Mulai Pelupa? Kenali 4 Tanda Penuaan pada Otak

Kesehatan | Kamis, 25 April 2019 - 17:50 WIB

Mulai Pelupa? Kenali 4 Tanda Penuaan pada Otak
Ilustrasi Otak

RIAUPOS.CO - Otak merupakan pusat pengatur segala aspek dalam hidup seseorang. Proses berpikir, bergerak, menyimpan memori, hingga koordinasi semua pancaindra dikoordinasikan di organ penting satu ini.

Baca Juga :1.900 Warga Miskin Masuk Data PBIJK

Sayangnya, seiring dengan bertambahnya usia atau mendekati senja, umumnya kemampuan otak dalam bekerja juga ikut menurun.

Ringan berat penurunan kemampuan kerja otak ini sangat bervariasi pada tiap orang. Tidak jarang proses tersebut terjadi tanpa disadari, namun banyak juga yang prosesnya berat hingga sulit melakukan pekerjaan sehari-hari. Apa saja yang menjadi tanda-tanda dari penuaan otak ini.

1. Pikun atau mudah lupa

Sama seperti organ tubuh lainnya, otak juga akan menua ketika memasuki usia senja. Proses penuaan otak ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah akibat berkurangnya volume otak ketika seseorang berusia lanjut.

Bagian otak yang menyusut ini sebagian besar adalah bagian yang fungsinya menyimpan memori. Karena itulah keluhan mudah lupa sangat umum dialami seseorang yang otaknya mulai menua.

2. Bekerja lebih lambat

Tidak hanya proses berpikir yang akan terpengaruh ketika penuaan otak terjadi, namun juga gerakan. Dalam sebuah penelitian terbukti bahwa orang yang usianya 20 tahun mampu menulis 75 persen lebih cepat dibandingkan dengan lansia yang berusia di atas 75 tahun. Walau terlihat sederhana, ternyata koordinasi pada proses menulis yang cukup rumit terjadi di otak.

Menulis mengoordinasikan mata, pusat pikir di otak, dan juga gerakan tangan. Pada lansia yang kerja otaknya sudah mulai menurun, serangkaian koordinasi ini tidak lagi berjalan lancar seperti ketika berusia muda. Menurunnya kemampuan multitasking

Tanda lain yang dapat dilihat ketika penuaan otak mulai terjadi adalah penurunan kemampuan seseorang dalam multitasking. Faktanya, kemampuan ini paling kuat dimiliki oleh mereka yang berusia 18–20 tahun.

Setelah itu, kemampuan multitasking akan perlahan menurun.

Kegiatan sederhana seperti mengendarai mobil ternyata juga bersifat multitasking. Ketika berkendara, Anda harus lihai mengemudikan kendali, melihat sekeliling, dan mengambil keputusan cepat ketika terjadi sesuatu yang mendadak. Di luar negeri, data menunjukkan bahwa lansia merupakan golongan usia yang paling sering mengalami kecelakaan lalu lintas. Atas dasar ini, lansia sebaiknya tetap didampingi ketika berkendara di jalan.

4. Sulit mencari padanan kata

Tidak hanya kesulitan mengingat nama-nama keluarga dekat, seseorang yang mengalami penuaan otak juga umumnya sulit mencari padanan kata ketika berkomunikasi. “Apa namanya tuh yang itu,” kira-kira kalimat itu yang sering terucap ketika seseorang mampu mengingat bentuk benda atau pola kata yang hendak diucapkan, namun lupa nama benda atau kata tersebut.

Biasanya kata-kata ini bukanlah kata yang sulit, namun karena kemampuan recall atau mengingat kembali kata dalam pikirannya sudah mulai menurun, kata sederhana tersebut menjadi sangat sulit dituturkan.

Walau sepintas penuaan otak terkesan mengerikan, sebenarnya kemampuan bekerja otak tetap dapat dipertahankan dengan optimal melalui beragam aktivitas asah otak

Mengingat nomor telepon dan kemudian mencatatnya kembali, membaca, menulis, hingga mengkritisi sebuah hal dapat menjadi jalan untuk tetap mempertahankan kerja otak.

Di samping aktivitas asah otak ini, asupan gizi dan olahraga rutin tentu juga wajib dilakukan. Dengan seluruh usaha, penuaan otak diharapkan bisa ditekan semaksimal mungkin agar tidak memengaruhi aktivitas sehari-hari.(RS/RVS)

Sumber: JPNN.com

Editor: Deslina

  









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook