Perang Sengit di Jalanan, Ukrainia Berhasil Pertahankan Kiev-Kharkiv

Internasional | Senin, 28 Februari 2022 - 09:14 WIB

Perang Sengit di Jalanan, Ukrainia Berhasil Pertahankan Kiev-Kharkiv
Tentara Ukraina mencari sisa-sisa bom yang tidak meledak setelah pertempuran sengit dengan pasukan Rusia di Kiev,, ibu kota Ukraina, Ahad (27/2/2022). (AFP)

KIEV (RIAUPOS.CO) - 200rf.com. Itu adalah situs yang diluncurkan pemerintah Ukraina, kemarin (27/2). Isinya adalah foto, video, dan dokumen tentara Rusia yang tewas maupun tertangkap. Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina Viktor Andrusiv mengungkapkan bahwa mereka telah menangkap sekitar 200 tentara Rusia dan membunuh lebih dari 3 ribu lainnya.

"Saya tahu banyak orang Rusia khawatir atas anak, putra, maupun suaminya dan apa yang terjadi dengan mereka. Jadi kami memutuskan membuat datanya online agar masing-masing bisa mencari orang tercinta kalian yang dikirim Putin untuk berperang di Ukraina," ujarnya dalam video berbahasa Rusia seperti dikutip The Moskow Times.


Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Malyar di lain pihak mengklaim tentara Rusia yang kehilangan nyawa sudah mencapai 4.300 orang. Namun, klaim itu belum bisa diverifikasi. Kremlin juga bungkam terkait jumlah tentara mereka yang kehilangan nyawa. Namun, satu hal yang pasti, penduduk Ukraina bertarung gila-gilaan untuk mempertahankan negaranya. Semua warga sipil yang mau bertarung dipersenjatai.

Kharkiv dan Kiev yang diperkirakan bakal jatuh dalam hitungan jam pada Jumat (25/2) ternyata mampu bertahan. Kemarin (27/2), Gubernur Kharkiv Oleh Sinegbov menegaskan bahwa tentara Ukraina berhasil menguasai sepenuhnya wilayah tersebut setelah pertempuran jalanan yang sengit. Tentara Rusia berhasil dipukul mundur.

"Pembersihan total kota dari musuh tengah dilakukan. Rusia benar-benar mengalami demoralisasi," bunyi unggahan di akun Facebook-nya seperti dikutip The Guardian. Sinegbov menjelaskan bahwa tentara Rusia menyerah berkelompok yang terdiri atas 5-10 orang. Beberapa video yang beredar memang tampak bahwa pasukan Rusia kocar-kacir.

Kiev juga mengalami kemenangan serupa. Padahal, dua hari lalu pasukan Rusia sudah merangsek masuk di ujung kota. Namun, kemarin Wali Kota Kiev Vitali Klitschko menegaskan bahwa tidak ada satupun tentara Rusia di kotanya. Pejabat Senior AS mengungkapkan pada ABC News bahwa tentara Rusia di Ukraina mengalami disorientasi. Mereka juga mulai kelaparan dan suplai persenjataa terus berkurang. Dalam laporan radio yang mereka dengar, salah satu tentara komplain dengan perlawanan sengit yang dilakukan oleh pasukan dan penduduk Ukraina.

"Kami tidak tahu siapa yang harus ditembak, mereka semua terlihat seperti kami," ujar salah satu tentara seperti dipaparkan oleh pejabat tersebut.

Jejak kerusakan akibat pertempuran terpampang nyata hampir di setiap kota di Ukraina. Pipa gas di Kharkiv terbakar pasca serangan Rusia dan menimbulkan asap pekat. Asap dari ledakan di Kharkiv disinyalir bisa menyebabkan kerusakan lingkungan dan beracun. Penduduk diminta menutup jendela rapat-rapat. Pangkalan minyak di Vasylkiv yang dekat dengan Kiev juga menjadi sasaran serangan tentara Rusia.

PBB mengungkapkan bahwa saat ini sudah lebih dari 200 ribu penduduk Ukraina yang mengungsi ke negara-negara tetangga. Eropa membuka pintu lebar-lebar untuk para pengungsi, termasuk Polandia dan Hungaria. Dua negara tersebut selama ini terkenal dengan kebijakan anti pengungsinya. Mayoritas pengungsi adalah perempuan dan anak-anak. Sebab, para pria memenuhi perintah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk angkat senjata dan membela negara.

Zelensky yang dulu berprofesi sebagai komedian tersebut kini dielukan di penjuru Ukraina. Dia tidak gentar turun langsung ke lapangan dan menolak evakuasi dari negara-negara Barat. Padahal, dia diberi opsi untuk membuat ibu kota sementara di wilayah lain dan segera meninggalkan Kiev. Zelensky memilih bertahan dan berjuang dengan rakyatnya.

Rusia menawarkan dialog dan pertemuan di Belarus. Ukraina setuju, tapi tidak dengan lokasinya. Zelensky juga meminta agar pembicaraan ini tanpa syarat apapun dan dilakukan di perbatasan Ukraina-Belarus. Presiden Rusia Vladimir Putin di lain pihak memerintahkan agar pasukan penangkal nuklir Rusia siaga satu alias mode khusus tempur. Tidak diketahui dengan pasti apa yang dimaksud dengan mode khusus tempur tersebut.

Putin menegaskan bahwa itu dilakukan sebagai tanggapan atas pernyataan agresif negara-negara anggota NATO. Perintah itu dipaparkan dalam pertemuan antara Putin, Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, dan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov.

"Negara-negara Barat tidak hanya mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kami di bidang ekonomi, tetapi para pejabat tinggi anggota NATO juta membuat pernyataan agresif tentang negara kami," tegasnya.

Pemimpin 69 tahun itu sudah berulang kali menyatakan agar negara lain tidak ikut campur dalam keputusannya untuk menginvasi Ukraina. Dia mengancam akan memberikan konsekuensi yang belum pernah dilihat sebelumnya. Putin telah menempatkan sistem pertahanan antirudal udara dan sistem rudal canggih lainnya di Belarus serta mengerahkan armadanya ke Laut Hitam untuk mencegah intervensi barat di Ukraina.

Dukungan untuk Ukraina memang terus mengalir. Hampir semua negara Eropa kini menutup wilayah udaranya untuk pesawat komersial dari Rusia. Bar dan toko minuman di AS serta Kanada menurunkan minuman asal Rusia dari rak-rak mereka. Miliarder Jepang Hiroshi Mikitani juga berjanji mendonasikan 8,7 juta dolar AS ke pemerintah Ukraina.

"Bantuan itu untuk aktivitas kemanusiaan guna membantu penduduk Ukraina yang jadi korban kekerasan," bunyi surat yang dikirimkan oleh pendiri Rakuten itu ke Zelenskiy.

AS dan beberapa negara Barat lainnya kini juga mulai membahas aliran bantuan ke Ukraina. Baik berupa dukungan finansial maupun persenjataan. Yang jelas hingga saat ini mereka  belum mengirimkan pasukan untuk membantu Ukraina. AS setuju mengucurkan 54 juta dolar AS untuk bantuan kemanusiaan ke  Ukraina.

AS, Komisi Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Inggris, dan Kanada, mengumumkan bahwa mereka akan mengeluarkan beberapa bank Rusia dari SWIFT. Itu adalah sistem keuangan dengan jaringan keamanan tinggi yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan di seluruh dunia. "Ini akan memastikan bahwa bank-bank tersebut terputus dari sistem keuangan internasional dan merusak kemampuan mereka untuk beroperasi secara global," bunyi pernyataan bersama terkait sanksi terbaru Rusia.

Pada bagian lain, publik ramai mempertanyakan absennya Indonesia dalam memberikan veto di dewan keamanan (DK) PBB soal invasi Rusia ke Ukraina. Pada salinan draft yang tersebar, 11 negara DK PBB dan puluhan negara lain yang bukan anggota DK PBB menyetujui isi draft tersebut. sayangnya, taka da nama Indonesia di dalamnya.

Hal ini sontak menimbulkan spekulasi di masyarakat. Publik mempertanyakan bagaimana sejatinya sikap Indonesia akan invasi yang dilakukan Rusia. Terlebih, beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) hanya mencuit soal stop perang tanpa menyebut Rusia di dalamnya. No mention kalau istilah kekiniannya. Di mana, biasanya ini dilakukan untuk menyindir tapi secara aman.

Dikonfirmasi mengenai abstainnya Indonesia dalam draft DK PBB ini, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Teuku Faizasyah menjelaskan, bahwa saat ini Indonesia tidak lagi menjadi anggota tidak tetap di DK PBB. Sehingga, tidak punya hak veto.

”Selain itu tidak cukup terinformasi substansinya selama proses perumusan draft resolusi oleh anggota DK PBB,” ujarnya.

Kendati begitu, Indonesia tidak diam. Faiza menjanjikan, akan lebih berkontribusi saat pembahasan berlangsung di majelis umum PBB nantinya. Sayangnya, ia belum bisa membeberkan apa saja yang bakal dilakukan.

Di sisi lain, disinggung soal rencana evakuasi para WNI di Ukraina, Faiza mengamini bahwa telah terjadi perubahan skenario evakuasi. Hal ini lantaran pemerintah tiba-tiba memberlakukan lockdown di Kiev. Sehingga, masyarakat dilarang keluar dari ibukota Ukraina itu hingga Senin. ”Memang sangat dinamis perkembangan di lapangan. Sehingga skenario evakuasi kembali dievaluasi,” ungkapnya.

Informasi tersebut pun disampaikan oleh Vanda Sakina, salah satu WNI yang berada di Ukraina. Dalam kondisi lockdown ini, masyarkat dilarang keluar dari dari Kiev. Bagi yang melanggar akan dianggap pihak musuh. “Dan kemunginan bahata buat nyawa kita. Artinya plan (evakuasi, red) berubah,” ungkapnya.

Ia pun dalam beberapa status yang dibagikan, berulangkali menyebut ledakan terdengar begitu kencang dan terasa dekat. Yang mana, saat ledakan sangat kencang ia akan bersembunyi di basement. Saat ini, ia bersama keluarganya tengah berlindung di safehouse.(mia/sha/oni/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook