Greysia/Apriyani Jaga Tradisi Emas

Internasional | Selasa, 03 Agustus 2021 - 09:40 WIB

Greysia/Apriyani Jaga Tradisi Emas
Ganda putri Indonesia Greysia Polii (kiri) dan Apriyani Rahayu berpose dengan medali emas setelah mengalahkan ganda Cina, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan 21-19, 21-15 pada partai final di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo, Senin (2/8/2021). Foto kiri, Anthony Sinisuka Ginting sukses meraih perunggu. (ALEXANDER NEMENOV/AFP)

TOKYO (RIAUPOS.CO) – Untuk beberapa detik, kegembiraan Greysia Polii/Apriyani Rahayu tertahan. Meski mereka sudah sempat berselebrasi. Jia Yi Fan mengangkat tangan, meminta challenge atas lambungan shuttlecock-nya yang dinyatakan keluar.

Begitu official review memastikan bahwa bola memang keluar, pecahlah tangis Greysia dan Apriyani. Mereka berpelukan bersama pelatih Eng Hian. Ganda putri terbaik Indonesia itu menutup perjuangan di Olimpiade Tokyo 2020 dengan sempurna: medali emas.


Hasil tersebut menjaga tradisi emas bulutangkis di multiiven olahraga empat tahunan itu. Sejak emas pertama di Barcelona 1992, hanya sekali Indonesia gagal membawa pulang emas, yakni di London 2012. Bukan hanya itu, raihan Greysia/Apriyani kemarin (2/8) tersebut melengkapi raihan emas-emas Indonesia sebelumnya. Ya, itulah emas pertama dari sektor ganda putri. Tujuh emas di edisi Olimpiade terdahulu berasal dari nomor lain, yakni tunggal putri (1), tunggal putra (2), ganda putra (3), dan ganda campuran (1).

Musashino Forest Plaza, Tokyo, kemarin menjadi saksi akhir manis perjuangan Greysia/Apriyani. Dalam laga berdurasi 57 menit, mereka tampil percaya diri menghadapi Chen Qing Chen/Jia Yi Fan. Unggulan kedua asal Cina itu dipaksa menyerah straight game 21-19, 21-15.

Game pertama sempat berjalan ketat. Greysia/Apriyani memimpin saat interval. Ketika kedudukan 19-15, Chen/Jia mengejar dengan tiga poin beruntun menjadi 19-18. Untung, Greysia/Apriyani kembali fokus dan menutup game dengan skor 21-19.

Di game kedua, pasangan senior-junior itu tak terbendung. Permainan mereka lebih tenang. Meski kerap bermain reli panjang, mereka tetap bisa mengontrol permainan lawan. Chen/Jia pun tak mampu menipiskan ketertinggalan dan mengejar poin yang sempat berjarak sembilan angka.

Greysia mengaku tidak menyangka bisa tampil menjadi juara Olimpiade. Apalagi, bersama Apriyani, mereka berstatus pasangan non unggulan. Saat challenge diajukan Chen/Jia pada poin penentuan game kedua, Greysia sempat nervous. "Saya tidak percaya ketika shuttlecock out dan menjadi poin bagi kami di akhir game kedua. Sejujurnya saya masih tak menyangka menjadi juara Olimpiade," ungkapnya.

"Kami memang ingin membuat sejarah bagi bulu tangkis, sejarah untuk Indonesia. Ini untuk kalian semua (masyarakat Indonesia, red)," imbuh atlet yang akan genap berusia 34 tahun pada 11 Agustus mendatang itu.

Greysia menambahkan, menjuarai Olimpiade rasanya bercampur aduk. "Mungkin orang tak percaya kami, tapi kami percaya kami. Tuhan percaya kami. Korea dan Cina lawan yang kuat. Kami hanya mau memberikan yang terbaik untuk Indonesia," ucapnya.

"Medali emas ini bukan hanya impian Kak Greysia, tetapi juga saya. Medali emas ini untuk almarhum orang tua saya dan kakakku," timpal Apriyani.

Emas Olimpiade yang diraih kemarin membuktikan bahwa Greysia Polii belum habis. Greysia dipasangkan dengan Apriyani sejak 2017. Tepatnya setelah Nitya Krishinda Maheswari (partner Greysia sebelumnya) cedera. Kala itu Greysia bahkan sudah berniat menggantung raket.

Namun, rencana tersebut ditunda karena pelatih Eng Hian memintanya mendampingi junior. Kebetulan saat itu Apriyani termasuk pendatang baru di pelatnas PBSI. Kebetulan juga, Greysia dan Apriyani sama-sama atlet binaan klub Jaya Raya.

Dipasangkan dengan pemain yang sepuluh tahun lebih tua membuat Apriyani harus lebih memompa diri. "Saya belajar untuk mendewasakan diri. Hari ini (kemarin, red) kami mendapatkan semua, berkat dari Allah dan doa keluarga serta masyarakat Indonesia. Kami sangat senang dan bahagia," ungkap Apriyani.

Dan kebahagiaan itu bukan hanya milik Greysia/Apriyani. Seluruh masyarakat Indonesia merasakannya. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan memberikan ucapan secara langsung melalui sambungan video call. "Saya mewakili seluruh rakyat Indonesia mengucapkan selamat atas keberhasilan emasnya," kata presiden.

Jokowi dengan semringah mengucapkan selamat. Greysia dan Apriyani pun tak henti-hentinya menunjukkan medali di lehernya. "Jujur, saya sangat bangga saat (lagu kebangsaan) Indonesia Raya berkumandang," ungkapnya.

Presiden menceritakan ikut deg-degan saat menyaksikan pertandingan final kemarin. Apalagi saat skor di game pertama yang nyaris terkejar. "Saya lihat set kedua jauh lebih tenang," ujar Jokowi.

Ucapan selamat juga disampaikan Jokowi untuk pelatih Eng Hian. "Salam dari seluruh rakyat Indonesia yang sangat bangga," katanya. Jokowi berencana mengundang mereka ke Istana Negara setiba di Tanah Air.

Para legenda yang sudah merasakan gelar juara Olimpiade seperti Susy Susanti tidak ketinggalan mengapresiasi prestasi Greysia/Apriyani. "Selamat untuk Greysia/Apri yang sudah mempersembahkan emas pertama untuk Indonesia (dari ganda putri, red). Perjuangan, semangat, kerja keras, dan kegigihan yang luar biasa sudah mereka tunjukkan di final. Salut dan bangga buat mereka yang sudah meneruskan tradisi emas buat bulu tangkis Indonesia," ungkap peraih medali emas tunggal putri di Olimpiade Barcelona 1992 itu kepada JPG.

Peraih medali emas Olimpiade Sydney 2000 Candra Wijaya menyebutkan, usaha dan perjuangan Greysia/Apriyani sepanjang keikutsertaan di Olimpiade sangat luar biasa. "Sejarah telah tercipta untuk Indonesia," tegasnya.

Tontowi Ahmad juga mengucapkan selamat bagi Greysia/Apriyani. "Welcome to the club," tulis Owi –sapaan Tontowi Ahmad– melalui Instagram. Yang dimaksud Owi tentu saja bergabung dengan para juara Olimpiade. Sebelumnya Owi bersama Liliyana Natsir mendapatkan medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 di nomor ganda campuran.

Secara keseluruhan, dari Olimpiade kali ini bulu tangkis menyumbang dua medali. Selain emas dari Greysia/Apriyani, satu medali lain diraih tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting.

Dalam pertandingan di Musashino Forest Sport Plaza, kemarin (2/8), Ginting mengalahkan pemain fenomenal asal Guatemala, Kevin Cordon. Pertandingan tersebut berlangsung hanya 38 menit. Ginting sukses memenangi pertandingan dengan skor 21-11, 21-13.

Kemenangan itu begitu berarti bagi Ginting. Dia memiliki kesempatan melangkah ke final. Sayangnya, dia takluk oleh Chen Long. Bangkit dari kekalahan itu, Ginting sanggup membawa pulang perunggu.

"Saya sudah bekerja dengan keras, harus tetap fokus, dan move on dari kekalahan. Saya sangat senang dengan hasil hari ini (kemarin, red)," kata Ginting seusai pertandingan.

Hasil tersebut menggenapi raihan Ginting. Ginting tercatat menjuarai Cina Open 2018 lalu. Kemudian, sepanjang 2019 dia kalah dalam empat kali final. Ginting baru juara lagi pada Indonesia Masters 2020. Pandemi menghantam sehingga persiapan cukup berat untuk ke Olimpiade. Apalagi, saat simulasi di pelatnas, hasil Ginting tak seberapa bagus.

Sementara itu, Cordon mengakui dalam pertandingan kemarin Ginting bermain lebih baik darinya. Pemain ranking ke-59 dunia itu menginginkan medali.

"Sejujurnya aku tidak berpikir bisa sampai semifinal. Aku menginginkannya, tapi juga realistis. Aku pikir dengan ini semua di Guatemala akan tahu jika latihan keras, sabar, semua hal baik akan datang," ujar Kevin.(raf/gil/lyn/c9/fal/jpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook