Oleh: Irene Prakikih S MPsi
RIAUPOS.CO - Seperti yang sudah kita ketahui selama beberapa minggu ini masyarakat di himbau untuk tetap di rumah saja demi memutus mata rantai penyebaran virus corona. Hal ini tentu berdampak dengan kebijakan terhadap aktivitas kita sehari hari. Dalam bidang pendidikan, anak anak diinstruksikan untuk belajar dirumah. Dalam bidang ekonomi, Kemudian kantor dan perusahaan juga menerapkan sistem work from home bagi pegawainya.
Selain beradaptasi dengan situasi work from home, sebagai orangtua dalam waktu yang bersamaan juga di tuntut untuk berperan dalam mendidik anak selama masa karantina mandiri. Menjadi orang tua dan menjadi guru merupakan peran yang berbeda. Terkadang orangtua memiliki harapan-harapan tersendiri terhadap anaknya dan ini dapat menghambat orangtua untuk berperan sebagai guru.
Di masyarakat luas tidak jarang ditemukan orang tua dalam melakukan pendampingan belajar pada anak masih dilakukan dengan cara keras, membentak, memaksa dan bahkan sampai memukul jika anaknya tidak mau menuruti kemauan orang tuanya dalam hal belajar hingga anaknya menangis. Pendampingan tersebut, termasuk cara-cara otoriter yakni pola asuh orang tua yang lebih mengutamakan membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan standar mutlak harus dituruti , biasanya dibarengi dengan ancaman- ancaman.
Jika tekanan-tekanan yang demikian ini setiap hari dilakukan orang tua meskipun tujuannya baik yaitu supaya anak tetap belajar tapi dengan pendekatan yang kurang tepat. Kondisi ini tidak baik untuk hubungan orangtua dan anak, sehingga anak akan merasa tidak termotivasi untuk belajar. Hal ini akan membuat anak menjadi stress. Oleh karena itu, orang tua mesti berhati hati dan mempersiapkan diri untuk mendampingi anak belajar di rumah.
Berikut beberapa stategi untuk orangtua agar tetap optimal dalam mendampingi anak belajar dan anak tetap merasa nyaman belajar dirumah. Pertama ,diskusikan bersama pasangan apa yang dapat diberikan ketika anak belajar dirumah dan buatlah jadwal kegiatan harian untuk masing masing yang melibatkan setiap peran yang perlu dijalani dalam anggota keluarga misalnya berbagi tugas dalam memandu mata pelajaran untuk anak.
Kedua, sesuaikan metode belajar dengan tahap perkembangan anak. Tentunya mengajar anak usia sekolah dasar berbeda dengan usia sekolah menengah. Kemudian, Kenali gaya belajar anak. Setiap anak memiliki gaya dan tipe belajar yang tidak sama satu sama lain. Dengan demikian, orangtua dapat menyesuaikan teknik pendampingan dengan tahap perkembangan dan gaya belajar anak.
Ketiga, persiapkan sarana dan prasarana belajar. Tempat yang nyaman, penting agar anak konsentrasi dalam belajar. Perhatikan suhu ruangan dan pencahayaan. Fasilitas untuk mendukung pembelajaran termasuk jika membutuhkan gadget dan koneksi internet. Hindarkan hal yang dapat mengalihkan perhatian anak seperti televisi dan lainnya.
Keempat, waktu dan durasi belajar yang tepat. Konsentrasi pada anak beragam, namun pada umum nya berkisar antara 10 hingga 30 menit. Ketika sudah melihat anak mulai jenuh belajar, orang tua dapat memberikan selingan dengan tanya jawab yang santai untuk menarik minatnya dan memotivasinya kembali.
Kelima, Berilah penghargaan ketika anak berhasil melakukan aktivitas harian dapat melalui pujian, makanan kesukaan anak atau pun aktivitas yang menyenangkan. Aktivitas yang menyenangkan ini dapat berupa kegiatan yang melatih motorik halus dan motorik kasar, agar kegiatan anak menjadi seimbang tidak hanya terpaku di meja belajar saja. Hal ini selain dapat menjadi kan tubuh anak segar, juga dapat memotivasi anak untuk bersiap belajar keesokan harinya.
Meskipun mendampingi anak belajar dirumah dengan sejumlah tanggung jawab pekerjaan memang bukanlah hal yang mudah. Orang tua dapat menentukan prioritas jika jadwal yang dibuat tidak sesuai rencana. Cobalah menikmati prosesnya, tidak perlu sempurna mengerjakan semuanya. Dengan pendampingan yang baik dan menyenangkan dari orangtua akan berpengaruh positif terhadap respon anak terhadap proses belajar dirumah.(fiz)
*Psikolog RS Awal Bross