OLEH: DR. HIDAYATUL FITRIA,SP.THT-KL

Waspada Mimisan pada Remaja

Kesehatan | Minggu, 05 Juli 2020 - 11:13 WIB

Waspada Mimisan pada Remaja
dr. Hidayatul Fitria,Sp.THT-KL

Seorang pemuda 16 tahun bersama ayahnya telah berada tepat di hadapanku. Seperti biasa pertanyaan yang sering ku ajukan “Apa masalah yang bisa saya bantu?” sambil menyebut nama pemuda itu. “ Hidung saya sering berdarah dua bulan terakhir dok. Kadang susah untuk berhenti sendiri.” Pemuda itu membuka pembicaraannya.

“Kami sudah berobat ke beberapa dokter dan dikatakan karena alergi. Memang dia sering bersin-bersin pagi hari dan hidung tersumbat,” ayahnya menimpali. Kulihat dengan seksama  pemuda itu.


“Kalau bernapasnya sering lewat mulut ya,’’ tanyaku. Dari pengamatanku pemuda ini mulutnya senantiasa terbuka walau tidak berbicara, terlihat kesulitannya bernapas lewat hidung. “Ya dok,“ kata ayahnya. “Tidurnya pun mendengkur”. Aku tersenyum. Dugaanku tepat. “Ayo kita periksa,’’ sambil mempersilakan si pemuda duduk di bangku pemeriksaan.

Dari rinoskopi anterior tampak kedua lubang hidung sempit, konka inferior bengkak dan berwarna livide. Aku tidak bisa evaluasi ke belakang lebih jauh karena sempitnya. “Kita akan lakukan pemeriksaan endoskopi hidung saja ya,” aku meminta persetujuan dari pemuda dan ayahnya.

Mereka setuju. Dengan sigap kupasang tampon adrenalin lidokain untuk mengurangi bengkak pada konka dan mengurangi nyeri. Setelah 10 menit, tampon kapas ku buka, pemeriksaan mulai kulakukan. Mataku tertuju ke layar monitor, sementara skop masuk ke hidung, melewati konka media terlihat tumor dengan permukaaan licin, berwarna merah kebiruan memenuhi hidung bagian belakang pada hidung sisi kiri dan mudah berdarah. Hidung sisi kanan juga sama, tapi ukuran tumor lebih kecil.

Siapa yang tak kenal dengan mimisan. Hampir setiap orang pernah mengalami atau melihat kejadiannya. Mimisan bukan penyakit tapi tanda dari suata penyakit. Maksudnya, orang yang mimisan ada kelainan pada hidung atau tubuhnya. Mimisan dapat mengenai semua usia, anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Sebagian orang ada yang memandang sepele masalah mimisan. Mereka menganggap itu hal yang biasa, karena dulu ibu-bapak, adik-kakak atau nenek-kakeknya dulu juga seperti itu.

Secara garis besar mimisan terjadi karena dua hal. Pertama adanya kelainan  di hidung. Hal yang pertama ini penyebab terbanyak. Di antaranya adalah rinitis alergi, rinitis simplek, sinusitis, kelainan anatomi hidung seperti septum deviasi, benda asing di hidung, trauma pada hidung dan tumor. Rinitis alergi ditandai dengan bersin-bersin pagi hari atau saat cuaca dingin. Bersin-bersin juga dapat terpicu saat terpapar debu atau asap. Bersin-bersin dapat disertai hidung tersumbat, hidung meler, gatal pada hidung  bahkan sampai mata. Rinitis simplek dikenal juga dengan bahasa umumnya influensa. Hidung meler, tersumbat dan kadang diikuti meriang. Sementara septum deviasi merupakan kelainan tulang pembatas hidung kiri dan kanan, dimana pembatas ini yang seharusnya lurus tapi pada orang tertentu bengkok.

Selanjutnya benda asing di hidung sering kita jumpai pada anak-anak. Kebiasaan anak yang sering memasukkkan sesuatu ke dalam hidung apakah itu manik-manik, tisu, kertas bahkan baterai jam. Pada orang dewasa benda asing yang sering ditemukan adalah pacet. Trauma pada hidung dapat terjadi karena kebiasaan “ngupil’ sehingga mukosa hidung lecet karena kuku jari yang masuk ke hidung. Trauma saat kecelakaan lalu lintas atau terkena pukulan. Tumor yang pada hidung polip hidung, karsinoma nasofaring, angiofibroma nasofaring, hemangioma nasal dan tumor sinonasal. Kedua adalah kelainan pada tubuh secara umum seperti demam berdarah, leukemia, talasemia, anemia, hipertensi, polisitemia vera dan trombositopenia.

Mimisan pada remaja perlu diwaspadai karena berisiko untuk tumbuhnya tumor angiofibroma. Tumor angiofibroma adalah tumor jinak pembuluh darah. Secara histologik tumor ini bersifat jinak, artinya pemeriksaan mikroskopik laboratorium tumor ini jinak. Namun secara klinis atau dari gejala yang diakibatkan pada penderita dan perilaku tumornya, bersifat ganas. Tumor dapat mendestruksi tulang disekitarnya dan meluas ke mata, sinus paranasal, pipi, tengkorak dan terjadi pendarahan hebat yang sulit untuk dihentikan.

Penyebab tumor ini tidak diketahui pasti. Ada yang mengatakan karena jaringan asalnya. Teori lain adanya ketidakseimbangan hormonal. Adanya kekurangan hormon androgen atau kelebihan hormon estrogen. Oleh karena itu tumor ini banyak ditemukan pada remaja laki-laki dibanding perempuan. Walaupun insiden tumor ini jarang dibanding kanker nasofaring tapi akibat yang dibawanya bisa fatal.

Gejala yang dikeluhkan penderita adalah hidung tersumbat yang progresif dan mimisan berulang yang hebat. Bahkan karena begitu banyak darah yang keluar, kadang penderita membutuhkan transfusi darah. Darah yang banyak keluar akan mengancam nyawa penderita. Gejala hidung tersumbat kadang mirip dengan rinitis alergi biasa. Kalau pada alergi hidung tersumbat kadang berat dan adakalanya ringan. Pada tumor angiofbroma hidung tersumbat menetap dan lama kelamaan penderita terpaksa bernafas melalui mulut karena udara tidak dapat lewat lagi melalui hidung. Mimisan semakin hebat bila sumbatan semakin berat. Ingus tertahan di hidung karena sumbatan akibatnya hidung akan meler sepanjang waktu bahkan sampai kental. Akibat sumbatan hidung ini penciuman juga terganggu bahkan dapat tidak membau sama sekali. Selain gejala di hidung, pasien kadang juga mengeluhkan nyeri telinga atau telinga tersumbat. Hal ini dikarenakan tersumbatnya tuba eustachius oleh tumor. Tuba eustachius adalah saluran penghubung antara telinga hidung. Muara tuba eustachius ini terletak di hidung bagian belakang- pada tenggorok atas. Muara tuba ini biasanya membuka dan menutup. Membuka bila menguap, mengunyah, menelan dan adanya tekanan negatif di telinga tengah. Akibat adanya tumor di muara tuba ini, maka tak bisa membuka sehinnga menimbulkan nyeri di teelinga atau terasa tersumbat.

Tumor ini dapat meluas ke daerah sekitarnya. Menurut Fisch tumor stadium 1 bila tumor masih di rongga hidung dan nasofaring tanpa ada destruksi tulang. Stadium 2 bila tumor sudah meluas ke sinus paranasal dan ada destuksi tulang. Stadium 3 tumor meluas ke mata, infra temporal dan pra selar. Sedangkan stadium 4 tumor meluas ke otak yaitu ke fossa pituitary,chiasma optika dan sinus kavernosus. Menakutkan memang perluasan tumor ini. Akibatnya sunggu membahayakan bagi penderita. Belum lagi pendarahan yang hebat akibat sifat tumornya yang berasal dari pembuluh darah.

Pengobatan utama tumor ini adalah operasi. Operasi dapat dilakukan melalui hidung atau lewat langit-langit mulut. Pendekanan operasi tergantung besar dan loaksi tumor. Operasi biasanya dilakukan di rumah sakit besar dengan peralatan yang lengkap. Untuk mengurangi pendarahan dapat dilakukan embolisasi atau ligasi arteri. Teknik embolisasi merupakan suatu prosedur radiologi intervensi intravaskuler menggunakan zat embolan tertentu yang bertujuan menutup abnormalitas pembuluh darah. Embolisasi preopersi dapat menurunkan komplikasi dan jumlah pendarahn intraoperatif. Sebelum embolisasi dilakukan pemeriksaan digital subtractin angiography (DSA). Angiografi bertujuan untuk mendapatkan gambaran feeding artery dari tumor, sehingga diketahui pembuluh darah mana saja yang menyuplai darah pada tumor. Dari angiografi akan menunjukan ketrlibatan pembuluh darah arteri karotis, arteri vertebral, atau cabang-cabang arteri carotis eksterna kontralateral. Pembuluh darah arteri yang sering menjadi feeding arteri angiofibroma yaitu arteri eksterna serta cabang-cabagnya seperti arteri maksilaris interna, arteri meningeal, , arteri pharyngeal ascenden dan arteri pallatina asenden. Operasi dilakukan setelah 3 hari embolisasi.

Terapi lain adalah terapi hormonal untuk stadium awal. Biasa diberi preparat testosteron.Mengingat bahayanya tumor angiofibroma, maka waspadalah mimisan pada remaja. Segera periksa kan ke dokter untuk mendeteksi adanya tumor ini.***


dr. Hidayatul Fitria,Sp.THT-KL (Spesialis THT RS Awal Bros Pekanbaru)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook