KBRI UPAYAKAN EVAKUASI 12 WNI

Erdogan Akui Respons Lambat dan Ada Penjarahan

Internasional | Sabtu, 11 Februari 2023 - 12:00 WIB

Erdogan Akui Respons Lambat dan Ada Penjarahan
Pelajar Turki yang tinggal di Makedonia Utara dan para sukarelawan menyiapkan bantuan kemanusiaan menjelang didistribusikan untuk korban gempa di alun-alun utama Skopje, Jumat (10/2/2023). (ROBERT ATANASOVSKI/AFP)

ISTANBUL (RIAUPOS.CO) – Jumlah korban tewas akibat gempa bumi di Turki dan Suriah sudah di atas 22.300 jiwa, melampaui prediksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sekjen PBB Antonio Guterres menyebutkan,  keadaan di dua negara itu sekarang jauh lebih buruk dari mimpi buruk.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga kembali mengakui respons pemerintahan yang dia pimpin tidak secepat yang diharapkan.  ’’Begitu banyak bangunan roboh yang sayangnya kami tidak bisa mempercepat intervensi seperti yang kami harapkan,” kata Erdogan ketika mengunjungi Adiyaman, kota di selatan Turki yang terdampak parah, seperti dilansir Aljazeera, Jumat (10/2).


Sehari sebelumnya, Erdogan juga mengakui ada ’’kekurangan” dalam cara pemerintahannya menangani salah satu bencana terburuk di abad ini tersebut. Dia juga menyebutkan, adanya penjarahan pasar serta pusat bisnis memanfaatkan kekacauan akibat gempa yang terjadi Senin (6/2) lalu itu. Meski, Erdogan tidak secara spesifik mengungkapkan area mana saja yang dimaksud.

Karena alasan penjarahan itu pula, lanjut Erdogan, dia menetapkan kondisi darurat di daerah-daerah yang paling terdampak tersebut. ’’Agar kami bisa segera menghukum mereka yang terlibat penjarahan,” katanya.

Sampai Jumat (10/2) pukul 22.00 WIB, jumlah korban tewas di Turki akibat guncangan dua gempa berkekuatan di atas magnitudo 7 Senin (6/2) lalu itu mencapai 18.991 jiwa. Di negara tersebut, kawasan terparah berada di selatan dan tenggara.

Adapun di negeri tetangga, Suriah, ada 2.307 jiwa terenggut di kawasan yang dikuasai kelompok oposisi dan 1.340 nyawa lainnya melayang di area yang dikontrol pemerintah. Wilayah utara dan barat daya Suriah mengalami destruksi paling teruk (parah) akibat guncangan dua lindu.

Kabar baiknya, enam truk yang membawa bantuan dari PBB dilaporkan telah memasuki kawasan barat daya Suriah yang dikuasai oposisi dan termasuk paling parah terdampak. Kabar buruknya, seperti dilaporkan BBC, seorang dokter yang bertugas di kawasan yang sama menyebut suplai obat-obatan menipis, bahkan tak mencukupi untuk meng-cover 20 persen dari mereka yang memerlukan.

Kelompok aktivis hak sipil yang tergabung dalam White Helmets juga melaporkan bahwa kondisi di barat daya Suriah sangat ’’katastrofik’’. Raed al-Saleh, pentolan kelompok tersebut, menuding cara PBB dalam membantu para korban sangat memprihatinkan. ’’Dalam 100 jam pertama setelah gempa, tidak ada bantuan apa pun yang diterima para korban,” kata Al-Saleh seperti dikutip BBC.

Ini pula yang membuat warga Jindires, Suriah Utara, harus melakukan penyelamatan sendiri para korban yang tertimbun bangunan. Mereka menggunakan alat seadanya, termasuk dengan tangan kosong, sesuatu yang tentunya membahayakan diri mereka serta korban yang hendak mereka tolong. Tapi, mereka tidak punya pilihan.  

Buntut konflik bersenjata sejak 2011, Suriah terbelah. Bagian barat daya di mana White Helmets beroperasi, juga sebagian area di utara negeri itu, dikuasai kelompok pembangkang.

Sementara itu, kemarin Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk kali pertama muncul di hadapan publik sejak gempa terjadi. Dia mengunjungi Aleppo, kota yang hancur lebur akibat perang saudara yang sejak 2016 berada dalam kontrol pemerintah.

Tapi, di tengah berbagai kabar buruk di Turki dan Suriah itu, evakuasi yang berhasil menyelamatkan sejumlah nyawa mencuatkan harapan. Misalnya diselamatkannya enam orang yang masih satu keluarga di Iskenderun, Turki Selatan, dari reruntuhan kompleks hunian enam lantai.

Aya, bayi perempuan 4 bulan, juga berhasil diselamatkan dari reruntuhan di Jindaires. Dia dalam kondisi stabil sekarang di rumah sakit di Afrin. Tapi, ayah, ibu, dan keempat saudaranya meninggal.

Kabar terselamatkannya Aya –dalam bahasa Arab berarti keajaiban– itu langsung menyedot perhatian. Ribuan orang, seperti dilaporkan BBC, menyatakan bersedia mengadopsi bayi perempuan yang kini yatim piatu tersebut.

’’Saya menerima telepon dari banyak orang dari berbagai penjuru dunia yang ingin mengadopsi Aya. Saya tak akan membiarkan siapa saja mengadopsinya. Sampai ada keluarga jauhnya datang, saya akan merawatnya seperti anak saya sendiri,” kata Khalid Attiah, manajer rumah sakit tempat Aya dirawat.

Kirim Tim Berkualifikasi Internasional
Dari Tanah Air, sejumlah lembaga mengirimkan personel untuk membantu penanganan gempa ke Turki, Jumat (10/2). Salah satunya Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) atau Basarnas yang melepas keberangkatan tim Indonesia Search and Rescue (INASAR).  ’’Saudara-saudara mendapat tugas untuk membantu operasi SAR. Saya minta laksanakan tugas ini dengan penuh dedikasi,” ungkap  Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi.

Secara keseluruhan, ada 47 personel tim INASAR yang dilepas oleh Henri. Mereka terdiri atas 42 personel Basarnas, 4 personel K-9 dari Polri, dan seorang tenaga kesehatan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Seluruh personel tim INASAR sudah lulus uji dalam penilaian yang dilakukan oleh International Search and Rescue Advisory Group atau INSARAG External Classification (IEC). Mereka berkualifikasi urban SAR medium class. Artinya, mereka memiliki kapasitas untuk melakukan operasi SAR di luar negeri.

Selain 47 personel tim INASAR tersebut, kemarin kepala Basarnas melepas bantuan peralatan yang bisa dipakai untuk membantu operasi SAR di Turki. Mulai alat ekstrikasi, search cam, dan berbagai peralatan lainnya. ”Kerahkan semua kemampuan yang kalian miliki dan jaga nama baik bangsa dan negara yang kita cintai ini,” pinta Henri kepada tim INASAR.

Upaya serupa juga dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dengan menerjunkan empat orang ke Turki. ’’Mereka ini tim advance,’’ kata Ketua Baznas Noor Achmad saat pelepasan di kantor Baznas di Jakarta, Jumat (10/2).

Noor mengatakan, Baznas pada tahap awal menyiapkan selimut, beras, dan obat-obatan senilai Rp1 miliar untuk dikirim ke Turki. Sementara secara keseluruhan untuk membantu Turki, Baznas merencanakan mengalokasikan anggaran Rp10 miliar. Dana tersebut melibatkan sejumlah mitra Baznas yang bergerak pada penggalangan dana sosial.

Tim rencananya terbang menuju Istanbul Sabtu (11/2) hari ini. Kemudian melanjutkan penerbangan menuju Gaziantep. Seperti diketahui, titik gempa berada di Gaziantep, wilayah dari Turki yang berbatasan dengan Suriah.

Sementara itu, KBRI Ankara kembali melaporkan upaya pencarian WNI di lokasi gempa bumi di Turki. Sebelumnya, empat tim evakuasi yang diturunkan ke empat titik gempa sudah berhasil mengevakuasi 123 orang pada hari kedua setelah guncangan gempa.

Ketua Tim Evakuasi Tahap Kedua sekaligus Atase Perdagangan KBRI Ankara Eric Gokasi Nababan mengatakan, ada permintaan terbaru untuk evakuasi 12 WNI di wilayah yang langsung terdampak gempa. ’’Bukan tidak mungkin selama perjalanan akan ada permintaan baru yang masuk karena masih terjadi gempa susulan,’’ katanya kemarin.

Tim evakuasi itu sekaligus mengantarkan 179 paket bantuan logistik di sejumlah wilayah gempa dan memilih tetap tinggal di tempat. Pengiriman logistik dilakukan langsung oleh KBRI Ankara karena layanan pengiriman berhenti total akibat gempa. Di antara kebutuhannya adalah jaket dan sweter untuk bayi. Kemudian juga popok bayi dan pembalut untuk wanita.

Data dari KBRI Ankara menyebutkan, terdapat sekitar 500 WNI di 10 lokasi utama gempa. Data sementara, 123 orang sudah dievakuasi. Kemudian, ada dua orang yang belum bisa dihubungi dan belum diketahui keberadaannya. Sisanya melaporkan sudah mendapatkan tempat yang aman di keluarga atau teman. Mereka ini tidak meminta untuk dievakuasi.

Sementara itu, bantuan dari Muhammadiyah untuk korban gempa sudah sampai di Turki. Direktur Pendayagunaan dan Pendistribusian Lazismu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Upik Rahmawati menyatakan, bantuan tahap awal Muhammadiyah telah dikirimkan melalui  Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Turki.

Bantuan yang diberikan berupa family kit. Bantuan itu disesuaikan dengan keadaan di sana. Saat ini, kondisi musim dingin yang sedang mencapai puncaknya.(syn/wan/lum/c17/ttg/jpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook