BRATISLAVA (RIAUPOS.CO) -- Zuzana Caputova menjadi presiden perempuan pertama Slovakia. Ia mengatakan, kemenangannya menunjukkan seseorang bisa menang tanpa menyerang lawan. Dilansir dari The Guardian pada Ahad (31/3), Caputova menang setelah bertarung dengan mengusung kampanye positif berdasarkan nilai-nilai progresif dan reformasi politik.
Caputova yang berparas cantik merupakan seorang pengacara berusia 45 tahun dan juru kampanye antikorupsi. Ia memenangi 58,4 persen suara dalam pemilu pada hari Sabtu dan akan mulai menjabat pada Juni. “Saya senang bukan hanya untuk hasilnya. Namun ini membuktikan, kita bisa meningkatkan minat orang untuk memilih tanpa harus mengeluarkan kata-kata yang bersifat menyerang lawan,” ujar Caputova.
Zuzana Caputova menjadi presiden perempuan pertama Slovakia. Ia mengatakan, kemenangannya menunjukkan seseorang bisa menang tanpa menyerang lawan. Sebelum terjun dalam dunia politik, Caputova adalah seorang aktivis yang terkenal karena menolak pembangunan tempat pembuangan akhir di kota kelahirannya pada 2016. Dia juga memainkan peran dalam protes antipemerintah yang pecah setelah pembunuhan jurnalis Jan Kuciak dan tunangannya, Martina Kusnirova.
Setelah melampaui putaran pertama pemungutan suara dua minggu lalu, ia dengan memenangi putaran kedua melawan Maros Sefcovic, seorang komisioner energi Uni Eropa yang didukung oleh partai pemerintahan Smer, sebuah kelompok kiri-tengah.
Sefcovic mengatakan, ia ingin mengajukan banding kepada pemilih yang bersikeras Slovakia tetap menjadi negara Kristen, sebuah serangan terhadap pandangan liberal Caputova tentang hak-hak LGBT dan undang-undang aborsi.
Namun Sefcovic berusaha menerima kekalahannya. Ia mengatakan, dia telah menelepon Caputova untuk memberinya selamat dan berencana mengirim bunga. “Presiden perempuan pertama Slovakia pantas mendapat karangan bunga,” katanya.
Di seluruh Eropa Tengah, kaum liberal berjuang keras untuk melawan berbagai propaganda sayap kanan tentang migrasi dan masalah sosial. Namun, pesan Caputova bergema, terutama di Bratislava dan kota-kota lain.(jpg)
Editor: Eko Faizin