PENGALAMAN WARTAWAN PENYINTAS COVID-19

Kebebasan dan Kesehatan, Itu Mahal

Feature | Sabtu, 30 Januari 2021 - 11:55 WIB

Kebebasan dan Kesehatan, Itu Mahal
KAMARUDDIN

Seperti disambar petir di siang bolong, ketika hasil swab saya dinyatakan positif Covid-19 pada Senin 19 Oktober 2020 lalu. Bagaimana tidak karena kondisi badan sehat-sehat saja, tanpa ada gejala seperti hilang indra penciuman dan rasa. Baru terasa bahwa kesehatan dan bebas ke mana-mana sesuatu yang mahal sekali.

Laporan KAMARUDDIN, Pekanbaru


Saya tak menyangka akan terkena virus Covid-19, karena merasa sehat-sehat saja dan beraktivitas seperti biasa. Tetapi yang saya rasakan kerongkongan kering dan ingin minum terus. Mungkin inilah gelaja Covid-19 yang menyerang saya. Saya tidak tahu terluras virus ini dari mana.

Apalagi setelah hasil swabnya yang menyatakan positif. Memang awal-awalnya membuat gelisah dan teringat akan kematian yang menghantui, karena banyak pasien Covid-19 yang meninggal. Tetapi ada juga secercah harapan ketika rekan-rekan memberi dukungan.

Rekan satu kantor Riau Pos Lismar Sumirat langsung memberikan semangat bahwa pasien Covid-19 ini bisa sembuh. "Semangat Wak. Bapak saya juga terkena Covid-19 dan sempat juga dirawat di rumah sakit dan alhamdulillah sehat Wak," kata Lismar Sumirat memberikan semangat saat itu.

Tak berselang lama ditelepon Pemimpin Redaksi Riau Pos Firman Agus memberitahukan kalau saya positif Covid-19. "Wak, tenang aja, kalau Wak perlu isolasi mandiri di luar nanti hubungi saya. Tetapi kalau isolasi mandiri rumah supaya dengan ketatnya, ya. Anggap saja liburan Wak, tak usah stres. Nanti kalau ada apa-apa hubungi saya," kata Fink sapaan akrab Firman Agus.

Dukungan datang juga dari Ketua KPU Riau Ilham Yasir yang kebetulan satu leting masuk Riau Pos dengan saya."Saya dengar Awak positif Covi-19 ya. Jangan panik tetap semangat, kalau tidak ada gelaja penyakit lain, in sya Allah  bisa sembuh," kata Ilham.

Ilham pun memberikan pengalamannnya selama menjadi pinyintas Covid-19 yang sempat dirawat di rumah sakit dan sehat kembali. Mendapat dukungan dari teman-teman saya mulai merasakan semangat kembali bahwa terserang virus Covid-19 ini bisa sembuh.

Setelah saya berdiskusi dengan istri, saya memutuskan untuk isolasi mandiri di rumah saja. Tetapi berat juga karena takut anak-anak sama istri tertular juga. Dengan pisah kamar tidur dengan istri dan anak-anak, akhirnya masa 14 isolasi mandiri di rumah menjadi tak khawatir, ditambah setelah dua anak dan istri saya hasilnya swab mereka pada 26 Oktober 2020 negatif.

Ini menambah semangat saya, kalau anak dan istri hasilnya swab mereka negatif. Tinggal perjuangan saya melewati masa isolasi ini dengan baik-baik saja tanpa ada gejala yang berat.  

Awal-awalnya memang terasa berat karena biasa beraktivitas bebas ke luar rumah, begitu juga dengan anak-anak, mereka tak bisa lagi bermain bersama teman-temannya. Baru terasa bahwa kebebasan dan kesehatan itu mahal harganya.

Manfaatkan Waktu Berkebun
Menjalani masalah isolasi mandiri selama 14 hari memang waktu yang melelahkan karena tak bisa ke mana-mana hanya berdiam diri di rumah. Paling bisa ke pekarangan rumah.

Memanfaatkan waktu 14 hari isolasi ini, saya berkebun di samping pekarangan rumah yang kebetulan lahannya kosong bekas jalan ke sekolah yang tak dipakai lagi.

Saya ajak anak dan istri untuk ikut membantu berkebun sayuran supaya mereka tak merasa bosan. Dari pagi sekitar pukul 09.00 WIB, kami sekeluarga mulai menggarap lahan tersebut dengan menanam sayuran kangkung. Dan berhenti kalau matahari sudah terik sekitar pukul 11.30 WIB. Dengan beraktivitas di kebun  juga sekalian berjemur, sehingga kami tidak merasa bosan menjalani isolasi tersebut.

Sore setelah salat Asyar sekitar pukul 16.00 WIB, kami berkebun lagi sampai menjelang magrib. Dengan rutinitas berkebun ini, hari-hari menjalani isolasi tak terasa, anak-anak dan istri pun tak stres ikut isolasi.

Waktu menjalani isolasi pertama memang berat, apalagi anak-anak yang biasa bermain dengan anak kompleks perumahan tak bisa lagi bermain bersama teman-temannya. Tetapi setelah mereka dikasih pengertian bahwa belum bisa bermain, akhirnya  mereka mengerti juga.

Malamnya kami mengisinya dengan mengaji, menonton tivi, membuka facebook, instagram dan membuka email, dan anak-anak sibuk bermain game. Dengan rutinitas ini dilakukan selama masa isolasi mandiri tak terasa kami bisa melewatinya dengan penuh makna di balik musibah.

Bantuan Tetangga dan Rekan-Rekan
Karena kami sekeluarga memang menjalani isolasi mandiri dengan ketat,  takut juga bisa menularkan ke tetangga, maka kami tak berintegrasi dengan siapapun selama 14 hari tersebut. Untuk membantu kebutuhan hari seperti lauk, sayuran dan kebutuhan makanan lainya, kami dibantu tetanga sebelah rumah namanya Uswatun.

Nte Uus yang biasa kami panggil, dialah yang membantu berbelanja sayuran dan kebutuhan harian kami. Setiap pagi Nte Uus membelikan keperluan lauk-pauk dan suyuran kami sekeluarga. Ini sangat membantu kami selama masa isolasi tersebut.

"Ayah setelah kita menjalani isolasi ini, kita bagikan beras dan sembako untuk Nte Uus karena sudah banyak membantu kita," kata istri saya.

Bantuan juga datang warga kompleks Perumahan Panam Permata Residence tempat saya tinggal, mereka juga mengumpulkan bantuan untuk membantu meringankan beban saya selama menjalani isolasi tersebut.

"Ini bantuan dari warga kompleks perumahan, mudah-mudahan bisa membantu selama menjalani isolasi, semoga cepat sembuh," ungkap koordinator perumahan Adrizal Chaniago saat itu.

Terakhir rekan-rekan satu kantor Riau Pos memberikan bantuan uang tunai. "Wak, ini bantuan dari kawan-kawan kantor, semoga Wak cepat sehat dan kembali beraktivitas," ungkap Pemred Riau Pos Firman Agus saat mengantarkan bantuan.  

Konsumsi Jahe Merah, Vitamin C dan Suplemen
Menjaga imun tubuh saat diserang virus Covid-19 sangatlah penting. Apalagi virus ini menyerang kekebalan imun tubuh. Untuk meningkatkan imun, saya setiap pagi minum racikan jahe merah ditambah kayu manis dan gula aren.

Selesai salat Subuh sebelum sarapan saya rutinkan mengonsumsi rebusan jahe merah, kayu manis dan gula aren tersebut. Bandan terasa hangat dan tenggorokan yang kering sudah tak terasa lagi.

Siangnya saya komsumsi vitamin C untuk meningkatkan imun tubuh. Karena dengan imun semakin meningkat virus Covid-19 yang menyerang bisa dilawan. Ini rutin saya konsumsi selama menjalani masa isolasi. Selain vitamin C, saya juga mengonsumsi suplemen untuk meningkat imun.

Sekarang setelah sembuh dari Covid-19, saya sangat sadar tidak boleh sepele terhadap virus ini. Karena virus ini bisa menyerang siapa saja, dan kita tidak tahu kapan berakhirnya wabah virus ini. Karena itu, saya bersama keluarga selalu menerapkan protokol kesehatan ke mana saja pergi dan termasuk berbelanja ke pasar tradisional.  

Karena itu, Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir mengajak semua pihak baik pejabat, masyarakat dan termasuk wartawan untuk terus mengampanyekan protokol kesehatan dengan 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak).

Siapapun memiliki peran penting dalam mencegah penularan Covid-19. Dimulai dari sendiri, keluarga masyarakat, pejabat termasuk wartawan dan pemerintah. Karena kita tidak tahu kapan wabah Covid-19 ini akan berakhir," jelas Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir saat menjadi narasumber webinar yang diselenggarakan PWI Riau dan SPS bekerjasama dengan SKK Migas-KKKS, Rabu (16/12/2020) lalu.

Semoga wabah virus Covid-19 ini cepat berlalu, dan kita menata kehidupan yang baru.***

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook