudah lanjut usia. Menderita tuna netra. Dan kini tengah hidup sebatang kara.

"Memang dulu ada bantuan untuk keduanya. Tapi 2019 kemarin terputus. Ntah apa penyebabnya. Dan ke depan, nanti akan kita upayakan bantuan mereka dari dana desa. Kalau sekarang dana desa belum ada, tentu nanti baru bisa dibantu. Dan ini akan diupayakan," katanya.***

Laporan JUPRISON, Telukkuantan









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook