NEW YORK (RIAUPOS.CO) - Agenda Majelis Umum PBB, yang didominasi oleh diskusi mengenai perang Rusia di Ukraina beberapa hari terakhir membuat pihak Moskow mulai melancarkan balasannya. Dalam pidatonya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyampaikan kepada para delegasi terlebih dahulu di aula majelis umum, kemudia beralih ke pers internasional secara luas.
Dikutip dari United Nations pada Ahad (24/9/2023), pidato Sergey Lavrov berisi rangkaian pengarahan yang penuh dengan tudingan terhadap bangsa Barat, yang digambarkannya saat ini sebagai sebuah kerajaan kebohongan atas tuduhan terhadap Rusia.
"Dalam pidato banyak pembicara yang berbicara sebelum saya, gagasan telah disuarakan bahwa planet kita bersama sedang mengalami perubahan yang tidak dapat diubah dan tatanan dunia baru sedang lahir di depan mata kita," kata Sergey Lavrov dalam pidatonya.
"Kontur masa depan sedang tercipta dalam perjuangan antara mayoritas dunia yang menganjurkan distribusi kekayaan global dan keragaman peradaban yang lebih adil dan antara segelintir orang yang menggunakan metode penaklukan neokolonial untuk mempertahankan dominasi mereka yang sulit dipahami," tambahnya.
Menlu Rusia bukanlah orang pertama yang berpendapat bahwa struktur tata kelola global yang sudah ketinggalan zaman menghambat momentum menuju keadilan iklim dan ekonomi. Namun fokusnya adalah pendukung Barat di Ukraina dan NATO sebuah organisasi pertahanan bersama yang dibentuk setelah Perang Dunia II untuk membela negara-negara Barat dari Uni Soviet.
Ketika perang Rusia di Ukraina terus berlanjut dan sekutu-sekutu Barat terus menyalurkan bantuan militer ke Kyiv, Sergey Lavrov memperingatkan bahwa ia menganggap Amerika Serikat, Inggris dan negara barat lainnya secara langsung menantang Rusia.
"Kita bisa menyebut ini perang hibrida, tapi itu tidak mengubah kenyataan. Mereka (bangsa Barat) sebenarnya terlibat dalam permusuhan karena kita menggunakan Ukraina sebagai makanan ternak," ujar Lavrov dikutip dari Al Jazeera.
Sergey Lavrov menolak kerangka perdamaian yang diusulkan Presiden Ukraina Zelensky dan menyebutnya sebagai sebuah hal yang tidak mungkin.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman