SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) -- Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Taufiq Lukman SIK ikut berbelasungkawa atas meninggalnya Abdul Hamid (40). Korban insiden penembakan di Pos SPKT Mapolres, Rabu (11/3) lalu. Dia seperti tak mau jauh dari jenazah korban. Ketika kejadian, Taufiq melaksanakan tugas di Jakarta. Setelah kejadian ia pun bertolak menuju Meranti, transit dari Pekanbaru. Kamis (12/3) pagi tiba di Selatpanjang.
Posisi jenazah berada di RSUD Jalan Dorak, Kepulauan Meranti sejak dievakuasi Kamis (12/3/20) dini hari dari TKP. Proses operasi pembersihan proyektil peluru dilakukan oleh jajaran Polda Riau dari Pekanbaru baru bisa dilakukan sore. Waktu mereka terbuang di perjalanan, karena jarak tempuh yang jauh.
Dari RSUD hingga jenazah tiba di rumah duka, Taufiq terus di dekatnya. Kepada pihak keluarga, Taufiq Lukman mengucapkan belasungkawa. Begitu juga kepada anak korban: Iwan dan adik perempuannya yang ketika itu sempat dirangkul Kapolres. Seperti diketahui sebelumnya, korban terduga pelaku penyerangan anggota Polres Meranti karena tak terima ditilang.
Ketika itu jajaran Pos SPKT melumpuhkannya dengan timah panas setelah berupaya menyerang petugas dengan sebilah badik. Namun kondisinya tak tertolong dan meninggal dunia di tempat kejadian perkara. Namun, pria itu tidak bisa mengontrol emosi dan mengajak petugas piket Reskrim berduel. Akan tetapi, ajakan itu tidak dilayani petugas.
Beri Sanksi jika Terbukti Bersalah
Kabag Sumda Polres Kepulauan Meranti Kompol Areng Swasono mengatakan, sesuai perintah pimpinan jika dalam tindak lanjut perkara terdapat kesalahan, maka jajarannya sebagai pelaku penembakan akan diproses sesuai hukum yang berlaku.
"Karena semua ada prosedur yang harus dilalui. Kami berjanji tidak akan main-main dengan kasus ini. Jadi tidak ada istilah membela anggota," tegas Areng.
Kendati begitu, Areng mengaku tidak bisa memberikan kebijakan yang tupoksinya harus disampaikan langsung pimpinan tertinggi Polres Meranti.
"Untuk selanjutnya mungkin bisa langsung Kapolres yang menyampaikan. Jadi intinya kami tidak akan main-main dengan kasus ini, akan kita dalami kebenarannya," pungkasnya.
Menindaklanjuti pernyataan tersebut, Ketua LAMR Kepulauan Meranti Muzamil Baharudin membeberkan, pihaknya bisa menerima apa yang disampaikan petugas kepolisian bahwa, akan menindak tegas anggota yang melanggar prosedur Polri dan aturan. Menurut para wakil rakyat, warga tersebut bisa dikatakan korban.
"Karena berawal dari perkelahian antara petugas dan warga di Mapolres. Kami dukung komitmen Pak Areng atas apa yang disampaikan tadi akan memproses anggota yang melanggar prosedur," pinta dia didampingi Anggota DPRD Kepulauan Meranti lainnya, Dedi Yuhara Lubis, Kamis (12/3/20) di kantor DPRD Meranti.
Terakhir, Wabup Said Hasyim menginginkan permasalahan tersebut tidak berlarut. Menurutnya tidak adanya unsur kesengajaan dalam musibah ini. "Jika ada yang bersalah akan ditindak secara tegas, namun saya harap masyarakat tidak termakan isu yang tidak jelas. Mari kita dinginkan suasana," ajaknya
Pengakuan Anak Korban
Ada cerita menarik di balik musibah yang menimpa sang ayah. Setiawan anak tertua Abdul Hamid (40) korban insiden penembakan anggota SPKT Polres Kepulauan Meranti, Rabu (11/3) kemarin, sempat ingin menjadi anggota Polri.
Cerita itu dibeberkan Setiawan kepada Riau Pos di Warung Taman Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kepulauan Meranti, Kamis (12/3) pagi. Ketika itu dia mengaku sedang menunggu Tim Biddokkes Polda Riau mengeluarkan proyektil peluru dalam tubuh almarhum ayahnya agar bisa dibawa pulang ke rumah duka. Raut wajahnya tampak sedih. Tubuhnya lunglai bersandar di bangku kayu di warung kopi taman tersebut. Keberadaannya ditemani beberapa tokoh warga setempat.
Di sana dia bercerita, sosok almarhum yang beberapa hari terakhir sedang melalui masalah keluarga akibat utang piutang kediaman yang baru terbayar setengah dari harga jual.
"Bapak itu baru beli rumah di Perjuangan, namun baru setengah dibayarnya. Namun saya tak mampu untuk bantu. Beberapa bulan ini harus bayar, jadi belakangan seperti terbebani," ungkapnya.
Disinggung apakah keluarga berkeinginan jika jenazah almarhum ayahnya dilakukan otopsi? Ia mengaku menolak, karena keluarganya telah mengikhlaskan kepergian sang ayah.
"Tak perlu diotopsi lagi, kami sudah ikhlas. Semoga ada hikmah di balik musibah ini," ujarnya.
Sementara Kapolres Meranti, AKBP Taufiq Lukman Nurhidayat pun ikut berbincang dengannya. Tidak begitu kaku, AKBP Taufiq mulai menanyakan lebih dalam tentang kondisi perekonomian keluarga almarhum yang diketahui meninggalkan tiga orang anak. Ternyata, anak kedua dari korban (perempuan) baru tamat 2 tahun lalu belum memiliki pekerjaan tetap. Sedangkan bungsunya baru berusia di bawah 15 tahun.
Mendengar hal itu, AKBP Taufiq langsung mengambil keputusan dan menawarkan sang anak bekerja di Mapolres Meranti.
"Kamu kerja di Polres aja ya. Nanti siapkan surat lamarannya. Ini bukan ada unsur menutupi peristiwa ini. Hanya saja kami yakin di balik musibah akan datang hikmah di balik itu," beber Taufiq.
Sempat Tebar Ancaman di Medsos
Aksi penyerangan yang dilakukan Abdul Hamid di Mapolres Meranti, menyisakan cerita. Pria yang tewas diterjang timah panas itu sempat menebar ancaman melalui media sosial (medsos) sebelum melancarkan aksinya.
Kabid Humas Polda Riau, Kombes Pol Sunarto menyampaikan, pelaku mengunggah status di akun Facebook-nya beberapa jam sebelum melakukan penyerangan terhadap polisi. Dalam status itu, Abdul Hamid menyampaikan, dirinya ditilang polisi lalu lintas (polantas) lantaran mengendarai motor tanpa mengenakan helm ketika mengantar anaknya ke sekolah.(wir)