TINGGAL DI KAMP PENAMPUNGAN

Kondisi Sengsara Anggota ISIS Kini Pasca-Kalah Perang

Internasional | Minggu, 14 April 2019 - 20:05 WIB

Kondisi Sengsara Anggota ISIS Kini Pasca-Kalah Perang
Kamp Al Hol, Syria yang menjadi tempat penampungan bagi perempuan dan anak-ana, setelah ISIS kalah di Iraq dan Syria. (getty images/bbc)

KEKALAHAN ISIS di Baghouz, Suriah menjadi wilayah terakhir yang sebelumnya dikuasai ISIS. Daerah itu kini telah dikuasai pemerintah pada 23 Maret lalu. Kekalahan itu menyisakan masalah, tidak ada yang mau menampung warga Baghouz.

Seperti yang dialami Leonora Messing. Dia memiliki bayi berusia 2 bulan yang sedang sakit. Badannya kurus. Tapi, perempuan 29 tahun yang menjadi istri anggota ISIS tersebut tak bisa berbuat banyak. Suaminya ditahan pejuang Kurdi. Sedangkan dia dan dua anaknya kini tinggal di Kamp Al Hol, Suriah, yang minim fasilitas.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kamp itu ditempati oleh perempuan dan anak-anak ISIS. Saat Baghouz kali pertama dibombardir, ’’hanya’’ ada ribuan orang di sana. Namun, kini kamp itu kian luas dan diperkirakan berisi sekitar 70 ribu orang.

Tidak ada tempat pengobatan yang memadai di tempat tersebut. Banyak anak yang sakit dan berakhir dengan kematian. Tapi, Messing yakin anaknya bisa bertahan. Perempuan asal Jerman itu menceritakan bahwa anak terakhirnya lahir saat Baghouz dibombardir. Messing meminta suaminya mencari bantuan, tapi tak ada seorang pun yang bisa dimintai tolong.

’’Saya melahirkan sendirian. Tidak ada dokter atau perawat,’’ ujarnya. Untung, dia dan anaknya selamat. Messing mengungkapkan, dirinya meninggalkan negaranya saat masih berusia 15 tahun. Tepatnya pada Maret 2015. Dia bergabung dengan ISIS dan menjadi istri ketiga seorang prajurit ISIS yang juga berasal dari Jerman.

Kehidupan di lingkungan ISIS yang luar biasa ketat membuat Messing tak tahan. Dia ingin pulang, tapi jalan untuk kembali masih panjang. Banyak negara yang tak mau menerima orang-orang yang pernah masuk jaringan kelompok radikal ISIS.

’’Dulu ketika masih 1,5 tahun bergabung dengan ISIS, saya meminta ayah saya untuk mengirimkan penyelundup yang membantu saya keluar,’’ terang Messing kepada wartawan BBC.

Sayang, dia kurang beruntung. Perantara yang dikirim sang ayah tertangkap dan dibunuh. Di telepon genggamnya ada foto Messing. Seketika itu juga Messing dipenjara. Kali pertama dia dipenjara di Kota Raqqa dan yang kedua di Shaafa.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook