ANKARA (RIAUPOS.CO) – Ekspresi Mesut Hancer tampak dingin. Dia berjongkok. Tangan kanannya dimasukkan ke saku jaket bagian kanan. Tangan kirinya menggenggam jemari seseorang yang berada di balik reruntuhan bangunan.
Jemari itu milik putrinya, Irmakleyla Hancer. Gadis 15 tahun tersebut tewas di tempat tidurnya saat gempa dahsyat melanda wilayah Kahramanmaras, Turki. Dia tertimbun reruntuhan apartemennya yang ambruk. Entah berapa jam Mesut Hancer menggenggam jemari putrinya itu. Dia tak mau melepasnya meski putrinya telah meninggal.
Pemandangan memilukan itu terekam kamera Adem Altan, fotografer kantor berita AFP. Altan tertegun. Dia tak bisa membandingkan foto yang diambilnya di pagi yang dingin pekan ini dengan puluhan ribu foto yang telah dia potret. Sepanjang 41 tahun mengabdi sebagai jurnalis foto, baru kali ini dia dibuat tak bisa berkata-kata.
’’Ketika saya melihat lebih dekat, saya melihat dia sedang memegang tangan. Jadi, saya mulai mengambil foto,’’ ujar Adem Altan seperti dilansir The Guardian.
Belum ada regu penyelamat yang datang saat itu.
’’Ketika mengambil foto, aku sangat sedih. Aku tidak dapat menahan diri untuk tidak menangis. Aku terdiam,’’ kata Adem Altan.
Foto itu diambil dari jarak sekitar 60 meter. Jarak sejauh itu menggambarkan bagaimana sulit dan terjalnya lokasi tersebut. Wajah Irmak tak terlihat. Seluruh tubuhnya tertindih reruntuhan apartemen yang hancur. Hanya tangan Irmak yang terlihat bersih tanpa darah. Foto itu mendapat banyak perhatian dari dunia internasional.
’’Tapi, aku tidak bisa mengatakan aku bahagia. Ini adalah bencana,’’ tuturnya.
Indonesia Kirim Tim SAR ke Turki
Pemerintah Indonesia kemarin memberangkatkan bantuan kemanusiaan untuk korban gempa di Turki. Sesuai rencana, bantuan tersebut diterbangkan dengan menggunakan dua pesawat Angkatan Udara. Yakni, Boeing-737 dan C-130 Hercules. Seluruh bantuan langsung dikirim ke Kota Adama yang merupakan daerah terdampak gempa.
Pada bagian lain, Dubes RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal menemui 123 WNI yang berhasil dievakuasi dari lokasi gempa di Turki. Pertemuan dilangsungkan di kantor KBRI Ankara.
’’Kami pastikan kepada teman-teman sekalian bahwa kami tidak akan berhenti setelah evakuasi,’’ kata Iqbal, Sabtu (11/2).
Korban Tewas Melejit Lagi
Hingga kemarin atau lima hari setelah gempa, korban meninggal dunia bertambah banyak. Lebih dari 24 ribu orang dilaporkan tewas seperti dilansir Al Jazeera. Tim penyelamat terus bekerja tanpa henti untuk menemukan korban yang masih tertimbun reruntuhan.
Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat (AFAD) Turki mencatat, jumlah korban tewas meningkat menjadi 20.655 orang. Sementara itu, hampir 93 ribu korban telah dievakuasi dari zona gempa di Turki Selatan dan lebih dari 166 ribu personel dikerahkan dalam upaya penyelamatan dan pemberian bantuan.
Di Suriah, lebih dari 3.500 orang dilaporkan tewas. Sedikitnya 870 ribu orang hingga saat ini masih membutuhkan makanan di dua negara itu. PBB mencatat, di Suriah saja, gempa menyebabkan 5,3 juta orang kehilangan tempat tinggal.
’’Itu jumlah yang sangat besar dan terjadi pada populasi yang sudah mengalami pengungsian massal,’’ jelas Sivanka Dhanapala, perwakilan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Syria.
Beberapa staf lokal PBB juga tidur di luar rumah karena khawatir dengan kerusakan struktur rumah mereka. Seluruh regu penyelamat harus berpacu dengan waktu saat melakukan evakuasi.
’’Bagi Suriah ini adalah krisis di dalam krisis. Kami mengalami guncangan ekonomi, Covid-19, dan saat ini ada di puncak musim dingin dengan badai salju yang mengganas di area-area terdampak,’’ jelas Catharina Boehme, pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman