Kita sebagai orang tua sepakat bahwa anak itu adalah titipan dari Allah. Artinya yang namanya titipan haruslah dijaga dengan baik agar pemiliknya itu percaya menitipkan kepada kita sebagai orangtua. Kalau kita berbicara mengenai anak pasti tidak akan ada habisnya, mengapa? Karena setiap tahapan perkembangan mulai dari bayi hingga remaja kita terus menyaksikan dan harus terus belajar agar tidak keliru dalam mengasuh, kemudian kita akan terus mengamati perilaku yang dimunculkan oleh seorang anak. Baik itu perilaku yang baik maupun perilaku yang negatif, maka selama itulah kita akan terus membahas dan mempelajari tentang perkembangan anak.
Sebelum lebih jauh kita menjelaskan mengenai anak dan proses tumbuh kembangnya sebenarnya anak itu apa dan seorang anak itu yang bagaimana? mungkin kebanyakan dari kita akan mengatakan bahwa anak itu seorang manusia kecil titipan Allah kemudian anak itu ya harus dirawat dijaga sampai tumbuh menjadi anak yang baik dan bermanfaat bagi orang lain. Itu semua menjadi harapan dari setiap orangtua dan tidak ada satu orangtua yang mengharapkan keburukan dari anaknya sendiri. Kemudian kalau kita lihat secara definisi bawah anak berarti sesuatu yang lebih kecil atau seseorang yang belum dewasa atau juga sesuatu objek yang dibawahi oleh objek lain namun arti tersebut mencakup hal-hal yang beragam. Menurut disiplin ilmiahnya dalam bidang biologi anak umumnya adalah makhluk hidup yang belum mencapai tahap matang atau dewasa (Wikipedia).
Dari definisi di atas ada kalimat yang ingin saya garis bawahi yaitu, bahwa anak adalah suatu objek yang di bawahi oleh objek lain, artinya apa? dalam kehidupan anak orangtualah yang berperan penuh atas keberlangsungan hidup seorang anak baik pada aspek tumbuh dan kembangnya. Ada satu teori yang berbicara mengenai seorang anak yaitu dalam teori psikologi yang dikembangkan atau dikemukakan oleh salah satu ilmuwan psikologi terdahulu yaitu John Locke yang terkenal dengan teori Tabula Rasa. Di mana beliau mengungkapkan bahwa seorang anak yang baru lahir seperti kertas putih. Artinya kertas putih ini bersih. Lalu bagaimana kertas tersebut terisi atau berwarna? itu tergantung bagaimana orangtua memberikan stimulasi-stimulasi yang pada akhirnya seorang anak memiliki coretan-coretan tertentu dalam kehidupannya.
Kalau kita berbicara mengenai anak dari sudut pandang teorinya John Locke yaitu teori Tabula Rasa ada beberapa hal yang memang bisa kita sepakati bersama. Dimana bahwa seorang anak pada dasarnya pendidikan awal adalah keluarga yang di mana keluarga itu terdiri dari ayah dan ibu atau orang dewasa. Jadi kalau kita lihat bayi yang memang mulai tumbuh menjadi anak-anak, kemudian remaja, remaja awal, remaja akhir hingga tumbuh menjadi dewasa memiliki karakter yang sebenarnya sesuai dengan bagaimana orang tua itu mengasuh atau menerapkan peraturan-peraturan tertentu dalam sebuah keluarga itu sendiri. Jadi intinya yang ingin saya jelaskan adalah bahwa karakter seorang anak itu juga sangat dipengaruhi bagaimana orang tuanya mengasuh atau bagaimana pola asuh orang tua.
Nah, namun pada tulisan kali ini kita akan membahas lebih spesifik lagi yaitu mengenai dampak keterlibatan seorang ayah atau andil seorang ayah dalam proses tumbuh kembang seorang anak. Mengapa saya membuat artikel ini atau tulisan ini? karena jujur selama kurang lebih 10 tahun berkecimpung atau bekerja di dunia anak-anak di mana saya juga bertemu dengan banyak orangtua kemudian banyak pengalaman yang saya dapat dari orangtua dengan masalah-masalah perkembangan yang sangat bervariasi.
Jadi yang sangat mengganggu atau menggelitik pikiran saya adalah bagaimana peran atau keterlibatan seorang ayah dalam proses tumbuh kembang anak itu sendiri. Tentu kita sama-sama sepakat bahwa anak yang terlahir di dunia ini akan sangat membutuhkan orang yang mengasuh untuk mendampingi mereka melalui setiap tahapan perkembangan hingga mereka mampu mandiri.
Lalu pertanyaan besarnya adalah apakah tugas yang memberikan stimulasi, memberikan pengajaran kepada anak itu hanya dibebankan oleh seorang ibu? tentu tidak karena seorang anak juga butuh contoh, butuh pengajaran atau stimulasi dari seorang ayah. Tentunya kita tidak menginginkan ada ucapan-ucapan yang terkadang di masyarakat berkembang bahwa “Ya sudah masalah belajar, masalah perkembangan, masalah ngurus anak itu ya sudah menjadi tugas seorang ibu, kan ayah tugasnya udah cari nafkah”.
Lalu dengan pendapat di atas apakah seorang ayah itu tidak harus ikut andil atau terlibat dalam proses stimulasi perkembangan anak? tentu tidak, justru sebaliknya. Seorang ayah memiliki peran penting dalam proses tumbuh kembang seorang anak. Oke baik, sebelum kita mengkaitkan teori-teori perkembangan atau teori-teori yang berkaitan dampak keterterlibatan seorang ayah dalam proses tumbuh kembang anak. Mungkin saya akan Jelaskan dulu berdasarkan pengalaman-pengalaman saya, selama menjadi seorang terapis anak di Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru. Di mana yang seperti saya katakan tadi banyak orangtua yang membagikan atau bercerita pengalaman-pengalamannya.
Misalnya saja cerita salah satu orangtua yang mengeluhkan kepada saya bahwa, yang menjalankan semua proses terapi atau stimulasi itu dibebankan hanya kepada seorang ibu. Tapi kita di sini tidak bisa menghakimi, apakah seorang ayah itu salah? Tentu tidak ya. Sebelum kita memastikan dulu apakah alasan seorang ayah tidak berperan aktif dalam stimulasi perkembangan anakny. Namun disini saya hanya menjelaskan bahwa pentingnya dukungan atau kolaborasi antara ibu dan ayah dalam proses perkembangan seorang anak. Karena bagaimanapun juga anak akan mengambil contoh-contoh dari perilaku atau cara-cara bersikap dari seorang ayah.
Jadi dengan tulisan ini juga kita tidak mengharapkan “Oh ya kalau begitu seorang ayah harus di rumah aja nggak harus kerja dan hanya fokus pada perkembangan anak?” tentu tidak. Kita mengharapkan dari tulisan ini nantinya bisa menjadi bahan evaluasi bersama antara ibu dan ayah dalam membersamai tumbuh kembang seorang anak dan akhirnya ayah juga tidak kehilangan kesempatan mendampingi keberhasilan anak dalam melewati tahap-tahap perkembangannya. Lalu apa saja dampak keterlibatan ayah dalam perkembangan si kecil?
Berikut keterampilan yang dimiliki seorang anak, jika ayah ikut terlibat dalam menstimulasi perkembangan anak. Dalam sebuah karya tulisan dengan judul “The Effects of Father Involvement” yang ditulis oleh Sarah Allen & Kerry Daly pada tahun 2007 merangkum dari beberapa penelitian mengungkapkan bahwa ketika seorang ayah berpartisipasi dalam stimulasi perkembangan anak sebagai berikut: Pertama, dari hasil penelitian mengungkapkan bahwa jika seorang ayah yang ikut terlibat dalam mengasuh anak, maka ditemukan adalah seorang anak memilik fungsi kognitif yang lebih tinggi.
Penelitian mengungkapkan pembicaraan seorang ayah dengan anaknya lebih banyak ditandai mengunakan pertanyaan “apa?” dan “di mana?” dan hal ini mendorong anak untuk bertanggujawab lebih berkomunikatif dalam intraksi sosialnya. Kedua, seorang ayah yang terlibat dalam mengasuh anak juga akan mempengaruhi kemampuan dalam perkembangan emosionalnya, dari hasil penelitian diungkapkan kelekatan yang nyaman antara ayah dan anak akan menjadikan seorang anak lebih siap dalam mengahadapi situasi yang asing dan lebih tahan dalam mengahadapi stres.
Ketiga, Anak-anak dari ayah yang terlibat lebih cenderung memiliki hubungan teman sebaya yang positif dan menjadi populer serta disukai banyak temannya. Hubungan teman sebaya mereka ditandai dengan tidak berperilaku negatif, tidak agresif, jarang konflik, dan kualitas persahabatan yang lebih positif. Keempat, penelitian juga membutikan bahwa jika seorang ayah terlibat dalam pengasuhan juga akan mengurangi atau menurunkan perilaku negatif pada seorang anak.***