JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Asiye Abdulaheb ketir-ketir. Ancaman pembunuhan datang bertubi-tubi. Itu terjadi karena dia menyebarkan dokumen milik pemerintah Tiongkok tentang kamp detensi Uighur. Perempuan Uighur 46 tahun yang tinggal di Belanda tersebut kini mengungkapkan kisahnya kepada harian Belanda de Volksrant untuk melindungi keluarganya.
"Saya bisa mengatasi tekanan ini. Tetapi, saya takut sesuatu terjadi pada anak-anak saya dan ayah mereka," ujar perempuan Uighur yang kini tinggal di Belanda itu.
"Kami tidak bisa tidur. Kami butuh perlindungan lebih. Publikasi memberi kami perlindungan," tambahnya.
Dalam salah satu surat, Abdulaheb diancam bakal berakhir di tempat sampah depan rumahnya. Abdulaheb mengungkapkan bahwa dirinya mendapat dokumen rahasia yang berisi 24 halaman itu musim panas ini. Seluruh dokumen tersebut sudah disimpan di laptopnya. Dia tidak mengungkap sosok yang memberikannya. Yang jelas, tugasnya adalah menyebarkan informasi tersebut agar dunia tahu apa yang terjadi di Xinjiang.
Selama ini pemerintah Tiongkok mengklaim warga Uighur masuk kamp secara sukarela. Tetapi, versi dokumen yang tercantum pada 2017 itu tidak demikian. Di dalamnya terungkap detail bagaimana kamp tersebut dijalankan. Mulai pengawasan di kamar mandi hingga sistem mata-mata berteknologi tinggi yang digunakan untuk mengidentifikasi warga Uighur.
Terdapat sekitar satu juta warga Uighur di kamp-kamp detensi tersebut. Tiongkok sempat menyangkal, namun akhirnya mengakui itu tahun lalu. Mereka menyebut kamp itu sebagai tempat reedukasi untuk mencegah radikalisasi.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi