GAZA CITY (RIAUPOS.CO) - Kamp pengungsi Jabalia luluh lantak. Kemarin (3/12) tempat itu kembali menjadi sasaran serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Rekaman yang dibagikan jurnalis Palestina dan kru TV menunjukkan warga yang menggunakan tangan mereka untuk mengeluarkan korban dari bawah reruntuhan.
Beberapa warga menemukan mayat, termasuk seorang bayi yang tubuhnya tampak terkoyak. ’’Skala kehancurannya tak bisa digambarkan,’’ ujar salah satu penduduk kepada Al Jazeera.
Kamp pengungsian itu diserang selama 2 hari berturut-turut. Salah satu yang dibom adalah gedung permukiman 6 lantai. Puluhan orang masih terjebak. Tim penyelamat masih mendengar suara-suara di balik reruntuhan. Mereka sulit menjangkau lokasi karena ikut menjadi target serangan militer Israel.
Jabalia adalah kamp pengungsi terbesar di Gaza. Kamp seluas 1,4 kilometer persegi itu dihuni sekitar 116.000 pengungsi terdaftar. Jumlah korban bisa meningkat dengan cepat karena kawasan tersebut padat penduduk.
IDF meningkatkan serangannya sejak gencatan senjata berakhir pada Jumat (1/12). Pejabat kantor media pemerintah Palestina mengungkapkan, selama 24 jam kemarin, setidaknya 700 warga Gaza tewas di tangan Israel.
Serangan tak hanya terjadi di kamp pengungsian Jabalia yang berada di wilayah utara, tapi juga merambah area selatan. Padahal, Israel selama ini menyuruh penduduk Gaza menuju ke selatan untuk berlindung karena Gaza Utara dijadikan medan tempur.
Israel kemarin mengklaim telah menemukan sekitar 800 lubang yang mengarah ke terowongan dan bungker Hamas. Jumlah itu adalah total sejak IDF memulai operasi darat di Gaza pada 27 Oktober. Versi IDF, mereka telah menghancurkan 500 terowongan.
’’Poros terowongan terletak di kawasan sipil. Banyak yang berada di dekat atau di dalam bangunan sipil seperti sekolah, taman kanak-kanak, masjid, dan taman bermain,’’ bunyi pernyataan IDF kemarin, seperti dikutip The Guardian. Klaim IDF itu belum bisa diverifikasi. Israel juga belum bisa membuktikan bahwa RS Al Shifa yang mereka serang adalah basis komando Hamas.
Badan Kemanusiaan PBB (OCHA) mengungkapkan, serangan membabi buta IDF sejak 7 Oktober telah membuat 1,8 juta penduduk Gaza kehilangan tempat tinggal. Itu setara dengan 75 persen penduduk. Mereka mengungsi di tempat aman di wilayah Gaza, istilahnya pengungsi internal.
Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu dalam konferensi pers Sabtu (2/12) malam bersumpah akan melanjutkan serangan darat ke Jalur Gaza dengan kekuatan yang lebih besar. ’’Itu adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuan Israel guna menghilangkan Hamas dan membebaskan sandera,’’ ujarnya.
Netanyahu menyebut IDF dan pasukan keamanan tetap menjunjung hukum internasional dalam serangannya. Klaim itu berkali-kali dipertanyakan oleh pengamat HAM dan para pemimpin dunia. Pasalnya, serangan Israel sudah merenggut lebih dari 15 ribu nyawa penduduk Palestina yang didominasi perempuan dan anak-anak.
Terpisah, Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak adanya gencatan senjata jangka panjang. Dia juga ragu dengan ambisi Israel untuk membasmi Hamas. ’’Apa yang dimaksud dengan kehancuran total Hamas dan apakah hal itu mungkin terjadi? Jika ya, perang akan berlangsung 10 tahun,’’ ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Hamas Saleh al-Arouri mengatakan, tidak akan ada lagi pertukaran tahanan dengan Israel sampai perang di Gaza selesai. ’’Tahanan Israel tidak akan dibebaskan sampai tahanan kami (warga Palestina, red) dibebaskan dan gencatan senjata diberlakukan,’’ ujarnya.
Laporan terbaru menyebutkan sebanyak 15.207 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza sejak pecahnya konflik Israel-Hamas pada (7/10) lalu. Dilansir dari Xinhua pada Ahad (3/12), data tersebut disampaikan oleh pihak Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, Sabtu (2/12).
Juru bicara kementerian tersebut, Ashraf al-Qidra dalam konferensi pers di Khan Younis, menyebutkan jumlah warga yang terluka di daerah kantong Palestina telah melampaui 40.000 orang, dengan 70 persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan. Al-Qidra juga mengatakan bahwa serangan Israel telah menewaskan 280 personel medis dan menargetkan 56 ambulans di Gaza. Ia menduga Israel sengaja menghancurkan sistem pelayanan kesehatan di Jalur Gaza.
Pada (7/10), Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel, menembakkan ribuan roket dan menyusup ke wilayah Israel. Sementara itu, Israel membalasnya dengan serangan udara, operasi darat, dan tindakan hukuman termasuk pengepungan di Jalur Gaza.
Menurut otoritas pihak Israel, lebih dari 1.200 orang tewas di Israel, sebagian besar akibat serangan Hamas pada (7/10)yang memicu konflik tersebut.(sha/c18/bay/jpg)