Ilmuwan Prancis: Pemanasan Global Bahaya bagi Pasien Gagal Jantung

Internasional | Kamis, 06 Oktober 2022 - 04:00 WIB

Ilmuwan Prancis: Pemanasan Global Bahaya bagi Pasien Gagal Jantung
Ilustrasi pemanasan global. Ilmuwan mengaitkan pemanasan global dengan risiko bagi pasien gagal jantung.  (THE WATCHERS)

PARIS (RIAUPOS.CO) – Dampak pemanasan global pada kesehatan kian nyata. Kali ini ilmuwan mengaitkan pemanasan global dengan risiko bagi pasien gagal jantung.

Para peneliti telah mengidentifikasi hubungan antara suhu panas dan penurunan berat badan pada pasien gagal jantung, yang menunjukkan bahwa kondisi mereka telah memburuk. Para ilmuwan menggunakan data dari Prancis selama gelombang panas 2019. Mereka menemukan hubungan antara cuaca panas dan penurunan berat badan 1,5 kg.


 

Metode Penelitian

Sebanyak 1.420 pasien dengan gagal jantung kronis mengambil bagian dalam penelitian ini, dengan usia rata-rata peserta adalah 73 tahun. Para ilmuwan telah menemukan bahwa suhu panas terkait erat dengan penurunan berat badan pada pasien gagal jantung selama gelombang panas 2019 di Prancis.

“Temuan ini tepat waktu mengingat gelombang panas terjadi tahun ini. Penurunan berat badan yang kami amati pada orang dengan gagal jantung dapat menyebabkan tekanan darah rendah, terutama ketika berdiri, dan gagal ginjal juga berpotensi mengancam jiwa,” kata penulis studi, Profesor François Roubille dari Rumah Sakit Universitas Montpellier, Prancis.

 

Apa Itu Gagal Jantung?

Pada penderita gagal jantung mengalami kondisi jantung tidak memompa darah secara efisien ke seluruh tubuh. Karena itu, limbah menumpuk di dalam tubuh, menyebabkan sesak napas dan penumpukan cairan di paru-paru, kaki, dan perut.

Fluktuasi berat badan bisa berbahaya pada orang dengan gagal jantung kronis karena perubahan berat badan dapat menyebabkan rawat inap dengan sumbatan di paru-paru. Oleh karena itu mengukur berat badan adalah bagian penting bagi pasien gagal jantung.

Pil air yang disebut diuretik digunakan untuk mengobati sumbatan dengan meningkatkan keluaran urin dan mengurangi sesak napas dan pembengkakan.  Penulis di balik penelitian ini berhipotesis bahwa pasien dengan gagal jantung akan mengalami perubahan berat badan selama gelombang panas.

“Ketika orang sehat minum lebih banyak cairan selama cuaca panas, tubuh secara otomatis mengatur keluaran urin. Ini tidak berlaku untuk pasien dengan gagal jantung,” jelas ahli.

Para peneliti memeriksa hubungan antara berat badan dan suhu udara di Prancis antara tanggal 1 Juni dan 20 September, meliputi terjadinya dua gelombang panas. Satu penelitiam pada akhir Juni dan lainnya pada akhir Juli. Di sebagian besar negara, suhu melebihi 32°C pada 26 Juni.

Pasien menimbang diri mereka sendiri setiap hari, menggunakan timbangan yang secara otomatis mengirimkan pengukuran ke klinik. Gejala termasuk kelelahan, sesak napas, dan batuk.

Suhu harian siang hari diambil menggunakan data dari stasiun cuaca terdekat dengan rumah masing-masing pasien. Kesimpulannya, selama gelombang panas, penting untuk pasien gagal jantung memerhatikan berat badannya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook