SUBHAN ZEIN, PENGGALI KUBURAN COVID-19

Belum Pernah di Swab, Pasrahkan Diri sama Allah

Feature | Jumat, 30 Oktober 2020 - 14:35 WIB

Belum Pernah di Swab, Pasrahkan Diri sama Allah
Subahan Zein, saat menggali makam korban Covid-19. (DOK/RIAUPOS.CO)

Saat orang-orang terlelap tidur atau bercengkerama dengan keluarga, dia harus tetap siaga 24 jam, berjibaku siang dan malam. Selain para tenaga  medis dan paramedis, ada pekerja lain yang juga menjadi garda terdepan dalam penanganan Covid-19. Mereka adalah para penggali kubur, yang harus siap sedia untuk langsung bekerja jika ada perintah untuk menggali kubur baru ketika ada korban covid yang meninggal dunia. Tidak peduli panas terik di siang hari, maupun hujan deras disertai tiupan angin malam yang menusuk kulit hinggga ke tulang belulang. Tugas adalah tugas. 

Laporan Deslina, Pekanbaru.


Kondisi inilah yang sekarang harus dijalani Subhan Zein (47), Koordinator Pemakaman Taman Makam Umum Tengku Mahmaud di Jalan Tengku Mahmud, Kelurahan Maharani, Kecamatan Rumbai Pekanbaru ini. Apalagi sejak April 2020 masa pademi Covid-19, makin banyak 'orderan' yang diterimanya. Bersama 4 rekannya yang lain, dirinya menggali makam pasien Covid-19 di areal makam 10 hektare milik Pemko Pekanbaru. Jam kerjanya pun semakin tidak menentu, dan selalu siaga saat telpon berdering untuk panggilan bekerja, karena bisa terjadi setiap saat tanpa jeda.   

Bapak lima orang anak asli Jawa Tengah, yang paling besar duduk dibangku kelas 2 SMP ini mengakui,selalu menjalani pekerjaannya dengan ikhlas. Pekerjaan ini penopang hidup keluarganya, walau hanya dibayar Rp72ribu/perhari dan dibayarkan perbulan, baginya sudah sangat berarti sekali.

Sebagai penggali kuburan di areal 10 hektare ini, Subhan Zein tidak sendiri, tapi dibantu 4 orang temannya yang lain yang. Tiga orang berstatus pegawai honor lepas termasuk dirinya, sedangkan dua orang berstatus Aparatur sipil negara (ASN) di bawah naungan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Pekanbaru. Selama Covid-19. Mereka juga dijanjikan oleh Pemko bakal menerima insentif, selain honor tadi. 

"Tidak tahu berapa nilainya. Namun katanya, Jumat ini (30/10/2020) sudah masuk hingga bulan 10 (Oktober 2020), tapi belum ke sana mengambilnya. Walau tidak semuanya kami dapat dalam anggaran itu, tapi akan kami bagi sama rata untuk 6 orang. Enam itu, termasuk 1 orang pegawai yang mengurusnya. Sesuai Surat Keputusan," tuturnya.

Ditanya suka duka sebagai penggali kuburan, Subahan hanya tertawa kecil dan seraya berujar, apapun pekerjaan itu kalau dijalankan dengan ikhlas pasti nyaman. Apalagi, di masa Covid-19 ini, orang banyak mengkuatirkan pekerjaan mereka, tapi karena sudah biasa, keluarga merekapun tidak ada yang mengkuatirkan keseharian mereka itu.

"Awalnya berat. Jam kerja tidak tentu. Bisa pagi, siang, tengah malam bahkan subuh. Jauh beda dengan ketika menjadi penggali kubur biasa. Tapi, lama-kelamaan saya iklhas menjalani pekerjaan ini. Kalau orang bilang, apa saya tidak kuatir kena Covid-19? Saya pasrahkan diri sama Gusti Allah, biarkan ini jadi ladang ibadah kami. Allah pasti akan melindungi kami,'' cerita Subhan tenang.

Ia mengaku pernah menggali kubur di tengah hujan deras disertai terpaan angin kencang sekitar pukul 02 dini hari. Lokasi kuburan yang jauh dari pemukiman menyebabkan suasana di kawasan  itu terasa makin mencekam. Dia dan anggotanya tidak takut dengan cerita-cerita seram yang selalu mewarnai kawasan pekamaman, mereka hanya khawatir terserang penyakit jika pekerja di cuaca tidak menentu.

"Tapi mau bagaimana lagi, kami harus tetap bekerja bagaimanapun kondisinya, pemakanan korban Covid-19 harus dilaksanakan sesegera mungkin," ujarnya.

Untuk menghindari penyebaran Virus Corona-19, selama prosesi pemakaman, dirinya diwajibkan memakai APD lengkap baju, face shield, masker, sepatu. Sekali pakai langsung dimusnahkan. Sehari rata-rata 5 jenazah yg dimakamkan, kadang pernah 9 jenazah. Namun mereka juga bekerja sistem shif juga, 3 sebagai penggali kuburan, dua orang memakamkan jenzah. Hanya mereka yang ikut memakamkan saja yang menggenakan pakaian APD lengkap.

"Pakai APD itu agak panas. Tapi mau gimana lagi, memang itu protapnya. Beda kalau menggali makam untuk jenazah non covid kita bisa pakai oblong saja, jelasnya tertawa kecil. Pokoknya, begitu selesai memakamkan, kita harus segera bersih-bersih badan di rumah, dan menyisihkan baju yang kita pakai untuk dicuci sesegera mungkin,'' jelasnya.

Disinggung apa dirinya pernah menjalani Rapid Test maupun SWAB sejak 6 bulan memakamkan jenazah Covid-19? Subahan mengaku belum pernah, begitu juga dengan rekan-rekannya. Namun, beberapa hari lalu dirinya sudah dihubungi oleh salah seorang dokter, dia lupa namanya, bahwa mereka akan SWAB. 

"Sudah dihubungi Pak Dokter, katanya kami akan di SWAB,''jelasnya singkat.

Keluh Kesah Ahli Waris

Subahan mengaku sudah bekerja sebagai penggali kuburan sejak 4 tahun lamanya. Sejak Covid-19, dia harus menampung berbagai keluh kesah yang beragam dari ahli waris 

"Saya sudah bekerja 4 tahun sebagai penggali kuburannya. Banyak sukanya. Apalagi saat Covid-19 ini, harus siap menampung keluh kesah ahli waris. Namanya orang berkeluh kesah, emosinya pasti berbeda-beda. Kita harus siap menampungnya. Dan berusaha memahaminya, apapun bentuk lontaran keluh kesah itu,'' jelas pria asli Tegal,  Semarang,Jawa Tengah ini.

Hal yang sama juga dirasakan oleh teman-temannya Subahan, seperti Surianto (57), Nano (45), Bambang Hermanto (38) dan Afrianto (47). Menampung keluh kesah ahli waris itu sudah biasa mereka terima saat ini. Lebih banyak keluh kesah kesedihan yang mereka dengar, kalaupun ada yang bernada keras, mereka mencoba memaklumi itu semua.

Editor: Rinaldi

Pesan Redaksi:

Mari bersama-sama melawan Covid-19. Riaupos.co mengajak seluruh pembaca ikut mengampanyekan gerakan 3M Lawan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ingat pesan Ibu, selalu Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak serta hindari kerumunan.

#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook