JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Pencarian hari kedua tim penyelamatan Malaysia membuahkan hasil. Kemarin (16/12) pagi mereka menemukan 8 jenazah lagi. Terdiri atas 6 laki-laki dan 2 perempuan. Mereka terdampar di Pantai Tanjung Balau. Jaraknya 2 kilometer dari lokasi ditemukannya perahu. Dengan demikian, total jumlah korban meninggal yang telah ditemukan 19 orang.
"Kami masih mencari 17 orang yang belum ditemukan. Operasi pencarian akan dilanjutkan lewat darat, laut, dan udara," ujar Wakil Direktur Operasi Maritim Johor Kapten Simon Templer Lo Ak Tusa seperti dikutip CNA.
Jenazah yang baru ditemukan itu dibawa ke Pos Pasukan Bersenjata Tanjung Sepang Malaysia yang terletak di Kota Tinggi. Tim penyelamat tampak menggunakan APF lengkap untuk evakuasi. Perahu yang terbalik pada Rabu (15/12) pagi itu diyakini membawa 50 imigran ilegal dari Indonesia. Bernama melaporkan bahwa mereka berangkat dari Lombok. Sebanyak 11 orang ditemukan tewas di hari pertama pencarian dan 14 lainnya selamat.
Simon menjelaskan, status 50 penumpang perahu tersebut saat ini masih diklasifikasikan sebagai imigran ilegal. Ada beberapa faktor yang mendasari status tersebut. Yaitu, orang asing yang masuk Malaysia seharusnya lewat titik resmi yang ditentukan pemerintah Malaysia. Perahu yang terbalik itu juga tidak terdaftar. Alasan terakhir adalah mereka tidak memiliki dokumen resmi sama sekali.
"Jadi, kami menganggap mereka imigran ilegal, kecuali penyelidikan lebih lanjut membuktikan sebaliknya," tegasnya.
Selain menemukan jenazah, otoritas Malaysia telah mengidentifikasi koordinator serta dalang di balik sindikat yang mengatur perjalanan nahas tersebut. Tindakan lebih lanjut akan dilakukan pihak terkait. Tidak diungkap apakah dalangnya adalah orang Indonesia ataukah dari Malaysia.
"Otoritas kami bekerja sama dengan pemerintah Indonesia karena insiden ini telah menewaskan banyak orang," jelas Simon.
Petugas Operasi Maritim Johor Nik Rozi Nik Abdullah mengungkapkan bahwa 50 imigran tersebut melakukan perjalanan dengan satu perahu yang akhirnya terbalik itu. Ia memiliki 4 mesin yang masing-masing memiliki kekuatan 200 tenaga kuda. Ada dugaan perahu tersebut terbalik karena arus deras dan gelombang tinggi.
Perahu itu bisa masuk ke wilayah Malaysia karena tidak terdeteksi radar. Otoritas setempat menegaskan bahwa radar memiliki keterbatasan. Jika laut berombak di cuaca buruk, transmisi radar dan kemampuan penjaga pantai untuk mendeteksi perahu ilegal akan terganggu.
Pada bagian lain, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur memiliki data berbeda. Hingga kemarin, mereka menyebut bahwa jumlah jenazah yang ditemukan 16 orang. Duta Besar (Dubes) RI untuk Malaysia Hermono mengatakan, lima jenazah terakhir ditemukan kemarin (16/12). Dengan demikian, korban tewas versi KBRI hanya 16 orang. Terdiri atas 10 laki-laki dan 6 perempuan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi