MADAYA (RIAUPOS.CO) – Konflik berkepanjangan dan perang saudara serta gempuran dari luar terhadap Suriah, berimbas menyedihkan bagi rakyatnya. Bahkan di Madaya, ada warganya yang karena sulitnya mendapatkan makanan, terpaksa mengonsumsi apa saja, termasuk daun dan rumput, serta hewan yang berkeliaran, untuk dapat bertahan hidup.
Ya, daun dan rerumputan menjadi santapan keseharian warga yang berada di sempadan dengan Libanon tersebut, sebab beras yang kini dijual ketengan, dengan gram, sebab harganya melonjak tinggi, hampir Rp3 juta sekilogram
Pekerja sosial dari Madaya, Louay melalui wawancara telepon dengan The Guardian berkata: “Warga kami sedang mati perlahan-lahan.”
Dalam suara lemah akibat kelaparan sejak beberapa bulan lalu, Luoay berkata: “Di rumah kami ada tanaman bunga dalam pot dan semalam, kami memetik putiknya untuk dimakan. Rasanya pahit.”
Pria itu mengirimkan gambar mayat beberapa pria tua yang meninggal akibat kelaparan.
Aktivis lain di kota itu juga mengirimkan foto anak-anak yang kelaparan, termasuk seorang yang dibawa dengan kereta dorong karena terlalu lemah untuk berjalan.
Menurut aktivis, anak-anak mengambil apa saja tetumbuhan di kawasan yang sarat ranjau dan ada yang kehilangan anggota badannya.
Diperkirakan sekitar 30.000 orang terperangkap di Madaya sejak Juli tahun lalu, akibat serangan tentara pro-pemerintah yang mengepung wilayah tersebut dan Zabadani yang pernah menjadi kubu kuat pemberontak sejak enam bulan lalu.
Sejauh ini, perjanjian damai hanya memungkinkan mereka yang cedera saja dikeluarkan dari wilayah itu namun bantuan makanan dan obat-obatan gagal dibawa masuk.
“Saya bersumpah dengan nama Tuhan saya coba membeli makanan hari ini tetapi harga sekilogram beras ialah 100.000 paun,” kata Louay.
Menurutnya, harga beras di pasaran gelap hampir Rp2,5 juta.
“Saya melihat sendiri penduduk menyembelih kucing untuk dimakan dan pohon yang tidak lagi berdaun karena habis dipetik mereka, untuk dimakan” kata Louay. (dawn/the guardian/zar)