Jalani Ramadan di Tengah Perang, Umat Muslim Ukraina Terus Berdoa Mohon Kemenangan

Internasional | Jumat, 07 April 2023 - 01:36 WIB

Jalani Ramadan di Tengah Perang, Umat Muslim Ukraina Terus Berdoa Mohon Kemenangan
Kendati disibukkan berperang melawan Rusia, para tentara Ukraina pemeluk agama Islam tetap menjalankan ibadah puasa. (AFP)

KIEV (RIAUPOS.CO)  - Umat Muslim di Ukraina menjalani Ramadan dalam suasana perang untuk tahun kedua. Mereka berpuasa di tengah gempuran tentara Rusia. Sebuah masjid yang terletak di dekat garis depan pertempuran menjadi saksi taatnya umat Musim di Ukraina menjalankan ibadah puasa kendati di tengah suasana perang.

Masjid tersebut setiap harinya dipenuhi umat Muslim dan sebagian besar adalah pasukan Ukraina dengan seragam kamuflase. Kendati disibukkan berperang melawan Rusia, para tentara Ukraina pemeluk agama Islam tetap menjalankan ibadah puasa. Mereka juga rajin menunaikan salat di masjid tersebut.


Mullah Murah Suleymanov, seorang mufti Ukraina, memimpin salat berjemaah. Dia menggantikan posisi mufti sebelumnya yakni Said Ismagilov yang memutuskan bergabung dengan pasukan Ukraina untuk berjuang di garis depan.

Saat memimpin salat yang terdiri dari 16 orang, 11 di antaranya berseragam, termasuk 1 perempuan, Suleymanov mengajak semuanya berdoa agar Ukraina diberikan kemenangan pada Ramadan kali ini.

"Saya meminta kepada Allah untuk melindungi masjid kami. Saya meminta kepada Allah untuk melindungi Ukraina dan untuk menghukum para tiran," kata Mullah Murat Suleymanov.

"Ramadan adalah bulan kemenangan," imbuh Suleymanov.

Masjid tersebut memiliki banyak jendela. Sebagian dinding pecah terkena pecahan peluru. Dua hari sebelumnya sebuah roket meledak di dekat masjid tersebut.

Di antara para jemaah adalah Said Ismagilov yang sebelumnya mufti dan kini ikut bertempur melawan Rusia. Kini dia adalah sopir ambulans paramedis sukarela yang bertugas mengevakuasi tentara yang terluka dari garis depan.

Ismagilov (44), adalah seorang Tatar, kelompok etnis Muslim. Dia mengenakan penutup lengan dari batalion ASAP Rescue-nya dan menunjukkan ambulans yang diparkir di luar. Beberapa bagian bodi ambulans penyok akibat diterjang peluru tentara Rusia. Ismagilov meyakini dan merasakan langsung kehendak dan perlindungan Allah.

"Ambulans saya penuh dengan pecahan peluru. Syukurlah, saya tidak terluka. Ini kehendak Allah," jelas Ismagilov.

"Saya menyadari saya tidak berguna. Kemudian saya memilih untuk berdiri dan membela tanah air saya. Sekarang saya mengevakuasi orang yang terluka," imbuhnya.

Tahun lalu, Ismagilov menghabiskan Ramadan di Lysychansk, sebuah kota yang hancur diserbu Rusia, sebelum militer Ukraina akhirnya mundur. Terlepas dari pekerjaannya di medan perang, Ismagilov mengatakan masih bisa menjalankan aturan puasa Ramadan.

"Saya sudah terbiasa menghabiskan Ramadan dalam situasi perang, jadi tahun ini bukanlah hal baru bagi saya," kata Ismagilov.

"Saya memiliki semua yang saya butuhkan untuk berpuasa sesuai dengan semua tradisi Muslim," imbuhnya.

"Saya tidak berada di parit sekarang. Saya menghabiskan sebagian besar siang hari dengan mengemudi atau di titik stabilisasi, yakni sebuah bangunan tempat paramedis merawat luka untuk perawatan medis awal," beber Ismagilov.

Ismagilov mengatakan dia tidak tahu bagaimana akan merayakan akhir Ramadan yakni Idulfitri.

“Anda beruntung jika bisa mengunjungi masjid sekarang dan Anda tidak pernah tahu berapa banyak orang yang akan datang, atau apakah mereka akan datang,” katanya.

"Jika terjadi penembakan hebat, kami mungkin akan berkumpul di ruang bawah tanah untuk berdoa di sana," ucapnya.

Ismagilov yang dibesarkan di kota Donetsk di timur Ukraina, mengkritik Rusia, terutama yang mendukung perang tersebut.

"Saya pikir itu menjijikkan ketika Muslim Rusia mendukung perang", katanya.

Rusia disebutnya memperlakukan etnis minoritasnya, banyak dari mereka Muslim, sebagai orang-orang berkualitas rendah dan menggunakan mereka sebagai umpan meriam dalam perang.

"Bukan rahasia lagi bahwa sebagian besar tentara musuh yang tewas berasal dari etnis Buryatia, Tuva, Dagestan, Tatarstan, Chechnya," sebut Ismagilov yang melanjutkan bahwa itu menyebut wilayah Rusia dengan jumlah Muslim dan Budha yang besar.

Sementara itu, Suleymanov meyakini bahwa dengan berpuasa, para tentara dan pejuang Ukraina bakal semakin kuat.

"Saya sangat yakin bahwa banyak tentara dan pejuang Muslim Ukraina yang ambil bagian dalam pertempuran ingin berpuasa. Karena dalam hal ini mereka merasa lebih kuat dengan bantuan Allah," kata Suleymanov.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook