JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Hampir seluruh varietas anggur premium di Indonesia berasal dari luar negeri. Anggur Dixon, salah satunya. Sejumlah petani lokal pun telah berhasil membudidayakan anggur asal Ukraina itu. Caca Supriatna jadi seorang di antaranya.
Manis, cita rasa pembeda anggur premium dari yang lainnya. Dixon pun sama. Ia memiliki tingkat kemanisan 19–22 Brix. Namun, yang paling menarik, bentuk dan warnanya khas. ”Dixon jadi salah satu yang dicari saat ini,” ujar Caca saat ditemui di kebun tin dan anggur miliknya di daerah Cikahuripan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat medio 2021 ini.
Caca mengaku merupakan pemain baru di tanaman anggur ini. Namun, sudah sekitar 60 varietas anggur impor yang dibudidayakan olehnya dalam satu setengah tahun terakhir. Dixon merupakan salah satu primadonanya bersama Jupiter.
Ada dua jenis Dixon. Dixon dengan bentuk buah bulat silinder dan lonjong. Dari keduanya, silinder lebih manis ketika matang. Warnanya pun bikin mata melirik. Perpaduan oranye kemerah-merahan sangat menggoda. Tekstur buahnya pun renyah dan padat. Tak heran, harga untuk anggur tersebut mencapai Rp 100 ribu per kilogram untuk petik sendiri.
Namun, manis bukan satu-satunya keistimewaan Dixon. Tanaman itu dikenal lebih cepat berbuah daripada varietas lainnya. Di usia enam bulan, Dixon sudah bisa berbuah. Tandan buahnya pun dalam ukuran yang cukup besar sehingga lebih banyak buahnya. Beratnya bisa mencapai 600 gram sampai 1 kilogram dalam satu dompolan. Tak heran kalau Dixon jadi incaran. ”Kalau di sini, bisa tiga kali setahun berbuah. Kalau di luar, dua kali karena ada salju,” ungkap Caca.
Dixon terkenal tidak rewel. Varietas itu bisa ditanam di daratan tinggi maupun rendah. Hasilnya tentu beda. Di dataran rendah, buah lebih manis karena terik matahari berlebih membuat kandungan gulanya lebih banyak. Sayang, warna dan bentuk buah kurang.
Sebaliknya, di dataran tinggi, warna dan bentuk buah lebih menonjol. Buahnya pun cenderung lebih berat. Tentu, tetap dengan cita rasa manisnya. Selain itu, Dixon tahan banting jika dibandingkan dengan varietas lain. Varietas tersebut lebih tahan dari hama dan penyakit tanaman. Caca mencontohkan ketika musim hujan tiba. Dalam kondisi itu, biasanya jamur seolah-olah lebih terangsang untuk tumbuh dengan cepat. Pada tanaman lain, hanya dalam hitungan jam, tanaman bisa habis ditumbuhi antraknosa.
Namun, tidak demikian pada Dixon. Tanaman itu memiliki pertahanan yang cukup kukuh. Ia mampu bertahan sampai sang pemilik turun tangan dalam menangani penyakit yang muncul. ”Ibarat kata, kalau manusia, hidup di jalanan pun, ia bisa hidup,” pungkasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra