tidur serta berapa banyak masing-masing peserta berbicara tentang rasa takut dan resah.
Setelah menganalisis data cross-sectional, mereka menemukan bahwa orang yang tidur untuk jumlah waktu yang lebih singkat memiliki tingkat kecemasan yang lebih besar, suka melamun dan terobsesi, tiga faktor yang berkontribusi terhadap proses yang disebut ‘’berpikir negatif berulang-ulang’’.
Selain itu, studi ini menemukan bahwa mereka yang mengklasifikasikan diri mereka sebagai ‘’tipe malam’’ yang berarti mereka cenderung untuk terjaga hingga larut malam lebih mungkin untuk melaporkan pikiran negatif berulang daripada mereka yang tidur lebih awal. (nhk)