Tantangan Mengais "Teri" demi Energi Negeri

Feature | Minggu, 29 Oktober 2023 - 09:58 WIB

Tantangan Mengais "Teri" demi Energi Negeri
Dua perwira Pertamina Hulu Rokan (PHR) sedang melihat peralatan di Central Steam Station (CSS) 6 Duri, Kamis (28/8/2023) lalu. (MUHAMMAD AMIN/RIAU POS)

Tidak ada lagi sumur minyak "kakap" di Wilayah Kerja (WK) Rokan. Dulu, pada masa emasnya 1973, WK Rokan pernah menghasilkan 1 juta barel minyak mentah per hari. Tapi, kondisinya kini berbeda. Produksi minyak mentah ini secara alami mengalami penurunan, sehingga beberapa pejabat WK Rokan menyebutnya sebagai “teri”. Kini, “sumur-sumur teri” ini hanya dapat menghasilkan 162-170 ribu barel per hari. Usaha keras kini dilakukan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dengan tantangan target 200 ribu barel per hari. Selain tantangan teknologi, tantangan di belantara dengan habitat liarnya menjadi dinamika tersendiri.

RIAUPOS.CO - Ratusan monyet mendekat ke arah Central Steam Station (CSS) 6, Duri, Kamis (24/8). Pagar setinggi tiga meter yang mengelilingi area steam flood atau pengolahan cairan panas (boiler) itu tak menghalangi mereka. Ketika itu, steam flood sedang tidak aktif. 


Monyet-monyet itu juga “menguasai” jaringan listrik sebelum diakali. Beberapa tiang listrik kini dipasang pengaman agar monyet tidak bisa naik, termasuk merambat melalui kabel baja untuk skor tiang. Kabel baja skor tiang itu juga biasanya menjadi jalan naik monyet hingga ke kabel listrik tegangan tinggi. Kini, kabel baja itu dipasangi bola-bola oranye dengan diameter satu meter, sehingga monyet tak bisa naik ke kabel utama. Laju panjatan mereka terhambat bola yang licin dengan lingkarannya melebihi pelukan tangan monyet. Mereka terhenti hingga bola-bola itu.

Monyet-monyet ini memang bisa menjadi salah satu penyebab turunnya produksi minyak mentah. Beberapa kasus terjadi ketika monyet bergelantungan ke kabel listrik. Monyetnya mati, tapi listrik juga mati. Akibatnya, pasokan energi untuk menggerakkan pompa minyak terhenti.

Lapangan minyak Duri (Duri Field) dikenal sebagai penghasil minyak berat (heavy crude) atau dikenal juga dengan Duri crude. Ini agak berbeda dengan sumatran light crude di Lapangan Minas yang merupakan minyak ringan atau sweet light crude (SLC). Cara atau treatment pengeborannya juga berbeda.

Pada minyak berat, jika terjadi mati mesin, maka minyak akan membeku. Reservoir di perut Bumi juga sudah rusak akibat aktivitas pompa yang terhenti mendadak. Mengangkat fluida kembali merupakan pekerjaan yang relatif sulit. Produksi pun bisa berkurang, bahkan hingga angka 10 ribu barel per hari, ketika ada ribuan pompa berhenti operasi akibat mati listrik.

Pihak PHR sempat dibuat bingung mengatasi kawanan monyet liar yang selama tiga bulan berturut-turut berulah dengan naik ke kabel listrik. Sebab, berbagai cara telah dilakukan, tapi tak bisa mengatasi masalah ini.

Manajer Power Generation and Transmission (PGT) Operation PT Pertamina Hulu Rokan, Winarto mengatakan, pihaknya sempat berdiskusi intensif dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mengatasi masalah monyet liar ini. PHR bahkan menduplikasi cara dan alat yang digunakan PLN untuk mengatasi monyet liar di pedalaman hutan sekitar Duri ini. Akan tetapi hasilnya nihil. Alat yang dipasang bisa ditembus monyet-monyet itu dan mereka kembali menguasai jaringan listrik.

“Kami pasang alat seperti yang digunakan PLN, lalu kami beri umpan pisang di atasnya. Kami juga pasang CCTV. Ternyata monyet tetap bisa naik dan mengambil pisang itu,” ujar Winarto.

Berkemungkinan, karakter monyet dan peralatan antisipasi yang dilakukan PLN berbeda dengan monyet liar di hutan Duri, tempat jaringan listrik PHR. Jaringan listrik PLN kebanyakan berada di tempat umum yang kerap dilihat manusia. Sedangkan jaringan listrik PHR berada di alam liar dengan monyet yang juga berbeda karakter.

Makanya kemudian pihak PHR mencari solusi lainnya. Muncullah ide bola oranye yang biasanya banyak digunakan di bandara atau helipad. Uji coba pun dilakukan. Para petugas PHR memasang bola oranye di kawat baja skor tiang listrik. Sebab monyet selalu naik melalui kawat baja skor itu, bukan melalui tiang listrik. Mereka juga memberi umpan pisang di atas bola oranye itu. Ternyata monyet-monyet itu tidak bisa menjangkau pisang-pisang tersebut. Mereka terhalang bola oranye yang licin dan besar sehingga selalu jatuh ketika mencoba melewati kabel baja tersebut. Pihak PHR kemudian memasang sebanyak 2.886 bola oranye. Tidak pada semua jaringan listrik, melainkan diprioritaskan pada lokasi yang banyak monyetnya. 

“Sampai sekarang tidak bisa ditembus monyet-monyet itu,” ujar Winarto.


Hewan liar lainnya yang kerap membuat jaringan listrik mati adalah ular. Masuknya ular ke beberapa fasilitas PHR di kawasan hutan tak bisa dihindari. Akan tetapi, kondisi ini bisa diminimalisir. Ular juga bisa menyebabkan mati listrik ketika bersarang di sekitar generator atau gardu listrik PHR. Mereka bisa merusak kabel-kabel ketika bergerak dan melilit kabel-kabel itu sehingga menyebabkan korsleting. Akibatnya, terjadi mati listrik dan pompa pun berhenti bergerak.

Setelah dilakukan analisa, ternyata ular masuk ke gardu listrik karena mereka memburu hewan lainnya seperti tikus. Dahulu, di sekitar gardu atau fasilitas listrik ini selalu ada tempat sampah. Akibatnya, banyak tikus berdatangan memakan sisa-sisa makanan para pekerja di sana. Gardu-gardu itu memang tidak ada penjaga,  melainkan selalu dikontrol oleh petugas secara periodik. Ketika lewat di gardu, mereka kadang-kadang makan dan membuang sampah di TPS (tempat  penampungan sementara) sekitar gardu. Kondisi inilah yang menyebabkan banyaknya tikus dan kemudian menyebabkan ular-ular datang memburu tikus-tikus tersebut. Ular kemudian bersarang di sekitar gardu listrik untuk mengintai mangsanya. Hal inilah yang menyebabkan gardu listrik sering terganggu, bahkan mati listrik akibat dililit atau dilalui ular-ular tersebut. Setelah dilakukan analisa, sekarang dibuat kebijakan, tidak boleh ada sampah di sekitar gardu listrik. Sebab, sampah akan mengundang tikus dan tikus akan mengundang ular yang keduanya berpotensi menyebabkan gangguan listrik.

“Sekarang para pekerja yang makan ketika mengawasi gardu harus membawa pulang kembali bungkusan makanannya tersebut,” ujar Winarto.

Ular memang selalu “akrab” dengan para petugas tambang minyak di lapangan. Di beberapa area tambang fasilitas PHR selalu ada peringatan untuk waspada pada ular, kalajengking, lipan, lebah, dan beberapa hewan berbisa lainnya. Tak hanya ruang kosong seperti gardu listrik, di berbagai fasilitas yang dihuni manusia, ular juga sering masuk.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook