WABAH CORONA

Kasus Corona Melonjak, Tenaga Medis Jepang Kewalahan

Internasional | Kamis, 30 April 2020 - 23:20 WIB

Kasus Corona Melonjak, Tenaga Medis Jepang Kewalahan
Meski selama ini dikenal disiplin, ternyata warga Jepang memilih menolak dikarantina di rumah saat pandemi corona. Seperti dalam gambar, mereka malah melakukan demonstrasi menolak karantina, beberapa hari lalu. (NIKEI/AFP)

TOKYO (RIAUPOS.CO) - Sebagian rumah sakit di Jepang kewalahan harus mengimbangi pasien baru positif corona (Covid-19) yang terus bertambah. Hal ini terjadi karena jumlah petugas medis tak bertambah.

Jepang mencatat lonjakan 236 kasus virus corona  baru dengan 26 kematian pada Kamis (30/4/2020). Jumlah itu menjadikan total kasus corona di Jepang menjadi 14.800 pasien dan 428 kematian.


Kepada CNN, seorang dokter menuturkan 90 persen permintaan pasien untuk tes corona terpaksa ditolak. Ia mengatakan dalam tahap ini banyak orang-orang yang ditolak rumah sakit untuk berobat.

Perdana Menteri Shinzo Abe kemungkinan memperpanjang status darurat nasional terkait virus corona hingga akhir Mei bahkan awal Juni mendatang.

Perpanjangan status darurat ini kemungkinan dilakukan Abe setelah melihat lonjakan penularan corona yang masih ditemukan Jepang dalam beberapa pekan terakhir.

Dalam rapat parlemen hari ini, Abe menuturkan sistem layanan kesehatan negara terus menghadapi "situasi yang sangat sulit".

"Bahkan sekarang kita semua melihat lonjakan infeksi baru. Bisakah kita mengatakan pada 6 Mei mendatang status darurat berakhir? Saya pikir situasi parah ini masih terus berlanjut," kata Abe seperti dilansir AFP.

Media lokal seperti surat kabar Nikei melaporkan pemerintah Jepang juga akan mengadakan rapat panel ahli pada Jumat (1/5) untuk membahas penyebaran pandemi dan status darurat nasional.

Para ahli kesehatan Jepang disebut mendukung langkah Abe untuk memperluas kebijakan penanganan penularan corona. Meski begitu, belum jelas kapan Abe akan mengumumkan perpanjangan status darurat

Abe pada 7 April lalu telah menetapkan status darurat selama sebulan untuk tujuh wilayah di Jepang termasuk Tokyo, setelah kasus corona baru kembali melonjak.

Status darurat ini memungkinkan setiap gubernur wilayah mendesak warganya melakukan karantina mandiri dan berdiam di rumah. Meski begitu, tidak ada hukuman atau sanksi tegas bagi setiap pelanggar. Yang terjadi, warga Jepang yang terkenal disiplin itu banyak yang menolak karantina di rumah. Bahkan ada yang melakukan demo.

Beberapa gubernur wilayah telah menyerukan langkah-langkah pengetatan pembatasan pergerakan. Mereka juga terus menyerukan peringatan soal lonjakan kasus dan fasilitas medis yang kelabakan.

Beberapa wilayah bahkan telah menetapkan status darurat mandiri meski tidak ada kekuatan hukumnya. Di Tokyo, pemerintah daerah telah meminta seluruh pegawai bekerja dari rumah. Meski begitu, beberapa lingkungan di ibu kota masih terlihat ramai. 

Sumber: CNN/AFP/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook