Misil Nyasar Hantam Polandia Milik Ukraina, Bukan dari Rusia

Internasional | Kamis, 17 November 2022 - 22:00 WIB

Misil Nyasar Hantam Polandia Milik Ukraina, Bukan dari Rusia
Polisi kemarin melakukan investigasi di lokasi jatuhnya misil di Desa Przewodow, Polandia, yang berbatasan dengan Ukraina pada Selasa (15/11/2022). (INTERNET)

WARSAWA (RIAUPOS.CO) – Rusia dan Ukraina saling tuduh terkait misil yang jatuh di Desa Przewodow, Polandia, Selasa (15/11/2022). Misil itu menewaskan dua orang pria berusia 60-an tahun.

Awalnya Moskow dituding sebagai dalang di balik serangan tersebut. Namun, penyelidikan awal menunjukkan bahwa itu merupakan sistem pertahanan misil milik Ukraina.


Sekjen NATO menegaskan, insiden misil di Polandia menunjukkan bahwa perang di Ukraina terus menciptakan situasi berbahaya. Ditegaskannya, tidak ada indikasi insiden tersebut akibat serangan yang disengaja terhadap wilayah NATO.

”Kami tidak memiliki indikasi bahwa Rusia sedang merencanakan aksi militer ofensif terhadap sekutu NATO,” ujar Sekjen NATO Jens Stoltenberg.

Setelah pidato virtual Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di KTT G20 pada Selasa lalu, Rusia tampaknya berang. Mereka melakukan pengeboman dan penembakan misil gila-gilaan ke Ukraina. Kiev, ibu kota Ukraina, menjadi sasaran utama. Begitu juga infrastruktur di Ukraina.

Bagi Rusia, pernyataan Stoltenberg melegakan. Sebab, ketika misil baru meledak, hampir semua pihak terkait langsung menyalahkan Kremlin. Termasuk Polandia yang sempat menuduh Rusia sebagai pelakunya.

Pemimpin negara-negara anggota NATO kemarin (16/11) mengadakan pertemuan mendadak setelah insiden misil tersebut. Sebagian di antara mereka masih berada di Bali untuk mengikuti acara KTT G20. Awalnya banyak pihak berspekulasi bahwa itu akan memicu pasal 4 dan 5. Namun, lantaran hasil penyelidikan di lapangan menunjukkan bahwa pelakunya bukan Ukraina, melainkan Rusia, hal itu tidak dilakukan.

Pasal 4 Piagam NATO mencakup kasus ketika negara anggota aliansi militer itu merasa terancam oleh negara lain atau organisasi teroris. Jika itu terjadi, semua negara anggota akan memulai konsultasi formal atas permintaan anggota yang terancam. Dalam hal ini Polandia. Memicu pasal 4 bukan berarti akan ada tekanan langsung untuk bertindak. Konsultasi seperti ini sudah pernah terjadi beberapa kali di NATO.

Meski bukan pelakunya, Stoltenberg menegaskan bahwa Rusia memikul tanggung jawab atas apa yang terjadi di Polandia kemarin. Sebab, insiden tersebut terjadi akibat dari perang yang sedang berlangsung dan gelombang serangan dari Rusia terhadap Ukraina.

”Ukraina tentu saja memiliki hak untuk menembak jatuh gelombang rudal Rusia yang menargetkan kota-kota Ukraina dan infrastruktur kritis lainnya,” tegas Stoltenberg seperti dikutip The Guardian.

Perang di Ukraina menjadi salah satu pembahasan utama di KTT G20. Kemarin para pemimpin dunia anggota G20 mengeluarkan deklarasi bersama mengutuk perang di Ukraina yang telah menewaskan ribuan orang dan mengguncang ekonomi global. Dokumen setebal 17 halaman itu merupakan kemenangan besar bagi AS dan sekutunya yang telah mendorong untuk mengakhiri KTT dengan kecaman keras terhadap Rusia.

Di sela-sela KTT G20 di Nusa Dua, Bali, kemarin (16/11), para kepala negara G7 (Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat) plus dua kepala negara dari Spanyol dan Belanda melakukan pertemuan darurat.

Jubir Kemenlu Teuku Faizasyah menyatakan, pertemuan darurat semacam itu biasa terjadi di konferensi internasional. Termasuk dalam KTT G20 di bawah presidensi Indonesia.

“Kami mengikuti emergency meeting yang dilakukan G7+. Itu bagian dari dinamika yang biasa terjadi pada konferensi internasional,” kata Teuku Faizasyah.

Presiden Joko Widodo juga mengimbau seluruh pihak untuk menahan diri.

“Saya menyesalkan insiden di Polandia. Saya menyerukan kepada semua pihak untuk tetap tenang dan menahan diri dari ketegangan yang meningkat,” ujar Jokowi pada konferensi pers kemarin.

Jokowi mengatakan, peperangan hanya akan membawa kehancuran. Perang harus segera dihentikan. Dia menggarisbawahi, Presiden AS Joe Biden telah menyampaikan bahwa serangan rudal itu bukan berasal dari Rusia.

Kemarin pagi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz dan enam kepala negara NATO. Mereka sepakat bahwa misil itu bukan milik Rusia. Erdogan pun mengimbau seluruh pihak menahan diri agar tidak terprovokasi. Mereka ingin cepat mempertemukan Rusia-Ukraina agar tidak terprovokasi.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook