PRISTINA (RIAUPOS.CO) – Anggota oposisi Kosovo bertindak represif menggunakan gas pemedih mata dalam upaya mereka secara ekstrem untuk menghalangi parlemen bersidang. Di saat yang sama, para pengunjukrasa di luar melakukan aksi coret dinding dan melemparkan batu kea rah polisi.
Aksi mereka ini berhasil melumpuhkan sesi Parlemen sejak beberapa pekan lalu guna menggagalkan dialog Uni Eropa dan perjanjian dengan Serbia. Kosovo keluar dari Serbia dan mengumumkan kemerdekaannya pada 2008.
Mereka menentang adanya rancangan undang-undang yang memungkinkan terbentuknya kota yang dikendalikan golongan etnis minoritas Serb karena dikhawatirkan itu akan kian menguatkan pengaruh Serbia di Kosovo.
Kendati dihadiri banyak polisi baik di dalam maupun di luar gedung parlemen, para pentolan oposisi ini tetap nekat menggunakan gas pemedih mata di dalam ruang siding untuk menggagalkan Parlemen bersidang.
Para wartawan melaporkan, seperti dikutip di laman AFP kemarin, seorang anggota parlemen dari partai oposisi terlihat mencoba menyemburkan gas pemedih mata kea rah menteri namun berhasil dihalangi oleh dua barisan polisi.
Menyikapi situasi ini, para anggota parlemen dari partai Pemerintah memindahkan arena siding ke ruangan lain di dalam kompleks parlemen itu untuk meneruskan pembahasan, tanpa kehadiran perwakilan anggota dari partai oposisi.
Sementara itu, Perdana Menteri Isa Mustafa berkata: “Kejadian ini adalah perbuatan kriminal oleh individu tertentu dan tindakan harus diambil terhadap mereka.
“Mereka harus dikenakan sanksi hukum. Kami tidak akan membenarkan minoritas 30 wakil oposisi ini menggagalkan usaha gigih golongan majoritas di Parlemen.”
Pihak oposisi sendiri juga menolak perjanjian sempadan dengan negara jiran, Montenegro, Agustus lalu, yang dianggap mengakibatkan Kosovo kehilangan wilayah.
Pemimpin oposisi Visar Ymeri berkata: “Pendirian kami jelas. Kami menentang Parlemen hampir dua bulan hingga kini dan akan meneruskannya sehingga permintaan kami dipenuhi.” (zar)