MOSKOW (RIAUPOS.CO) – Vsevolod tak mau mati sia-sia di Ukraina. Karena itu, ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan dekrit mobilisasi parsial, Vsevolod memilih untuk meninggalkan negaranya. Dia berkendara selama empat hari dari Moskow melewati perbatasan selatan Rusia menuju Georgia.
Eksodus besar-besaran membuat jalan di perbatasan tersebut macet mengular hingga beberapa kilometer. Vsevolod meninggalkan mobilnya di satu titik dan memilih berjalan kaki. Dia akhirnya tiba di Georgia.
’’Di usia 26 tahun ini, saya tidak ingin dibawa pulang dalam peti mati berlapis seng atau menodai tangan saya dengan darah seseorang karena perang satu orang (Vladimir Putin, red) yang ingin membangun sebuah kerajaan,’’ ujarnya seperti dikutip Los Angeles Times.
Dia memilih menyembunyikan nama belakangnya untuk menghindari deteksi pemerintah Rusia. Sekitar 200 ribu warga negara Rusia yang telah melarikan diri ke negara-negara tetangganya. Misalnya, Georgia, Kazakhstan, dan Finlandia. Mayoritas kaum pria. Mereka mengendarai mobil, sepeda, bahkan berjalan kaki. Membeli tiket pesawat sudah sulit karena harganya kelewat mahal akibat tingginya permintaan.
Jumlah penduduk lelaki yang melarikan diri itu masih akan terus bertambah. Saat ini belum ada tanda-tanda arus migrasi berhenti. Terlebih penjaga perbatasan Rusia melonggarkan peraturan dan mengizinkan orang untuk menyeberang dengan berjalan kaki.
Kementerian Dalam Negeri Georgia mengatakan, lebih dari 53 ribu orang Rusia telah memasuki negaranya sejak pekan lalu. Di Kazakhstan, jumlahnya mencapai 98 ribu orang, 43 ribu di Finlandia, dan 3 ribu di Mongolia. Itu belum termasuk golongan kaya yang memilih ke Dubai, Turki, dan beberapa negara lainnya yang memberlakukan bebas visa.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman