DIBUNUH SECARA KEJI DALAM AKSI TERORISME

Iran Tuduh Israel Bunuh Ilmuwan Nuklir dan Pengembang Vaksin Covid-19

Internasional | Kamis, 03 Desember 2020 - 16:05 WIB

Iran Tuduh Israel Bunuh Ilmuwan Nuklir dan Pengembang Vaksin Covid-19
Prosesi pemakaman ilmuwan nuklir asal Iran sekaligus pengembang vaksin Covid-19, Mohsen Fakhrizadeh (THE NATIONAL)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Prof Mohsen Fakhrizadeh, seorang ilmuwan terkemuka Iran dan Kepala Organisasi Penelitian dan Inovasi Kementerian Pertahanan Republik Islam Iran, dibunuh secara keji dalam aksi terorisme.

Peristiwa berdarah itu terjadi pada Jumat (27/11) dan membuat pemerintah Iran mengutuk keras tragedi tersebut. Pasalnya, Prof Mohsen Fakhrizadeh memiliki peran yang besar dalam berbagai proyek Iptek Iran yang bertujuan untuk perdamaian, salah satunya pengembangan vaksin Covid-19.


Prof Fakhrizadeh sebelumnya melakukan pengembangan kit uji dan vaksin Covid-19 pertama di Iran, yang merupakan kontribusi besar bagi upaya nasional Iran dalam mengekang pandemi Covid-19. Produksi vaksin ini dilakukan pada saat Iran berada di bawah tekanan sepihak dan sanksi ilegal oleh Amerika Serikat yang secara ketat mencegah dan menutup akses Iran terhadap barang-barang kemanusiaan termasuk obat-obatan dan peralatan medis.

Kedutaan Besar Republik Islam Iran mengutuk keras pembunuhan brutal dan langkah tak manusiawi tersebut. Dan menyerukan kepada komunitas internasional, negara-negara pecinta dan pembela hak asasi manusia (HAM) serta media independen untuk mengutuk tindakan kriminal dan teroris ini serta mengambil tindakan yang diperlukan terhadap para pelaku, para pendukung dan aktor intelektual di balik serangan teroris ini.

"Maka melalui pernyataan pers ini, Syahid Prof Fakhrizadeh adalah seorang pejabat resmi Republik Islam Iran dan tindakan pembunuhan keji terhadap dirinya merupakan langkah terorisme serta melanggar berbagai peraturan, konvensi dan kesepakatan internasional yang diakui oleh dunia," ungkap pernyataan Kedubes Iran, Kamis (3/12).

Menurut Kedubes Iran, pembunuhan ini dilakukan karena untuk menghambat pendekatan diplomatik dan dialog demi menyelesaikan perbedaan di tingkat regional dan internasional. Menciptakan krisis skala besar untuk semakin membuat kawasan Timur Tengah tidak stabil dan mempersulit penerapan perjanjian nuklir Iran (Joint Comprehensive Plan of Action – JCPOA).

"Selama beberapa tahun terakhir, beberapa ilmuwan Iran dan pahlawan nasional kami telah menjadi sasaran dan dibunuh dalam berbagai serangan teroris. Bukti kuat kami dengan jelas menunjukkan bahwa pusat-pusat tertentu asing berada di balik pembunuhan-pembunuhan tersebut," tambah Kedubes.

Menurut Kedubes Iran, pembunuhan baru-baru ini terhadap ilmuwan nuklir senior Iran juga memiliki ciri dan cara yang sama dengan tindakan pengecut lainnya yang pada biasanya dilakukan oleh Rezim Teroris Israel. Tindakan ini telah membunuh sejumlah besar elite ilmiah di Iran dan di seluruh kawasan.

"Sebuah konspirasi jahat yang telah dirancang oleh Rezim Zionis Israel yang merupakan satu-satunya pemilik senjata nuklir di kawasan untuk memicu kekacauan di wilayah Timur Tengah," katanya.

Rezim ini sejak penandatanganan perjanjian nuklir (Joint Comprehensive Plan of Action – JCPOA) antara Iran dan negara-negara 5 + 1 (Lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman) pada tahun 2015, terus menerus mencoba untuk membujuk Washington agar meninggalkan JCPOA dan mengembalikan sanksi paling parah sepanjang sejarah dan ilegal terhadap masyarakat Iran.

Pihak Kedubes mengecam tindakan teror dan pembunuhan pengecut terhadap Prof Fakhrizadeh. Ini merupakan pelanggaran nyata terhadap aturan internasional dan prinsip moral dan kemanusiaan yang dilakukan terhadap Iran sebagai negara yang selama ini berada di garis terdepan dalam perang melawan terorisme demi membangun perdamaian dan stabilitas di kawasan dan dunia.

"Rakyat Iran berharap komunitas internasional dan negara-negara pembela hak asasi manusia untuk mengutuk terorisme negara dan membangun konsensus agar melawan ketegangan di kawasan. Iran menyerukan kepada dunia internasional, khususnya Uni Eropa, untuk meninggalkan standar ganda dan mengutuk tindakan terorisme yang berbasis negara ini," tegasnya.

Tindakan teroris terhadap ilmuwan terkemuka Iran, menurut Kedubes Iran, memperlihatkan keputusaan para musuh rakyat Iran yang berasal dari kelemahan, ketidakmampuan, dan kekalahan mereka di kawasan dan di arena politik lainnya. Musuh-musuh bangsa Iran yang buta hati, terutama mereka yang merancang, melakukan dan mendukung tindakan kriminal ini, harus mengetahui bahwa tindakan jahat seperti itu tidak akan mempengaruhi tekad dan keinginan bangsa Iran untuk melanjutkan jalan mereka yang mulia menuju kemajuan dan kejayaan.

"Pembunuhan ilmuwan-ilmuwan terkemuka Iran seperti Syahid Prof Mohsen Fakhrizadeh tidak akan melemahkan kemajuan kami di berbagai ranah termasuk sains dan inovasi," jelasnya.

Kedubes Iran juga menyesalkan media arus utama di Barat dengan cara yang menyesatkan, berusaha untuk menutupi tindakan teroris ini dengan menyoroti program nuklir Iran. Sementara Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) berulang kali telah mengonfirmasi bahwa Iran telah sepenuhnya mematuhi JCPOA dan langkah-langkah dalam menanggapi penarikan sepihak AS dari JCPOA tidak berdampak pada pengawasan dan pemantauan serta verifikasi IAEA atas program nuklir damai Iran.

"Program nuklir damai Iran tetap tunduk pada kerangka inspeksi internasional yang paling kuat dalam sejarah IAEA. Republik Islam Iran memperingatkan terhadap tindakan apa pun dan menekankan pada hak sah untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk membela rakyat," tutupnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook