(RIAUPOS.CO) - Tak banyak yang mengetahui bahaya yang terjadi pada tulang yang patah. Apalagi usia matang juga akan menjadi salah satu faktor rentannya seseorang mengalami patah tulang.
Hal ini dijelaskan oleh Dokter Spesialis Orthopedi RS Awal Bros Panam dr Rangga Ardianto Prasetyo, SpOT, Kamis (17/1). Dia menjelaskan, patah tulang merupakan hal yang sangat umum dan dapat terjadi pada siapa saja dan usia berapa saja.
Tapi saat ini, patah tulang yang paling sering disebabkan oleh cedera akibat kecelakaan motor, mobil, olahraga, dan juga kegiatan fisik lainnya.
Bahkan, penanganan yang kurang tepat seperti dipijat atau pun penarikan tulang yang tidak tepat dapat meningkatkan resiko dalam proses penyembuhannya.
"Kebanyakan pasien baru datang ke rumah sakit setelah melakukan pengobatan alternatif yang kadang membuat kondisi tulang yang patah tersebut semakin parah. Karena teknik pengobatannya biasanya dilakukan dengan pijatan atau penarikan tulang yang cedera," jelasnya.
Terdapat beberapa kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan tulang menjadi lebih rentan terhadap patah tulang seperti osteoporosis, penyakit tulang rapuh (osteogenesis tidak sempurna), kelenjar paratiroid yang terlalu aktif dan beberapa jenis kanker lainnya.
Terdapat dua jenis patah tulang, yaitu patah tulang terbuka dan tertutup. Di mana masing-masing patah tulang memiliki penanganan yang berbeda.
Masyarakat perlu mengetahui langkah yang tepat dalam menangani patah tulang. Biasanya rasa sakit akan memburuk saat digerakkan serta terjadi pembengkakan, dan bagian yang cedera berwarna kebiruan.
Pertolongan pertama untuk tulang yang patah ketika terjadi kecelakaan dan yang membutuhkan pertolongan cepat di antaranya, lakukan pengamanan daerah sekitar lokasi kecelakaan, dan memindahkan korban ke daerah yang lebih aman.
Lalu, jangan menggerakan bagian yang cedera kecuali jika diperlukan, hal ini dibutuhkan guna mencegah cedera lebih lanjut, stabilkan daerah yang luka dalam posisi diam.
Jangan memindahkan korban jika punggung atau lehernya yang mengalami cedera, guna menangani daerah patah tulang, masyarakat dapat membuat bidai dengan melipat mencari kayu yang keras atau sepotong karton yang tebal dan tempatkan di bawah anggota badan yang cedera. Kemudian ikat dengan hati-hati menggunakan potongan-potongan kain.
Selanjutnya, bila pasien atau korban terjadi perdarahan, hentikan dengan menutup daerah luka dengan perban atau kain steril secara erat, dan terapkan tekanan pada daerah luka.
Bila korban terluka menunjukkan tanda-tanda syok, tutupi korban dengan selimut sementara kaki ditinggikan sekitar 30 cm dari kepala.