PASUTRI ASAL PEKANBARU MEMPRODUKSI MASKER GRATIS DI TENGAH PANDEMI CORONA

Ada yang Memerlukan, Kami Bagikan

Feature | Jumat, 27 Maret 2020 - 07:53 WIB

Ada yang Memerlukan, Kami Bagikan
Ridho dan Fella, pasangan suami istri asal Pekanbaru yang memproduksi masker secara mandiri untuk dibagikan kepada masyarakat yang memerlukan.(Ridho For Riau Pos)

Di tengah wabah corona yang melanda negeri ini membuat masyarakat sangat memerlukan masker. Namun yang terjadi barang ini justru langka. Kondisi ini membuat pasangan suami istri asal Pekanbaru, Ridho Ikhsan dan Fella Diasary memproduksi masker secara mandiri yang dibagikan kepada masyarakat yang memerlukan secara gratis.

Laporan PANJI AHMAD SYUHADA dan AFIAT ANANDA, Pekanbaru

TAK ada masalah serumit situa­si yang dialami masyarakat saat ini. Wabah corona yang melanda menjadi tantangan besar. Persoalan keterbatasan alat kesehatan (alkes) seperti masker menjadi keperluan dan barang yang langka. Niscaya, sangat banyak warga yang punya keluhan soal masker yang dijadikan alat pelindung diri tersebut. Atas dasar itulah Ridho dan sang istri Fella memproduksi masker secara mandiri untuk membantu masyarakat yang memerlukan. "Ini berawal dari hobi istri saya yang suka menjahit," ujar Ridho mengawali perbincangan dengan Riau Pos melalui sambungan telepon.


Ide tersebut kemudian mencuat saat Ridho membagikan masker jenis N-95 sisa dari kegiatan relawan karhutla yang dijalaninya ke rumah sakit di Kabupaten Pelalawan. Di tengah perjalanan, sang istri memberi ide untuk memberikan masker yang dibuat mereka secara mandiri. Ini mengingat saat ini minimnya masker dan sulit mendapatkannya di Bumi Lancang Kuning.

"Di hari penyerahan yang di RS Pelalawan itu istri bilang, ‘masker yang kita buat mereka mau nggak ya?’ Terus dilihatkan ke dokter. Kata dokter, untuk masyarakat ini bisa, tapi untuk standar penanganan medis belum bisa," ujar Ridho.

Hal itulah yang memicu pasutri ini untuk lebih gigih memproduksi dan membagikan masker berbahan kain secara gratis kepada masyarakat.

"Kemarin niatnya bikin untuk sendiri. Beli bahan semampu saya untuk ngisi kekosongan waktu. Istri jahit, dan saya mengerjakan yang tidak teknis. Kemudian terbesit niat itu dan kami produksi untuk masyarakat yang memerlukan," tuturnya.

Dalam sehari produksi masker, pasutri ini mencapai 25 sampai 30 helai. Keterbatasan tenaga membuat jumlah produksi mereka juga terbatas. Meski begitu, Ridho yang tidak kehabisan akal untuk beramal ini berusaha menggaet pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang bisa menjahit untuk ikut terlibat.

"Karena kami lihat ada yang bisa menjahit, jadi kami ajak mereka. Nanti pun akan kami bayar (hasil jahitnya, red) per helai. Lalu kami bagikan kepada masyarakat yang memerlukan masker," ujarnya.

Ridho meyakini, apa yang dijalaninya tersebut sedikitnya dapat membantu mencegah penyebaran virus corona. Bersama sang istri, Ketua Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama Riau ini terus mencari terobosan yang efektif menjawab tantangan dan kelangkaan masker tersebut. Setelah menghitung, mereka sedikitnya memerlukan 4 sampai 5 orang untuk membantu produksi masker tersebut.  "Jadi kalau 1 orang bisa jahit 50 aja, sehari bisa produksi 200 helai masker. Ini sudah kami wacanakan untuk dimulai hari ini," ungkap Ridho.

Kemarin, dia sudah melakukan koordinasi kepada pelaku UMKM terdekat. Mereka akan diupah, namun tentunya dengan bayaran yang wajar karena semua yang dijalani adalah bentuk kegiatan amal dan sosial. "Ada yang perlu, ya kami bagikan," kata dia.

Selain bentuk amal tersebut, Ridho meyakini hal ini bisa menjadi putaran ekonomi itu sendiri bagi sang penjahit yang membantu.

"Kami minta tenaga UMKM tersebut untuk bantu, yang hobi jahit. Tapi sekadar jahit saja, yang jahit obras (jahit pinggir) itu tetap istriku. Akhirnya juga kan berputar, mereka ada dapat rezeki juga," tuturnya.

Masker yang dibuat pasutri warga Kelurahan Tangkerang Selatan, Kecamatan Bukit Raya ini lebih nyaman dan bisa dicuci. Bahannya menggunakan kain yang biasa digunakan pedagang masker pada umumnya.

"Memang kain jenis itu untuk masker, bisa dicuci," tuturnya.

Peran serta masyarakat dalam melawan virus berbahaya ini memang sangat diharapkan pemerintah. Sehingga dapat bersama-sama memberikan langkah pencegahan bersama, berikut berkontribusi positif sesuai kapasitas masing-masing.

Perihal kontribusi pasutri tersebut, Ketua IDI Wilayah Riau Dr Zul Asdi Spb Mkes mengaku sangat berterima kasih dengan masyarakat yang rela meluangkan waktu, tenaga hingga materi untuk mencegah pandemi corona.

Diakuinya, persoalan wabah ini memang tidak bisa jika ditumpukan hanya kepada pemerintah. Melainkan seluruh elemen masyarakat harus ikut berjuang dan berperang melawan virus tersebut. Caranya, bagi masyarakat biasa yang tidak bisa menyumbangkan tenaga mau pun materi, bisa dengan hanya berdiam diri di rumah.

"Social distancing bisa dilakukan siapa saja. Jika tidak ada hal yang terlalu penting tidak usah keluar rumah. Karena dengan semakin banyak kita beraktivitas di luar maka risiko penularan akan semakin besar," sebut Zul Asdi.

IDI Riau sendiri, ujar Zul Asdi, saat ini tengah membentuk sebuah komunitas untuk melawan pandemi corona ini. Komunitas yang dibuat pihaknya membuka kesempatam bagi siapa saja untuk bergabung. Nantinya dalam komunitas tersebut akan ada banyak kegiatan yang akan ditaja IDI Riau khusus untuk melawan pandemi corona.

"Tentunya tetap di bawah pengawasan para dokter yang tergabung di dalam IDI," tuturnya.****

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook