PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kabid Perkebunan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Riau Vera Virgianti SHut MM mengatakan, banyak faktor yang menjadi penyebab terjadi perbedaan harga beli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Riau. Di antaranya adalah kualitas TBS itu sendiri, petani yang tidak menjual TBS langsung ke pabrik melainkan melalui pengepul dan belum berkelompoknya para petani.
Untuk faktor pertama, yakni kualitas TBS. Saat ini menurut Vera banyak petani sawit swadaya di Riau yang dahulunya menanam sawit dengan tidak menggunakan bibit yang unggul dan bersertifikat. Hal ini akhirnya mempengaruhi kualitas hasil TBS ketika sawit sudah besar.
‘’Karena dari awal bibitnya sudah salah, atau sering disebut bibit palsu. Akhirnya kualitas TBS tidak bagus, dengan kondisi ini pabrik tentu tidak mau membeli dengan harga tinggi,’’ katanya.
Faktor kedua, lanjut Vera, yakni banyak petani swadaya yang menjual TBS kepada pengepul. Di sini pengepul tentunya juga mencari keuntungan dengan menurunkan harga belinya kepada petani. Biasanya, pengepul di sini juga tidak hanya satu orang sehingga dapat dipastikan sampai ke petani harga akan lebih rendah lagi. ‘’Bayangkan saja jika ada tiga pengepul, bisa-bisa harga sampai ke petani sudah setengah harga dari harga pasaran sebenarnya. Jadi mata rantai pengepul ini harus diputus, lebih baik petani langsung menjual ke pabrik,’’ jelasnya.
Namun untuk menjual TBS langsung ke pabrik, lanjut Vera, petani harus membuat kelompok terlebih dahulu agar lebih mudah dikoordinir. Dengan begitu, petani akan lebih mudah mempunyai harga tawar ketika menjual TBS ke pabrik. ‘’Contohnya saja petani plasma, selama ini mereka sudah berkelompok. Sehingga ketika menjual TBS, harganya tidak terlalu jauh dari harga yang telah ditetapkan,’’ sebutnya.(sol)