JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, menyatakan bahwa hingga saat ini tidak ada laporan mengenai warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban gempa di Maroko.
Gempa dahsyat dengan magnitudo 7 itu telah mengguncang Maroko, berdampak pada sejumlah wilayah antara lain Provinsi Al-Houz, Marrakech, Ouarzazate, Azilal, Chichaoua, dan Taroudant.
"KBRI Rabat telah berkoordinasi dengan otoritas setempat dan komunitas Indonesia di Maroko. Sementara itu, delegasi Indonesia yang saat ini menghadiri The 10th International Conference on UNESCO Global Geoparks 2023 di Maroko juga dalam kondisi aman," ungkap Judha seperti dikutip dari Antara.
Saat ini, sekitar 500 WNI tinggal menetap di Maroko, dan pemerintah akan terus memantau situasi mereka. Kementerian Luar Negeri juga telah menyediakan nomor kontak darurat yang dapat dihubungi oleh WNI untuk meminta bantuan, yaitu nomor hotline KBRI Rabat di nomor +212 661095995.
Kementerian Dalam Negeri Maroko menginformasikan bahwa sementara ini jumlah korban meninggal akibat gempa pada Jumat (8/9), mencapai 820 orang tewas dan 672 lainnya luka-luka. Masih dikutip dari Antara, menurut Institut Geofisika Nasional Maroko, gempa tersebut merupakan gempa terkuat yang pernah melanda negara di Afrika Utara itu selama satu abad terakhir.
Berdasarkan data Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), pusat gempa Maroko berada 75 kilometer sebelah tenggara Marrakesh pada kedalaman 18,5 km. Getaran gempa juga dirasakan di negara-negara tetangga seperti Aljazair dan Mauritania. Pihak berwenang Maroko telah melakukan operasi pengiriman bantuan ke daerah-daerah yang terdampak gempa.
Hingga kini bantuan berupa tujuh truk berisi selimut, tempat tidur kemah, dan peralatan penerangan telah disiapkan di desa Al Arjat di utara kota Sale untuk dikirim ke masyarakat di daerah-daerah yang terdampak.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman