“Seperti Kanguru, Menyelamatkan Kehidupan Sembari Melompat sampai Jauh…”
WK Rokan-PHR telah memiliki dedikasi panjang bagi Indonesia, dan memberikan kontribusi yang tak sedikit bagi masyarakat. Kiprahnya berjalan sepanjang waktu dengan inovasi yang terus berkembang seiring tantangan zaman.
Laporan: Zulfadhli, Dumai
SEBUAH slide yang menampilkan area operasional Wilayah Kerja (WK) Rokan PT Permina Hulu Rokan (PHR) , sekilas terlihat seperti bayangan seekor kanguru. Hewan yang terkenal tangguh dan memiliki lompatan jauh, dengan kantong khusus untuk mengendong anak.
“Ya, bentuknya memang seperti kanguru,” ujar Team Manager Dumai Operation, Achmad Ubaydillah pada saat menyampaikan sekilas tentang Operasi Dumai (Dumai Operation Overview) PHR WK Rokan. Jumat (25/8/2023) di Dumai.
Ia menjelaskan, bentukan itu persis bayangan kanguru dengan bentangan daerah operasi seluas 6.200 kilometer persegi (km²) mencakup tujuh kabupaten/kota di Riau.
Antara lain Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis, Siak, Kampar, Pekanbaru, dan Dumai. Blok Rokan yang ditandai dengan anasir warna merah pupus sedangkan PHE Siak ditandai dengan anasir warna kuning muda.
Jejaringan bentangan itu menyatukan antar wilayah kerja yang berkaitan dengan pengoperasian minyak mentah, terutama upstream subholding yang berujung pada shipping subholding.
WK Rokan diketahui merupakan Operasi Onshore terbesar di Indonesia. Di mana terdapat kegiatan injeksi uap terbesar di dunia dan injeksi air terbesar di Asia Tenggara yang memiliki dua jenis tipe minyak Sumatra Light Crude dan Duri Crude.
Untuk menopang operasi terdapat 35 stasiun pengumpul, 13.200 km jaringan pipa alir dan 500 km jaringan shipping line. Secara spesifik, area industri mencakup bentangan 183 hektare (ha) sementara marine terminal seluas 30,59 Ha.
PHR WK Rokan memiliki dua lokasi tangki dengan kapasitas berbeda, di Dumai sebanyak 16 tangki dengan kapasitas 5,1 juta barel dan di Duri sebanyak 10 tangki dengan kapasitas 0,7 jura barel.
Secara garis besar, terang Ubay, untuk sistem produksi WK Rokan berawal dari proses penaikan minyak bumi dari pompa angguk di lapangan minyak, diteruskan ke statiun pengolahan dan pengumpul.
Seterusnya disimpan di tangki pengelolaan selanjutnya dimuat ke kapal tanker untuk dikirim ke kilang minyak di Balongan, Jawa Barat dan Cilacap, Jawa Tengah.
Rangkaian kegiatan atau proses itu mungkin terkesan sederhana, namun dalam praktiknya melibatkan sekumpulan sistem yang kompleks, serbamekanis, memerlukan akurasi tinggi dan kecermatan serta melibatkan perangkat serbacanggih dengan risiko tinggi bagi keselamatan.
Disebutkan EVP Upstream Business, Edwil Suzandi minyak yang diproduksi dari bawah tanah itu selanjutnya diolah, dalam arti sederhana memisahkan antara liquid dan gas, baru memisahkan lagi antara air dan minyak.
“Semua proses itu dilakukan di 34 stasiun pengumpul,” katanya.
Pipa angguk menjadi bagian vital dalam hal menyedot’ minyak yang terdistribusi melalui jaringan pipa.
“Jaringan pipa itu sekitar 13.200 km, jadi lebih dari bolak-balik Sabang-Merauke jaraknya,” tutur Edwil.
Artinya, tambah Edwil, ada fasilitas penting yang mendapatkan perhatian untuk dijaga.
“Ini salah satu aset penting yang kami jaga, dan tergolong risiko tinggi karena itu di dalam operasi sesuai dengan aturan yang ada itu tidak boleh ada aktivitas atau pemukiman yang berada di sekitar jalur pipa lebih kurang 100 meter,” katanya.
Diterangkan kembali oleh Team Manager Dumai Operation, Achmad Ubaydillah dengan kompleksnya tantangan kerja yang ada, tak pelak diperlukan pelibatan sarana prasana yang terintegrasi guna memastikan setiap proses yang ada berjalan dengan lancar.
Untuk itu, terang Ubay, terdapat DICE (Digital dan Innovation Center) dan Production Reliability and Innovation Management (PRIME) guna mendukung operasi yang andal dan efisien.
DICE menjadi pusat kendali operasional dan big data yang memantau kegiatan di lapangan secara real time. Digital dashboard untuk pemantauan aktivitas pengeboran, penyiapan lokasi pengeboran dan pembangunan fasilitas sumur minyak, pengelolaan kegiatan produksi dan perawatan peralatan. Dengan dukungan data tersebut maka keputusan strategis dapat diambil dalam waktu yang singkat dan akurat.
“Sehingga setiap keputusan dibuat berdasarkan basis data,” ujar Ubay.
Dengan basis data supaya informasi cepat diperoleh, dibantu dengan aplikasi sistem dan teknologi digital maka penanganan lebih tepat dan cepat.
Lompatan demi Lompatan
Seperti filosofi kanguru, Pertamina terus melakukan lompatan besar. Eksplorasi sumber daya dengan langkah-langkah penemuan ladang minyak dan pengeboran sumur baru menjadi andalan.
Berproduksi sejak 1952, WK Rokan – PHR (alih kelola dari Chevron) terus melakukan lompatan-lompatan besar. Saat ini memiliki 84 lapangan aktif dengan lebih 11.300 sumur dan memproduksi 9 juta barel fluida per-hari.
Lompatan besar itu terlihat dengan keberadaan WK Rokan yang ditahbiskan sebagai Operasi Onshore terbesar di Indonesia melibatkan 2.300 pekerja dan lebih dari 37.000 kontraktor, dengan 445 sumur pengembangan, dan tiga sumur eksplorasi.
“PHR WK Rokan memberikan kontribusi yang signifikan dalam mendukung ketahanan energi nasional serta perekonomian nasional dan daerah melalui kegiatan operasi yang massif dan agresif,” kata EVP Upstream Business Edwil Suzandi pada saat menyampaikan presentasi pemaparan kepada jurnalis di Duri, Kamis (24/8/2023).
Dengan total produksi subholding Upstream merupakan 26 persen dari total produksi secara nasional. Dari kegiatan operasi yang massif dan agresif itu dihasilkan Rp63 triliun penerimaan negara melalui PNBP dan pajak sejak awal alih kelola sampai Juni 2023.
Sementara jangkauan penerima manfaat dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) menyasar 21.000 lebih penerima. Pada awal Agustus 2023 lalu, PHR mencapai produksi tertinggi minyak di Indonesia. Di mana produksi minyak Blok Rokan tersebut mencapai 172.000 barel per-hari (bph).
“Produksinya tertinggi dan hal itu terjadi dalam waktu dua tahun alih kelola dari Chevron ke Pertamina,” kata Edwil.
Terasa istimewa karena terjadi dalam kurun waktu baru dua tahun sejak alih kelola 9 Agustus 2021. Dimana ada dua momen penting pada bulan itu, yakni Hari Jadi Riau ke-66 tahun dan HUT RI-ke78 tahun.
Produksi pada pertengahan Agustus yang menembus lebih kurang 168 MBOPD merupakan 30 persen dari total produksi Subholding Upstream atau 26 persen dari total produksi nasional.
Terdapat 28 rig pemboran untuk mendukung 448 sumur pengembangan dan explorasi, dimana 100 persen lifting untuk konsumsi kilang domestik PT Kilang Pertamina Internasional (KPI).
Edwil menjelaskan dengan gambaran yang ada maka secara zonasi PHR itu aktivitas terbesarnya ada di Riau yang berada di Regional I : Sumatera.
Dengan pencapaian itu menurut hemat Edwil tentu tidak boleh berpuas diri begitu saja melainkan harus ada intropeksi juga agar lebih baik lagi ke depan.
Edwil menyebutkan pencapaian produksi yang terjadi pada dasarnya tidak terlepas dari kegigihan dan kesabaran yang dilakukan terus menerus.
“Ibaratnya, mengumpulkan ikan teri sehingga akhirnya menjadi banyak dan berat,” kataya.
Sementara inovasi demi inovasi terus dilakukan dengan tetap mengedepankan unsur keselamatan kerja sebagai hal yang utama. Merawat semua fasilitas terangnya agar memastikan keamanan terjaga dan fasilitas tersebut beroperasi dengan baik. Memastikan bahwa semua berfungsi baik tegasnya tidak kalah penting dengan upaya-upaya produksi mengingat bahwa aktifitas yang telah lama berjalan, sekitar 72 tahun sudah.
Penjagaan maupun pengelolaan terhadap setiap fasilitas dilakukan dengan teliti, harus dipastikan baik dan benar setiap harinya. Edwil menyebutkan sebagai penyangga agar produksi terjaga tambahnya tidak terlepas pula dari investasi. Namun tidak melulu bergantung pada investasi saja, tak kalah penting bagaimana menjaga setiap fasilitas yang dimiliki dengan baik sehingga untuk jangka panjang kemanfaatannya dapat terus dirasakan.
Pengawasan secara berkelanjutan lewat control room menjadi aspek penting untuk penanganan yang tepat dan cepat.
“Bila ada terjadi kerusakan, suatu kebocoran misalnya lewat control room akan diketahui di titik mana terjadi,” katanya.
Sehingga petugas segera ke lapangan untuk penanganan, namun secepat apa ke lokasi kejadian tentunya dipengaruh dari faktor kondisi akses jalan dan fasilitas yang tersedia.
Isu keselamatan kerja terangnya harus menjadi hal yang pertama disadari oleh setiap pekerja. Tidak ada kerja besar sekalipun akan berhasil jika mengabaikan atau membuat keselamatan jiwa terancam.
“Bagaimana di dalam upaya yang dilakukan, seluruh pekerja bisa bekerja dengan aman, selamat dan kembali ke rumah dengan bahagia,” cetusnya.
Kepada mitra kerja juga ditekankan memperhatikan dengan baik soal keselamatan kerja. Secara rutin terangnya PHR menyampaikan kepada pimpinan mitra kerja untuk peduli dengan isu ini.
“Sehingga diharapkan dukungan ini, baik dari keluarga, perusahaan atau atasan itu sama-sama memiliki visi terhadap keselamatan kerja,” katanya.
Edwil mengaku bersyukur belakangan ini telah menunjukkan tren positif keselamatan kerja, mengingat memang setiap pekejraan di area operasi migas itu termasuk pekerjaan dengan risiko tinggi.
Menumbuhkan kesadaran untuk peduli dengan cara kerja yang peduli keselamatan, terangnya, tidak hanya bagi pekerja saja tapi juga bagaimana pihaknya melibatkan peran dari keluarga agar bisa turut memberikan dukungan terciptanya suasana kerja yang baik dengan adanya dukungan dari keluarga di rumah.
“Bagaimanapun produksi yang kami capai, tapi jika ada kecelakaan kerja yang terjadi maka kebanggaan itu bisa langsung sirna dengan adanya insiden, karena itu soal keselamatan kerja ini sangat penting,” ungkapnya.
Komitmen Jaga Lingkungan
Terkait aktivitas yang dilakukan, terang Edwil, ia memberikan gambaran bagaimana komitmen untuk mempertahankan lingkungan tetap menjadi skala prioritas Pertamina.
Bila ada sembilan juta fluida, terangnya, maka terdapat berbagai proses yang dilakukan termasuk uji ke reservoir di mana sebagian kecilnya sekitar 10 persen dibuang ke permukaan.
Pembuangan itu melibatkan fasilitas yang baik, yang menjamin bahwa baku mutu air yang dibuang ke permukaan itu lebih baik dari air yang ada di sungai.
“Itu bisa dibuktikan dengan data, sehingga air yang kami olah itu sudah mendekati standar air minum. Itu adalah komitmen kami taruhkan untuk menjamin bahwa apa yang kami buat untuk permukaan itu adalah sesuatu yang tidak menganggu ekosistem,” katanya.
Masih menurut Edwil segala aktifitas yang merupakan kegiatan yang tak berdampak pada kerusakan lingkungan. Menjaga lingkungan merupakan komitmen yang dipahami bersama dengan baik. Komitmen sama terangnya menjadi perhatian untuk sekitar 40.000 orang yang bekerja di Pertamina. Mulai dari pekerja 2.300 dan mitra 37.000 lebih.
Menjaga lingkungan turut diwujudkan dengan mempertahankan setiap fasilitas yang dimiliki dengan baik. Yang namanya industri migas, tutur Edwil, dalam perkembanganya semakin menuntut perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Kenyataan itu membuat setiap pihak yang terlibat untuk mau tidak mau memperbaharui kemampuan apalagi saat sekarang yang serba digitalisasi.
“Tinggal bagaimana memadukan itu semua agar berjalan dengan lancar dan selamat,” katanya.
Lewat dukungan investasi, kinerja serta keberadaan semua infrastruktur terangnya diharapkan kedepan WK Rokan turut berkontribusi dalam pencapaian target secara nasional.
Selaras dengan itu, memberikan perhatian keberlangsungan lingkungan yang baik diharapkan menimbulkan hubungan imbal balik yang selaras, seperti disampaikan Rudi Ariffianto (Corporate Secretary PHR WK Rokan), pada pengantar kegiatan bersama jurnalis di Duri.
“Bagaimana masyarakat bisa menerima positif WK Rokan, dan sebaliknya, in sya Allah kami juga akan memberikan kontribusi positif di tengah masyarakat,” tutur Rudi.
Areal operasi umumnya masih mempertahankan keberadaan lingkungan dan tanaman alam, begitu juga di pelabuhan terminal Dumai yang membentang seluas 29,8 ha, keberadaan vegetasi masih dipertahankan.
“Lebih dari 70 persen areal vegetasi, berupa tanaman hutan, alami itu masih bertahan,” tambah Achmad Ubaydillah (Team Manager Dumai Operation).
Komitmen terhadap lingkungan ini diperluas dalam bentuk dukungan terhadap upaya-upaya pelestarian, konservasi alam dan sebagainya.
Mendulang Laba, Menebarkan Manfaat
Pertamina, sebagai sebuah perusahaan tentunya memiliki target profit oriented, yakni bagaimana berusaha mencari keuntungan sebesar-besarnya. Konsep dasar dunia usaha ini dimbangi dengan kesadaran yang baik untuk tak hanya mencari untung saja tapi juga berperan menebarkan manfaat bagi masyarakat, daerah maupun negara secara luas.
“Jadi di samping tugas utama mencari profit, kami juga melakukan aktivitas sosial. Kami ikut berkontribusi lewat CSR, yang merupakan bagian dari tanggungjawab sosial,” kata Rudi Ariffianto, Corporate Secretary PHR WK Rokan.
CSR yang diberikan, terangnya, di samping materi juga disertai dengan pemahaman bagaimana memastikan terciptanya dampak yang nyata di tengah masyarakat.
Ia menerangkan terkait dengan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) ada yang bersifat sustainable, berkelanjutan. Artinya ketika program itu diluncurkan maka harus bisa memberikan dampak yang berproses terus-menerus.
Dijabarkannya seperti Program Desa Wisata yang ada di Kampung Patin, Kampar. Tak hanya bantuan berupa bibit, namun juga pembekalan pengetahuan mengenai seluk beluk budidaya, pemanfaatan atau pengembangan produk lain dari patin dan sebagainya.
Hal itu menimbulkan multiefek dengan terus bertumbuh kembangnya produksi patin mencapai 15 ton per hari, keberadaan usaha pakan ikan, homestay, menjamurnya pengiat UMKM, tumbuhnya sentra ekowisata dan sebagainya.
Kini Kampung tersebut tersertifikasi sebagai Desa Wisata Berkelanjutan dari Lembaga Sertifikasi Dewan Desa Wisata Berkelanjutan Indonesia (2021), meraih juara II pada Anugerah Desa Wisata Kategori Suvenir oleh KemenParekraf RI (2021) dan juara 1 Lomba Desa 2023.
Pengembangan desa lainya di Pulau Rupat melibatkan penerima manfaat puluhan UMKM dan ratusan penerima manfaat Deswita Tanjung Punak Teluk Rhu, Puteri Sembilan. Selanjutnya ada Bukit Batu yang sempat menyabet Juara I Apresiasi Desa Wisata Riau (2022).
Berikutnya, terang Rudi, Program Pemberdayaan Nelayan menjangkau 260 anggota kelompok perikanan di Kecamatan Bangko Pusako dan Tanah Putih (Rohil) serta 200-an warga yang menerima pelatihan pembuatan pakan ikan, bantuan alat, pelatihan pengolahan ikan, di Kecamatan Dumai Selatan, Dumai Timur dan Medang Kampai (Dumai).
Berikutnya pengembangan Sentra Budaya Ekonomi Kreatif (Ekraf), untuk wilayah cakupan se-Riau dengan mitra pelaksana UIN Suska Riau dengan penerima manfaat 300 UMKM di 12 kabupaten/kota se-Riau.
Pemberdayaan berkelanjutan juga berhasil dilakukan seperti dengan melibatkan organisasi KNPI di Bengkalis. Dimana disediakan semacam los sebanyak 35 unit yang dimanfaatkan oleh UMKM.
Di mana salah satu yang cukup fenomenal keberadaan Rumah Jahit Lestari (RJL) yang digagas oleh seorang ibu rumah tangga bernama Suci di Duri, Bengkalis. Mitra binaan PHR ini terus berkembang dan kini mendulang omset Rp600juta per bulannya.
“Selain itu ada program vokasi dan sertifikasi angkatan kerja,” kata Rudi.
Di mana sebanyak 120 masyarakat kurang mampu di Kabupaten Rokan Hilir telah mendapatkan pelatihan dan sertifikat keterampilan dari lembaga keterampilan swasta (LPKS) binaan Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Rohil untuk bidang keterampilan menjahit, komputer dan bahasa Inggris. Vokasi dan sertifikasi juga menyasar ke 100 lebih siswa, tenaga pendidik, pimpinan SMK, dan lain-lain.
Sementara ada Program Pemberdayaan Ekonomi dan Pemuda, dimana terdapat 18 UMKM binaan diberikan pendampingan, penyediaan 26 gerai unit UMKM dan pendampingan UMKM binaan Rumah Jahit Lestari (RJL) yang menyerap tenaga kerja 60 orang.
PHR memberikan beasiswa prestasi, di mana saat ini ada 10 orang penerima beasiswa prestasi S1 dan dua kandidat penerima beasiswa prestasi PHS S2 dari Riau, sudah terpilih dan proses pengajuan penerimaan kuliah S2 di Amerika Serikat.
Berikutnya, papar Rudi, ada beasiswa Sakai dan Inkubasi Karir, di mana 97 mahasiswa Sakai mendapatkan beasiswa penuh pendidikan S1, berikutnya Program Kompetensi STEM dengan penerima manfaat 300 guru dan 3.500 siswa. Ada juga Program Desa Energi Berdikasi Berbasis Biogas.
“Termasuk upaya pelestarian lingkungan, misalnya konvervasi gajah yang tadinya terancam punah kemudian dengan dukungan kita akhirnya habitatnya kembali berkembang dan mencegah terjadinya konflik antara hewan tersebut dengan manusia,” katanya.
Pada 2022 lalu, PHR meraih Gold Award pada Indonesian Sustainable Development Goals Award (ISDA) lewat program konservasi gajah. Ini merupakan salah satu bentuk program TJSL PHR.
Kategori program berikutnya, terang Rudi, ada yang bersifat tidak berkelanjutan, hal ini lebih kepada aksi sosial yang bersifat langsung. Seperti kegiatan pasar murah untuk masyarakat di sekitar wilayah operasi.
“Seperti kegiatan pasar murah itu bagaimana membantu daya beli masyarakat,” katanya.
Pihaknya akan membeli produk pasar yang menjadi kebutuhan pokok, untuk dapat dibeli oleh masyarakat dengan harga terjangkau. Ini disampingi mendukung tetap terjaganya daya beli masyarakat disisi lain juga mampu memberikan pengaruh positif dengan mendorong keberadaan peredaran barang-barang kebutuhan masyarakat di pasaran.
Ditambahkan Rudi, kegiatan sosial juga berfokus pada bidang kesehatan dan pendidikan, tak terkecuali turut berperan dalam pencegahan tengkes atau stunting.
“Pendidikan vokasi merupakan hal yang penting karena bisa dimanfaatkan, sebagai bekal bagi penerima manfaat ketika masuk pada dunia kerja,” katanya.
Di samping dari TJSL yang terus bergulir setiap tahunnya, Pertamina juga memberikan dukungan khususnya bagi daerah yang menjadi penghasil migas dengan adanya perjanjian pengalihan dan pengelolaan 10 persen Participating Interest (PI) dari WK Rokan untuk Riau.
Hak partisipasi itu diserahkan ke Riau melalui PT Riau Petroleum Rokan sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Menurut Edwil Suzandi bahwa PI menjadi keharusan yang tinggal direalisasikan. Ia menegaskan dengan keberadaan pertamina berikut program TJSL dan PI maka dipastikan manfaatnya lebih luar biasa bagi masyarakat dimana hal itu bisa dikelola dengan seoptimal mungkin.***
Editor: Edwar Yaman