PENUSUKAN, WIRANTO

Fitria Diana Dikenal Tomboi sebelum Akhirnya Berubah

Hukum | Jumat, 11 Oktober 2019 - 04:10 WIB

Fitria Diana Dikenal Tomboi sebelum Akhirnya Berubah
Suasana rumah Fitria Diana di RT 07 RW 02 Dusun Sitanggal 1 Desa Sitanggal Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah (Jateng). (Radartegal.com/JPG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Rumah Fitria Diana di RT 07 RW 02 Dusun Sitanggal 1 Desa Sitanggal Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah (Jateng), mendadak ramai mendadak dikerumuni warga, Kamis (10/10). Bukan tanpa sebab, wanita 20 tahun itu diduga terlibat peristiwa penusukan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam) Wiranto beserta rombongan di Pandeglang, Banten. Rumah itu dipenuhi warga yang merupakan tetangga orang tua Fitri.

Petugas kepolisian dari Polres Brebes melakukan penjagaan dan memintai keterangan dari keluarga yang diduga pelaku tersebut. Rumah orang tua Fitri ini pun dipasangi garis polisi.


Selain petugas kepolisian, tak ada orang yang diperbolehkan memasuki rumah orang tua Fitri yang bernama Sunarto dan Carti. Keluarga yang diduga pelaku itu belum bisa dimintai keterangan oleh awak media.

Polisi kemudian menggeledah rumah pelaku. Dari penggeledahan itu, sebanyak enam anak panah, satu busur, dan satu dus buku bacaan diamankan petugas kepolisian. Hingga Rabu (10/10) petang, petugas kepolisian masih melakukan penjagaan rumah orang tua pelaku. Rumah pelaku masih ditutup rapat dengan penghuni rumah berada di dalam.

Perangkat Desa Sitanggal, Wartono mengatakan, Fitria Diana merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Sunarto dan Carti. Fitri bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) di daerah Jakarta. Perempuan kelahiran Brebes, 03 Mei 1999 ini berdasarkan informasi dari kerabat pelaku merupakan lulusan SD yang kemudian bekerja di Jakarta.

“Waktu bulan puasa kemarin pulang dari Jakarta. Kemudian kira-kira satu bulan di rumah. Setelah lebaran lebih dari satu bulan dia (Fitri) berangkat lagi ke Jakarta,” kata Wartono di lokasi sebagaimana dikutip dari Radar Tegal (Jawa Pos Group).

Kerabat atau bibi dari Fitri, Rahayu, mengungkapkan, sebelum bekerja di Jakarta, Fitri berpenampilan tomboi. Namun, setelah pulang dari Jakarta, penampilan Fitri berubah berjilbab serta memakai cadar dan sering berlatih panah di dalam rumahnya. Diketahui Fitri kerap kali membaca buku jika pulang dari Jakarta.

Saat kepulangan terakhir di kampungnya, Fitri hingga kini tidak lagi berkomunikasi dengan keluarga. “Setelah pulang terus berangkat lagi dan sudah sebulan sudah tidak komunikasi lagi sama keluarga,” ungkapnya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook