Video di TikTok Ternyata Bisa Di-Setting Biar Viral

Gaya Hidup | Rabu, 01 Februari 2023 - 17:57 WIB

Video di TikTok Ternyata Bisa Di-Setting Biar Viral
TikTok. (DOK.JAWAPOS.COM)

BEIJING (RIAUPOS.CO) - Banyak peristiwa dan kejadian yang kemudian viral dan jadi topik pembicaraan publik bermula dari viralnya video di platform media sosial seperti TikTok. Efeknya seringkali tidak main-main. Kalau sudah viral di TikTok, jadi perbincangan, bisa langsung meledak dan menimbulkan efek lainnya.

Namun belakangan terungkap, algoritma TikTok ternyata tidak sedemokratis kelihatannya. Induk aplikasi dan perusahaan TikTok yakni ByteDance terungkap bisa melakukan pengaturan untuk video viral atau FYP di TikTok.


Hal ini terungkap oleh investigasi Forbes. Dilansir via Gizchina, Rabu (1/2/2023), informasi lebih lanjut tentang bagaimana video tertentu menjadi viral di TikTok telah terungkap dalam laporan Forbes yang baru.

Karyawan TikTok telah mengungkapkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mempromosikan video secara manual. Hal ini kemudian memberi mereka akses ke audiens yang lebih besar di jaringan media sosial.

Enam karyawan dan mantan karyawan TikTok dan perusahaan induknya, ByteDance, serta dokumen dan komunikasi internal menurut Forbes, mengklaim bahwa staf di TikTok dan ByteDance menggunakan teknik yang disebut “heating” untuk mengungguli algoritme jejaring sosial dengan mempromosikan video tertentu.

Sebelumnya, algoritme di balik TikTok cukup mudah dipahami. Setelah video selesai, pertama kali dilihat oleh pemirsa terpilih dari beberapa ratus pengguna.

Ini kemudian tersedia untuk kelompok yang lebih besar jika menghasilkan partisipasi seperti komentar atau menontonnya sampai selesai. Jika tidak, algoritme akan menguburnya, meniadakan peluang untuk menjadi viral di kemudian hari.

Namun, anggota staf TikTok dapat menyiasatinya. Satu hingga dua persen dari semua tayangan video harian dianggap sebagai hasil aktivitas manusia yang telah membantu video tertentu menonjol dari kompetisi.

Menurut sumber yang dikutip Forbes, TikTok menggunakan “heating” untuk membantu pemberi pengaruh dan sponsor dengan memalsukan tingkat penayangan yang lebih tinggi untuk video penggunanya.

Alhasil, strategi ini mampu mengunggulkan beberapa influencer dan brand. Menurut investigasi Forbes, karyawan di TikTok dan ByteDance telah menggunakan alat ini.

Mereka menggunakannya untuk meningkatkan jumlah penayangan di akun mereka sendiri atau akun orang lain yang dekat dengan mereka. Untuk mempertahankan diri, platform sosial terpaksa merespons.

“Untuk memvariasikan pengalaman konten dan menghadirkan orang-orang dan produser terkenal ke komunitas TikTok. Kami mempromosikan video tertentu,” Menurut Jamie Favazza, salah seorang dari TikTok.

Dirinya melanjutkan, mereka tak sering melakukannya dengan persentase hanya 0,002 persen dari total video di FYP. Namun, dari penelusuran Forbes yang berhasil mendapatkan bocoran dokumen internal, persentase konten yang dipromosikan tersebut bisa mencapai 1-2 persen dari total view video harian.

Meski demikian, tak diketahui apakah hak istimewa semacam itu juga dimiliki oleh karyawan TikTok di negara lain, termasuk juga di Indonesia. Terlepas dari alasan positif TikTok tadi, hal ini bisa menimbulkan persaingan yang tidak sehat di antara para kreator dalam platform video pendek tersebut.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook