INSIDEN PENEMBAKAN JET TEMPUR

Turki Menolak Minta Maaf

Internasional | Minggu, 29 November 2015 - 00:49 WIB

Turki Menolak Minta Maaf

LONDON (RIAUPOS.CO) - Ketegangan masih berlansung terkait insiden penembakan jet tempur Sukhoi Su-24  milik Rusia oleh Turki, Selasa (23/11) lalu. Rusia masih menuduh bahwa Turki sengaja melakukan penembakan itu padahal mereka tak masuk ke wilayah Turki. Sebaliknya, Turki bersikukuh bahwa Rusia telah melanggar batas wilayah mereka.

Rusia mendesak Turki meminta maaf. Namun Turki menolak dan balik memaksa Rusia yang perlu meminta maaf karena melanggar wilayah udara mereka. Presiden Rusia Vladimir Putin menganggap klaim Turki yang tidak akan menembak jatuh jika mengetahui pesawat itu adalah Su-24 tidak masuk akal. Putin pun meminta agar Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji tidak akan kembali berkhianat ketika militer Angkatan Udara Rusia melakukan aksi militer terhadap ISIS di Suriah.

Baca Juga :Hadapi Piala Asia 2023, Timnas Indonesia Memulai Latihan Perdana di Turki

”Pesawat kami memiliki tanda pengenal dan hal itu dapat dilihat dengan baik,” ujar Putin kepada AFP. ”Kami harus dapat memastikan peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi. Kami mendengar penjelasan yang tidak dapat kami mengerti dan tidak mendengar pernyataan maaf dari Turki,” sambung dia.

Putin juga menuduh Turki membeli minyak dari ISIS yang sering digunakan untuk membeli persenjataan dan perlengkapan militer. ”Tidak diragukan lagi, minyak dari wilayah kekuasaan ISIS di Suriah mengalir ke wilayah Turki. Dari atas langit, kami melihat kendaraan pengangkut minyak beroperasi siang dan malam melintasi perbatasan Suriah-Turki,” tuding mantan agen KGB itu.

Namun Ankara tidak ingin bertekuk lutut terhadap pernyataan tersebut. ”Jika suatu pihak memang perlu meminta maaf, itu bukan kami. Pihak yang melanggar wilayah udara kamilah yang perlu meminta maaf,” tegas Erdogan dalam wawancara dengan CNN.

Dia menekankan bahwa pilot dan tentara Turki hanya menjalankan tugas. Mereka merespons pelanggaran yang dilakukan suatu pihak. ”Saya pikir inilah esensinya,” ucap dia.

Atas hubungan yang memanas antara Turki-Rusia, Pemerintah Cina meminta kedua pihak perlu menahan diri. ”Rusia dan Turki harus meningkatkan komunikasi untuk menghindari perseteruan. Komunitas internasional perlu memperkuat koordinasi dan kooperasi agar insiden seperti ini tidak terulang,” ungkap Kementerian Luar Negeri Cina.

Hingga kini Rusia masih memberi ancaman bahwa apa yang dilakukan Turki bisa memicu perang antara kedua negara, yang juga bisa melibatkan NATO yang ada di belakang Turki. Rusia mengklaim, jika perang itu terjadi, hanya nuklir yang bisa mengalahkan mereka.

Sumber: CNN/AFP









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook