Ada Ancaman Darurat Militer, Eksodus Warga Rusia Tak Terbendung

Internasional | Jumat, 30 September 2022 - 18:30 WIB

Ada Ancaman Darurat Militer, Eksodus Warga Rusia Tak Terbendung
Warga Rusia memadati perbatasan untuk meninggalkan negaranya menuju negara tetangga. (JUSSI NUKARI/LEHTIKUVA VIA AP)

MOSKOW (RIAUPOS.CO) – Ribuan warga Rusia meninggalkan negaranya untuk menghindari mobilisasi parsial militer. Mereka tak mau dipaksa ikut wajib militer untuk melawan Ukraina. Spekulasi adanya ancaman situasi darurat militer mendesak warga meninggalkan rumahnya dan pergi ke negara tetangga.

Eksodus warga Rusia melintasi perbatasan untuk menghindari wajib militer. Mobilisasi parsial pertama Rusia sejak Perang Dunia II telah mendorong pria dewasa meninggalkan Rusia. Selain itu, protes juga meluas di pusat perekrutan militer.


Jumlah orang Rusia yang memasuki Uni Eropa telah meningkat hampir sepertiga dalam seminggu, menurut badan perbatasan Uni Eropa Frontex. Sebanyak 66 ribu warga Rusia memasuki Uni Eropa (UE) dalam seminggu yakni dari 19-25 September, naik 30 persen pada minggu sebelumnya.

Sebagian besar masuk melalui titik penyeberangan perbatasan Finlandia dan Estonia. Dan, pendatang baru sebanyak 30 ribu warga tiba dalam empat hari terakhir.

Mereka sebagian besar memiliki izin UE atau Schengen lewat visa atau kewarganegaraan ganda. Eksodus di perbatasan ilegal kemungkinan akan meningkat jika Rusia menutup perbatasannya untuk calon wajib militer. Beberapa negara Eropa yang berbatasan dengan Rusia telah mulai membatasi perjalanan orang Rusia semata-mata untuk pariwisata atau liburan.

Jumlah warga Rusia yang tiba di Georgia hampir dua kali lipat menjadi 10 ribu dalam sehari. Sementara itu, sekitar 98 ribu warga Rusia telah menyeberang ke Kazakhstan.

 

Ancaman Darurat Militer

Media independen Rusia berspekulasi bahwa Putin dapat menindaklanjuti dengan mengumumkan darurat militer dan menutup perbatasan negara untuk pelancong tertentu. Pejabat Kremlin telah menyatakan rencana untuk mendirikan kantor perekrutan militer di salah satu rute perbatasan utama ke Georgia.

Rusia juga telah berjanji untuk memperbaiki kesalahan dalam proses mobilisasi yang membuat warganya terdaftar tanpa pengalaman militer.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam pemanggilan pasukan cadangan Rusia. Zelensky bersumpah bahwa militer Ukraina akan mendorong upaya untuk mengambil kembali seluruh wilayah Ukraina. Sementara itu, beberapa warga Ukraina di kota-kota yang diduduki Rusia telah menyatakan kekhawatiran bahwa mereka mungkin dipanggil untuk berperang bagi Rusia.

LSM independen melaporkan bahwa pemuda Ukraina yang berusaha meninggalkan daerah pendudukan ditolak oleh tentara Rusia. Klaim itu juga diulangi oleh Wali Kota Melitopol, Ivan Fedorov.

“Penduduk kami ketakutan. Mereka panik, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi besok, dan kapan orang akan mulai dipanggil (ke tentara Rusia),” katanya dalam jumpa pers melalui tautan video.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook