USIA 24 HARI KEJANG-KEJANG, KINI RUTIN KONSUMSI OBAT

Slamat Kurniawan, Anak Pengidap Radang Otak dan Epilepsi di Kuansing

Kuantan Singingi | Jumat, 03 Januari 2020 - 09:29 WIB

Slamat Kurniawan, Anak Pengidap Radang Otak dan Epilepsi di Kuansing
Slamat Kurniawan berada dalam pangkuan sang ibu Heti Kumala Ningsih di Dusun Kampung Duyan, Desa Simandolak, Kecamatan Benai, Kuansing, Kamis (2/1/2020). (JUPRISON/RIAU POS)

TELUKKUANTAN (RIAUPOS.CO) -- Malang nasib Slamat Kurniawan (14). Ia harus berjuang melawan penyakit radang otak dan epilepsi yang diderita sejak kecil. Kini, warga Riau yang bermastautin di Dusun Kampung Duyan, Desa Simandolak, Benai, Kuantan Singingi itu perlu uluran tangan membantu meringankan bebannya.

SLAMAT hanya bisa terbaring lemah. Tinggal kulit pembalut tulang yang membuat pipinya semakin tirus. Bola matanya terlihat lebih besar. Lengan dan tangan serta paha dan kakinya tak memperlihatkan seorang anak yang sudah remaja.


Kampung Duyan, Desa Simandolak tak jauh dari ibukota Kuansing, Kota Telukkuantan. Arah ke hilir. Tepat di persimpangan Tugu Gajah Poetih, di Desa Tebing Tinggi Simandolak Benai, ambil jalan ke kanan. 

Sekitar 3 kilometer melewati jalan kabupaten. Berjarak sekitar 200 meter arah ke hilir dari lapangan sepakbola Desa Koto Simandolak. Rumah Slamet bisa didapati. Rumahnya sederhana saja. Ruangan utama terasa luas karena tak terlihat perabotan. Dindingnya batu. Sebelah kanan ke arah hilir.

Setibanya Riau Pos di rumah. Slamat terbaring. Dia ditemani sang ibu tersayang, Heti Kumala Ningsih (37). Sedangkan ayah kandungnya bernama Zul Israk. 

Badan Slamat terlihat kurus. Ia tak bisa berkata apa-apa. Hanya guling. Guling dan guling. Sesekali, sang ibumenggendong dengan penuh kasih sayang. Apalagi, dia anak tertua dari tiga bersaudara. Adiknya Ody Syaputra (8) dan si bungsu Shakilla Alpala (4). Heti, tak bisa berkata banyak. Ia mengikhlaskan anaknya seperti itu.

"Beginilah kondisi anak kami. Anak ini sudah mengalami lumpuh layu sejak usia balita. Kami sudah berupaya mengobati semampu kami ke sana ke mari, namun kini anak kami hanya terapi sebisanya ke dokter praktek dan puskesmas terdekat," tutur Heti menyeka air mata. 

Saat ditemui di rumahnya kemarin  (2/1), Heti memang mengaku ikhlas dan pasrah atas derita yang dialami anaknya. Heti, berharap yang terbaik untuk sang buah hati. 

"Saya ikhlas. Pasrah. Semoga ini jalan terbaik buat anak kami ini. Dan kami tak bisa lagi berbuat lebih jauh, karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung. Hanya kepada Allah SWT kami berserah diri," katanya.(egp)

Laporan JUPRISON, Telukkuantan









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook