JELANG PEMILU TURKI

Erdogan Naikkan Gaji Pegawai 45 Persen untuk Raih Simpati Publik

Internasional | Kamis, 11 Mei 2023 - 06:07 WIB

Erdogan Naikkan Gaji Pegawai 45 Persen untuk Raih Simpati Publik
Recep Tayyip Erdogan terus berupaya meraih simpati publik. Beberapa kebijakan populis digulirkan. (ADEM ALTAN/AFP)

ANKARA (RIAUPOS.CO) – Pemilu Turki tinggal hitungan hari. Bakal digelar Ahad (14/5). Pemilihan itu menjadi palagan perturahan bagi Presiden Recep Tayyip Erdogan. Apakah mampu bertahan setelah berkuasa 20 tahun? Di panggung politik kali ini, Erdogan tampaknya mendapat lawan sebanding.

Yang jelas, Erdogan terus berupaya meraih simpati publik. Beberapa kebijakan populis digulirkan. Di antaranya, lima hari menjelang coblosan, pemerintah menaikkan gaji pegawai hingga 45 persen. Pengumuman kenaikan gaji itu dilakukan Selasa (9/5) dalam pertemuan yang membahas hak-hak ekonomi dan sosial pekerja publik di Ankara.


Erdogan menegaskan, kebijakan itu adalah bagian dari peningkatan kesejahteraan. Dengan kenaikan tersebut, upah pekerja publik terendah menjadi TRY 15 ribu atau setara Rp11,3 juta per bulan.

’’Saya akan terus berupaya menaikkan gaji dan pensiunan pegawai negeri,’’ janji Erdogan, seperti dikutip Al Jazeera.

Masalah ekonomi memang jadi pembahasan hangat penduduk jelang kampanye Pemilu Turki. Banyak yang kecewa dengan kebijakan Erdogan yang membuat perekonomian Turki melemah. Pemotongan suku bunga yang tak lazim memicu devaluasi mata uang lira pada akhir 2021. Selain itu, berdampak pada inflasi tertinggi dalam 24 tahun pada 2022 lalu. Tahun ini, ekonomi melambat secara global pascapandemi.

 

Perekonomian yang sulit dan gempa dahsyat pada Februari lalu menjadi pukulan bagi kampanye Erdogan. Padahal, sebelum gempa terjadi, Erdogan memajukan jadwal pemilu. Selain menaikkan gaji, Erdogan berjanji untuk menurunkan suku bunga guna mengatasi krisis ekonomi, memangkas inflasi jadi satu digit, serta mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, pada kampanye sehari sebelumnya, Erdogan menuduh oposisi memprovokasi kekacauan dan berpihak pada teroris. Pernyataan itu menyusul kerusuhan kampanye oposisi pada Ahad (7/5). Saat itu, Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu berpidato di atas bus di Erzurum. Namun, sekitar 200 pengunjuk rasa pendukung Erdogan datang dan melemparinya dengan batu.

Imamoglu merupakan tokoh Partai Rakyat Republik (CHP). Dia akan menjadi wakil presiden jika capres Kemal Kilicdaroglu dari oposisi memenangi pilpres. Beberapa jajak pendapat menunjukkan bahwa Erdogan menghadapi tantangan elektoral terbesar dalam pemilu kali ini. Selama dua dekade terakhir, posisinya tidak goyah. Namun, belakangan, para pemilih pemula menginginkan pemimpin lain.

’’Mereka (oposisi) berusaha mencemarkan nama baik kota-kota kita tanpa malu dengan membuat keributan lewat provokasi mereka sendiri. Mereka mencari kedok kekalahan calonnya dalam pemilu dengan memprovokasi dan menghina orang,’’ ujarnya tanpa menyebut peristiwa di Erzurum secara langsung.

Dalam kampanye lain, Erdogan juga menuding oposisi mendukung kelompok LGBT. Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu juga melontarkan tuduhan serupa. Yakni, oposisi menghasut kekerasan di Erzurum. Soylu menyebut istri Imamoglu telah memprovokasi massa dengan membuat tanda ’’V’’ pada kampanye minggu lalu. Isyarat itu mengacu pada Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang di Turki.

’’Masyarakat Erzurum punya kepekaan tinggi terhadap nasionalisme. Jika Anda pergi ke kota-kota ini dan memprovokasi kepekaan mereka, maka Tuhan melarang,’’ kata Soylu dalam siaran langsung Ahad malam.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook